Hari Kartini
Pengajar Lansia Buta Huruf, Lilawati Munthe Dapat Penghargaan dari Istana Negara di Hari Kartini
Dalam rangka peringatan Hari Kartini 2022, Istana Negara memberikan penghargaan kepada perempuan berjasa dan berprestasi di 34 Provinsi di Indonesia.
Pengajar Lansia Buta Huruf, Lilawati Munthe Dapat Penghargaan dari Istana Negara di Hari Kartini
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Dalam rangka peringatan Hari Kartini 2022, Istana Negara memberikan penghargaan kepada perempuan berjasa dan berprestasi di 34 Provinsi di Indonesia.
Khusus di Sumatera Utara, pemberian penghargaan ini dilakukan di Aula Tengku Rizal Nurdin Ruma Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman Medan, Kamis (21/4/2022) dengan terhubung langsung via video conference dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Wury Estu Handayani.
Tampak sekitar 25 perempuan dari kabupaten/kota di Sumut yang mendapatkan piagam penghargaan dan tropi. Masing-masing berjasa di berbagai bidang di antaranya pendidikan, kesehatan, pertanian, pangan, dan lainnya.
Satu di antara penerima penghargaan adalah Lilawati Munthe, seorang pengajar asal Kabupaten Labuhan Batu Utara.
Lilawati mendapatkan penghargaan atas jasanya di bidang pendidikan.
Saat diwawancarai, perempuan berusia 40 tahun itu mengaku setahun terakhir ia aktif dalam mengajar lansia yang buta huruf. Ia juga mengajar lepas anak-anak yang masih belum bisa menulis dan membaca di Kabupaten Labuhan Batu Utara.
"Saya sudah lakukan sekitar setahun belakangan ini. Aktif membantu lansia yang buta huruf dan juga anak-anak yang masih belum bisa menulis dan membaca karena pengaruh gadget dan video game," ujar Lilawati kepada tribun-medan.com, Kamis (21/4/2022).
Lulusan jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (sekarang UINSU) itu mengaku mengajar secara privat dari rumah ke rumah. Hal ini dilakukannya di sela-sela waktu mengajarnya di sebuah sekolah di Kabupaten Labura.
"Saya datangi secara privat rumah ke rumah, karena kalau tidak ya susah mengajak mereka untuk mau belajar," ungkapnya.
Lilawati mengatakan tak hanya mengajari lansia yang buta huruf, ia juga terkadang mengajari mereka untuk menunaikan ibadah Salat bagi yang beragama Islam.
"Beberapa di antara mereka banyak juga yang tidak bisa Salat. Ada yang mualaf ada juga yang memang sudah lupa gerakan dan bacaannya," katanya.
Latar belakang inisiatif Lilawati untuk mengajar secara sukarela ini datang karena kecintaannya terhadap dunia pendidikan. Lilawati mengaku miris melihat banyaknya anak-anak yang kesulitan memahami pelajaran karena terlalu sering bermain handphone.
"Itu juga salah satu inspirasi saya untuk mengajari mereka, karena hp itu sudah seperti kencanduan mereka dan tidak bisa terlepas dari situ," ujarnya.
Ia juga mengaku harus menghadapi banyak tantangan selama mengajar secara sukarela tersebut.