7.000 Karyawan Mal Di-PHK, APBI Sumut: Rugi Rp 50 Miliar Per Bulan
Selanjutnya ia menyatakan, kerugian setiap mal yang tutup sementara saat ini di Sumut capai ratusan juta hingga puluhan miliar.
MEDAN- TRIBUN.com, MEDAN - Sekitar 7.000 karyawan pusat pembelanjaan modern atau mal yang ada Sumatera Utara telah di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Hal ini disampaikan Penasehat Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APBI) Sumatra Utara Herri Zulkarnaen.
"Sejak jam operasional kita dibatasi hingga pemberlakuan PPKM Darurat ini sudah sekitar 7.000 karyawan di pusat pembelanjaan atau mal di Sumatera Utara baik karyawan pengelola mau pun karyawan dari penjaga toko seperti satpam, cleaning service, dan lainnya, semuanya sudah kita kurangi untuk melakukan penghematan," kata Herri, Sabtu (17/7).
"Tidak mungkin kita tidak lakukan pengurangan sedangkan pendapatan sudah berkurang bahkan kalau sekarang banyak pengelola plaza bukan lagi survive melainkan sudah minus semuanya. Itulah kondisi kami sekarang, apalagi kalau diperpanjang lagi nanti," tambahnya.
Baca juga: TERUNGKAP Bansos 29.9 Triliun Selama PPKM Darurat, Luhut Pandjaitan Bocorkan Rincian Dana
Di samping itu, Herri mengungkapkan pihaknya sebelumnya sudah berusaha menerapkan strategi namun hasilnya tidak signifikan.
"Dan kami tidak bisa pungkiri buat strategi lain lagi karena promosi yang sudah kita tawarkan secara online dan offline tidak jalan. Ditambah para penyewa tidak bayar sewa saat ini meminta stimulus terkait bagaimana kebijakan dari para pengelola agar mereka tetap bertahan," katanya.
Ditambahkannya saat ini pun meski pun mal tutup sementara namun tetap ada pengeluaran yang sangat tinggi.
Selanjutnya ia menyatakan, kerugian setiap mal yang tutup sementara saat ini di Sumut capai ratusan juta hingga puluhan miliar.
"Kalau masing-masing perusahaan itu tergantung besar kecilnya mal itu seperti Plaza Millenium kita alami kerugian sekitar 500 juta per bulan. Namun untuk mal yang besar itu di atas Rp 10 miliar per bulannya sebab meski pun tutup kita tetap menggunakan energi listrik yang sangat tinggi. Semakin besar mal semakin besar kerugiannya," ujar Herri.
Menurutnya, bila diperkirakan mal yang ada di Sumut ini sekitar 10 maka kerugian bisa capai Rp 50 miliar per bulannya.
Sementara itu, Herri menuturkan, sejak Covid-19 jumlah pengunjung sudah turun ditambah pengeluaran yang semakin meningkat karena harus menyediakan sanitizer, area pencuci tangan, alat cek suhu tubuh, sehingga pusat pembelanjaan ini sangat terpukul.
Dengan keadaan ini, Herri berharap pemerintah segera memberikan stimulus bagi pusat pembelanjaan untuk meringankan beban.
"Kami berharap dari pemerintah agar adanya stimulus karena sampai saat ini kami tidak diberikan, kami seperti anak tiri karena hotel saja diberikan stimulus. Setidaknya adanya stimulus berupa pengurangan pajak, biaya listrik, dan lainnya yang mempermudah kami. Pemerintah juga kita harap agar tegas atas dalam kebijakan ini dan jangan digantung-gantung terhadap semua sektor," tutupnya.
Pedagang Resah
Sejumlah toko pedagang nonesensial di pasar tradisional Kota Medan mulai tutup sejak hari ini hingga 20 Juli 2021. Pasar tradisional tersebut seperti Pasar Petisah, Pajak Ikan Lama, dan Pusat Pasar Medan.
Kabag Hukum Humas PD Pasar Petisah Hafiz Ibrahim Siregar mengutarakan bahwa hanya toko sembako, sayur mayur, dan toko esensial lainnya yang diizinkan beroperasi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/sun-plaza-medan-tetap-beroperasi.jpg)