Dari Penjaga Sekolah ke Kursi Wali Kota Tanjungbalai, Waris Thalib: Modal Sukses Saya Doa dari Ibu
Plt Wali Kota Tanjungbalai, H. Waris Thalib, berbagi kisah tentang peran ibu dalam hidupnya.
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Plt Wali Kota Tanjungbalai, H. Waris Thalib, S.Ag., M.M berbagi kisah tentang peran ibu dalam hidupnya. Beberapa hari sebelum mengikuti ujian CPNS sebagai penjaga sekolah, ia menemui ibunya di kampung.
“Mak (Ibu), saya mau melamar jadi pegawai negeri, Mamak (Ibu) bantu doa. Kalau lulus, nanti Mamak aku bawa, tinggal samaku. Modal saya doa Mamak,” ujarnya saat berbincang di acara Ngopi Sore bersama Harian Tribun Medan/Tribun-Medan.com, Rabu (15/9/2021).
Itulah kalimat yang disampaikannya ketika ia masih berusia 18 tahun. Pada saat itu, ia masih duduk di kelas 2 Aliah. Setelah lulus PNS sebagai penjaga sekolah, ia selalu memberikan perhatian terhadap ibunya.
Dalam tanyangan Ngopi Sore bersama Pemimpin Redaksi Harian Tribun Medan/Tribun-Medan.com, Iin Solihin, Waris Thalib membeberkan rahasia suksesnya menjadi orang nomor satu di Kota Tanjungbalai. Satu di antaranya memuliakan sang ibu.
T : Setelah diangkat menjadi PNS yang tugasnya sebagai penjaga sekolah, bagaimana langkah selanjutnya sehingga bisa naik golongan?
WH : Setelah itu, saya berjuang agar bisa menyesuaikan ijazah sarjana agar naik golongan 3A. Alhamdulillah, saya diperkenakan melakukan penyesuaian golongan jadi naik 3A. Lalu, saya ditawarkan menduduki jabatan Kasi Sosial di Kantor Lurah Pematang Pasir.
Jabatan itu, saya emban selama dua tahun. Kemudian, saya ditawari naik pangkat pilihan menjadi 3B. Saya diminta oleh Ketua KPU Tanjungbalai. Pak Wali memanggil saya, lalu bertanya bagaimana siap di KPU ? Saya jawab, siap Pak, kalau diminta saya siap.
Jadi pada tahun 2007 saya pindah di KPU. Saya menjadi kasubbag umum selama lima tahun. Selanjutnya, saya naik pangkat lagi menjadi 3C. Pada saat Wali Kota Tanjungbalai dijabat oleh Pak Thamrin Munthe saya dipindahkan di keuangan, dan pindah lagi menjadi lurah. Saya bilang siap Pak dipindahkan menjadi lurah. Dia bilang, jangan siap-siap saja.
T: Berarti Abang tidak ada sekolah kedinasan apapun, bukan alumni STPDN, maupun sekolah kedinasan lain dari kementerian?
WH: Tidak ada, saya murni sekolah biasa saja, ditawari Pak Wali jadi lurah. Dan, dilantik sebagai Lurah Gading, Kecamatan Batuk Bandar, Kota Tanjungbalai. Disitu Alhamdulillah dengan berbagai upaya kantor lurah bisa lebih baik.
Jujur saja, saya punya hobi menata bagaimana kantor lebih baik. Sehingga, tunjangan penghasilan tidak pernah saya bawa pulang ke rumah. Saya izin sama istri uang tunjangan dipakai untuk menata kantor. Alhamdulillah pada 2015 Kelurahan Gading ditetapkan sebagai kelurahan terbaik di Tanjungbalai.
Waktu itu, gubernurnya Pak Gatot. Saya diundang ke Pemprov Sumut dan dapat penghargaan lagi sebagai kelurahan terbaik ketiga se-Sumut.
Baca juga: Tolak Mobil Dinas Baru Seharga Rp 1 Miliar, Waris Thalib: Anggarannya untuk Masyarakat Miskin Saja
Baca juga: KISAH Pilu Plt Wali Kota Tanjungbalai, Menjadi Yatim saat Kelas 4 SD, Berjuang demi Sekolah
T: Anda menjadi penjual es lilin, tukang becak sampai pada tahap bisa menyelesaikan sarjana dan dapat jabatan yang bagus, bagaimana Ibu saat itu? Ibu masih melihat jabatan itu?
WH: Ibu masih melihat jabatan waktu saya di KPU. Waktu saya menjadi lurah sudah tiada (meninggal dunia). Saya anak nomor 6 dari 7 bersaudara.
T: Biasa dimasyarakat kita kalau dapat posisi bagus bukan lagi tulang punggung keluarga, kata orang seluruh tubuh untuk keluarga. Semua mengandalkan kita?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/plt-wali-kota-tanjungbalai-berbincang-di-acara-ngopi-sore.jpg)