Kedai Tok Awang

Maaf, Inggris, Sepak Bola Pergi ke Roma

Lima penendang penalti Inggris adalah Kane, Maguire, Rashford, Sancho, dan Saka. Tiga nama terakhir gagal, dan ketiganya merupakan pemain pengganti.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO/CARL RECINE
Suporter Tim Nasional Italia memegang replika bendara negara mereka yang ditulis dengan kalimat ‘It's coming to Rome’, merupakan parodi dari slogan terkenal yang kerap dimunculkan suporter Inggris yakni ‘Football Coming Home’, jelang laga antara Italia melawan Inggris di Final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Senin (12/7/2021) dinihari (WIB). Italia berhasil memenangkan tropi Euro 2020 setelah menekuk Inggris 4-3 lewat adu penalti. 

SEJUMLAH literatur, juga artikel atau esai-esai di media massa, menunjukkan adanya ketertarikan pimpinan tertinggi Gereja Katolik, Pope Francis atau Paus Franciskus, terhadap sepak bola. Ketertarikan yang tidak bersifat sekadar. Paus pernah mendefenisikan sepak bola sebagai 'permainan yang pada saat bersamaan merupakan kesempatan untuk berdialog, memahami, dan memperkaya hubungan antar manusia.'

Ketika seorang manusia bermain untuk satu tim, bilang Paus, penting untuk pertama-tama mempertimbangkan kebaikan kelompok, bukan diri sendiri, dan agar jadi pemenang, perlu lebih dulu mengalahkan individualisme, keegoisan, rasisme, intoleransi, dan instrumentalis manusia.

Hubungan akrab Paus Fransiskus dan sepak bola inilah yang kemudian memunculkan dugaan yang dilesatkan dengan sangat riang dan berbahagia; bahwa ada "campur tangan" Paus dalam kemenangan Italia atas Inggris. Juga pada final lain di Amerika Selatan.

Sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus berdiam di Vatikan, negara kota –negara enklave (kantong)– yang dikelilingi tembok di jantung Kota Roma, Italia. Orang-orang Italia yang selalu membicarakannya dengan segenap jiwa dan penuh cinta, memanggilnya Papa Francesco. Namun Papa Francesco bukan orang Italia. Ia lahir sebagai Jorge Mario Bergoglio, di Kota Buenos Aires, Argentina. Konon sampai sekarang Paus masih menjadi suporter setia klub kota asalnya itu, San Lorenzo.

"Entah betul entah tidak, nya, ini, ya. Aku pun enggak berani pastikan. Cuman sejak Senin pagi tadi, agak-agak dua tiga jam setelah Italia menang dari Inggris, di media-media sosial muncul foto-foto Paus. Ada yang menulis kayak gini: Italia menang di Euro, Argentina menjuarai Copa America, karena Paus berdoa untuk kedua negaranya ini," kata Sudung.

Pelatih Tim Nasional Italia Roberto Mancini memberikan kostum tim nasional kepada Paus Fransiskus saat kunjungan skuat ke Vatikan jelang kejuaraan Euro 2020 beberapa waktu lalu.
Pelatih Tim Nasional Italia Roberto Mancini memberikan kostum tim nasional kepada Paus Fransiskus saat kunjungan skuat ke Vatikan jelang kejuaraan Euro 2020 beberapa waktu lalu. (La Repubblica)

"Eh, ada jugak yang bilang, kebaikan bagaimana pun akan menang atas keburukan," sahut Mak Idam diikuti tawa berderai, lalu, sejurus berselang memetikkan bagian bridge lagu ‘Setan Pasti Kalah’ dari H Rhoma Irama. "Inggris dapat instant karma karena ulah Raheem Sterling."

Begitulah Inggris sampai di final diekori kontroversi. Seratus dua menit laga semi final berjalan, Sterling yang menggiring bola di dalam kotak penalti di sisi kiri gawang Kasper Schmeichel, terjatuh saat hendak melewati adangan dua pemain Denmark. Sekilas kelihatan Sterling dilanggar, dan memang demikian adanya. Dari video-video yang beredar di media sosial, video-video dari berbagai sudut pengambilan, memang kelihatan ada persentuhan antara kaki Sterling dan kaki Joachim Maehle. Ada benturan.

Namun pertanyaannya, apakah persentuhan, atau benturan, ini cukup kuat untuk membuat Inggris mendapatkan penalti? Di sini letak persoalan. Sebagian besar pelatih sepak bola dan para pundit punya pendapat berbeda. Menurut mereka, sentuhan terhadap Sterling terlalu ringan. Wasit seharusnya memandang dengan pertimbangan khusus. Tidak saklek menerapkan teori.

Dua pundit kenamaan, Jamie Carragher dan Rio Ferdinand yang notabene merupakan mantan bek tengah Tim Nasional Inggris, menyebut hukuman untuk Denmark sebagai situasi yang harus diputuskan dengan cepat oleh pemain belakang –apakah membiarkan Sterling maju satu dua langkah lagi, atau menghentikan secepatnya dengan resiko penalti. Gary Neville lebih berterus terang. Not a million years, but I don’t care, bilangnya.

Pemain-pemain Denmark melancarkan protes. Wasit memeriksa VAR, tapi ternyata tak ada perubahan keputusan. Penalti tetap diberikan, dan Harry Kane, walau sempat gagal pada kesempatan pertama, mampu memanfaatkan bola pantul untuk menyingkirkan The Dynamite –julukan Tim Nasional Denmark– dari kejuaraan.

"Terlepas dari adanya doa Paus atau karma untuk Inggris, saya kira, di pertandingan kemarin Roberto Mancini dan Gareth Southgate betul-betul beradu strategi. Dan Southgate agak blunder, terutama dalam melakukan pergantian pemain," kata Zainuddin.

Tok Awang yang sedang bermain catur dengan Leman Dogol menyambung, dan menyebut Zainuddin cuma separuh benar. "Ada lima pergantian dari Southgate. Saya pikir, tiga di antaranya tepat, Guru,” katanya. “Yang tak tepat itu pilihan dia untuk penendang penalti."

Lima penendang penalti untuk Inggris adalah Harry Kane, Harry Maguire, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka. Tiga nama terakhir gagal menaklukkan kiper Italia Gianluigi Donnaruma. Dan ketiganya, memang, masuk lapangan sebagai pemain pengganti. Saka di menit 70, menggantikan Kieran Tripper. Adapun Rashford dan Sancho masuk saat laga mendekati menit 120, alias detik-detik menjelang akhir babak perpanjangan waktu.

Dengan kata lain, Rashford dan Sancho memang kelihatan betul dimasukkan untuk menjadi eksekutor penalti.
"Aku kalok Rasford masih, oke, lah, sikit," sebut Mak Idam. "Memang enggak gol tendangannya, tapi macam mana pun dia pengalaman untuk urusan penalti ini. Di MU, dia salah satu andalan Ole Solksjaer. Dia yang nendang penalti sekiranya Bruno Fernandes sedang ada masalah. Nah, kalok yang dua lagi jujur aja aku sama sekali enggak ngerti. Entah apa pertimbangan Si Southgate ini. Padahal masih ada pemain yang lebih pengalaman, kok, bisa-bisanya anak umur 19 tahun dijadikanya penendang terakhir. Penendang terakhir, lho, di final Euro, bebannya enggak main-main itu."

Raheem Sterling masih ada di lapangan. Pun Jack Grealish dan Jordan Henderson yang juga dimasukkan sebagai pemain pengganti. Grealish merupakan penendang penalti rutin Aston Villa. Handerson memang tidak pernah menendang penalti di Liverpool. Setidaknya dalam "bola jalan". Pilihan Jurgen Klopp adalah Jack Milner, Mohammad Salah, dan Sadio Mane. Namun setidak-tidaknya, dia masih punya modal lain yang membuatnya unggul ketimbang Sancho, dan terutama Bukayo Saka. Handerson jauh lebih berpengalaman.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved