35 Hari Jelang Pilkada di Sumut

Bertemu Tokoh Melayu, Akhyar Ingin Kisah Putri Hijau dan Mariam Puntung Jadi Muatan Lokal Sekolah

Di hadapan para tokoh Melayu, Akhyar mengatakan, Melayu Deli merupakan sub kelompok suku bangsa Melayu Sumatra Timur dan termasuk kelompok asli Sumut

Penulis: Liska Rahayu | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN/HO
Calon Wali Kota Medan Akhyar Nasution menghadiri undangan temu ramah dengan Tokoh Melayu Medan Utara di Jalan Platina, Medan, Rabu (4/11/2020). 

TRIBUN-MEDAN.Com, MEDAN - Calon Wali Kota Medan nomor urut satu Akhyar Nasution memiliki komitmen untuk mempertahankan identitas Kota Medan.

Di hadapan para tokoh Melayu, Akhyar mengatakan, Melayu Deli merupakan salah satu sub kelompok suku bangsa Melayu Sumatra Timur dan termasuk kelompok asli di Sumatera Utara.

Sehingga, identitas Kota Medan tak jauh dari nuansa Melayu. Seperti Istana Maimun, Masjid Raya Al Mashun dan Masjid Al Osmani, yang kini bisa dirasakan ikonnya di Kota Medan.

"Kota Medan diawali dari Medan Labuhan, dan itu titik awalnya. Tentu etnis dan budaya Melayu menjadi sendi kehidupan warga. Sehingga semua hal yang kita kerjakan memang sudah sepatutnya dilandasi budaya dalam mempertahankan identitas kota," kata Akhyar saat bertemu dengan Tokoh Melayu di Medan bagian Utara di Jalan Platina, Kelurahan Titipapan, Medan Deli, Rabu (4/11/2020).

Akhyar mengatakan, dalam sejarah perjalanan Kota Medan sangat identik dengan Melayu. Sehingga harus didokumentasikan dalam sebuah buku.

Ia pun berkeinginan agar cerita rakyat legenda Putri Hijau dan Mariam Puntung masuk dalam muatan lokal sekolah dasar di Kota Medan. Sehingga, anak-anak di Kota Medan bisa mengenal dan mempertahankan budayanya.

Jenis makanan tradisional Melayu seperti kue rasida, kue dange, kue lumpang, kue talam, kue peniaram dan lainnya harus menjadi wisata kuliner yang bisa dilestarikan.

"Ini harus kita perhatikan, menghidupkan kembali identitas Melayu di Kota Medan. Karena Melayu adalah salah satu kelompok asli di Sumatera Utara," katanya.

Selain itu, Akhyar juga berencana mengembangkan situs kebanggaan Kota Medan seperti Istana Maimun. Jika dibiarkan umurnya kemungkinan tak bertahan lama.

"Istana Maimun jika dibiarkan lima tahun ke depan akan rusak bangunannya. Ini kan bukan hanya milik Melayu saja, tapi bangsa dan negara. Ini juga Ikon Kota Medan. Sehingga, kita punya kepentingan dan ingin menyelamatkan keberadaannya," ungkapnya.

"Semoga semua rencana kita diridhai Allah SWT. Kalau pembangunan infrastuktur itu tugasnya insinyur dan pembangunan peradaban adalah tugas pemimpin," katanya.

Sementara itu, OK Hafifudin perwakilan Rembug Anak Deli menegaskan budaya Melayu perlu dipertahankan, baik situs maupun kampungnya.

"Kita berharap situs Cina jadi perhatian pemerintah dan berharap ada Kampung Nelayan II di Yong Panah Hijau nanti," katanya.

Ketua Serumpun Anak Melayu (Seram) Abdul Ghofur yang juga menjabat Sekretaris MABMI mengajak untuk membenahi budaya Melayu di Kota Medan.

"Sama-sama kita benahi budaya Melayu di Medan ini demi mempertahankan budaya dan tradisi agar tak hilang di makan zaman," ujarnya.

Dalam kegiatan yang diinisiasi relawan Saya Bersama Akhyar (SABAR Community) itu turut dibacakan pernyataan sikap para tokoh Melayu untuk memenangkan Akhyar Salman.

Perjuangan ini juga untuk merebut hati masyarakat dalam memenangkan Akhyar sebagai Wali kota dan Salman Alfarisi sebagai Wakil Wali Kota Medan.

(Yui/TRIBUN-MEDAN.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved