Peka Terhadap Isu Krisis Air di Masa Mendatang, Pegiat Lingkungan Diskusikan Alur Pasokan Air Bersih
Masalah ketersediaan air bersih menjadi lebih rumit seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan perilaku tidak berbasis keberlanjutan.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Membahas isu krisis air di masa mendatang, sekelompok pegiat lingkungan dan pengelolaan sampah yang tergabung dalam grup whatsapp Tanpa Nyampah (TaMpah) mengadakan diskusi virtual bertajuk Ziarah Air yang dilakukan melalui aplikasi WhatsApp, Senin (22/6/2020).
Dalam diskusi tersebut, Purwanto, sebagai pengelola Yayasan Air Kita mengatakan, masalah ketersediaan air bersih menjadi lebih rumit seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan perilaku tidak berbasis keberlanjutan.
"Berbeda dengan masyarakat zaman dulu, saat ini, teknologi dengan segala kemajuannya telah mampu menciptakan ragam inovasi untuk mendapatkan air bersih.
Berbagai kepentingan terkait air bersih telah masuk. Motivasi yang dibangun bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan skala kecil, namun sudah memasuki level pemanfaatan air bersih secara besar-besaran," terang Purwanto melalui paparan nya di dalam diskusi tersebut.
Dari semua itu, lanjutnya, rentetan persoalan menjadi sangat tidak sederhana. Misalnya persoalan krisis air bersih, problem sampah dan atau limbah, ketahanan pangan, dan potensi kebencanaan.
• Medan Terancam Defisit Air Bersih, BWS Sumatera II: Suplai Air Rencana dari Sungai Bingai Langkat
"Diperparah lagi dengan fenomena perubahan iklim yang sangat mungkin menimbulkan dampak lebih buruk," sambungnya.
Purwanto kemudian memberikan beberapa contoh kasus krisis air yang pernah terjadi di Cape Town, Afrika Selatan. Dikatakannya bahwa pada April 2018 pemerintah setempat memberlakukan Day Zero atau Hari Nol di kota tersebut yaitu gerakan pembatasan penggunaan air.
Sebelum pemberlakuan Day Zero, terang Purwanto, Cape Town sudah mengalami kekeringan di musim dingin selama tiga tahun berturut-turut karena perubahan iklim yang ekstrem. Curah hujan rata-rata berkurang drastis dalam siklus tahunan sehingga mengakibatkan kota tersebut defisit persediaan air.
"Bagaimana di Indonesia? Barangkali di Indonesia belum mengalami persoalan air sampai separah itu. Namun gejala serupa sudah mulai dirasakan di beberapa daerah, setiap musim kemarau tiba ada beberapa daerah yang sulit mendapatkan pasokan air bersih," katanya.
Diterangkannya, hal yang penting untuk diketahui adalah bahwa krisis air terjadi bukan hanya karena masalah kuantitas air, lebih dari itu sebenarnya tentang kualitas air.
• Penjual Air Bersih Ini Kembalikan Uang Bansos, Karena Melihat Tetangganya Lebih Membutuhkan
Karena, bisa saja jumlah air di suatu daerah melimpah, tetapi belum tentu dengan kualitasnya. Hal ini, kata Purwanto terjadi karena banyak faktor, di antaranya disebabkan oleh pencemaran air.
"Pencemaran air bisa terjadi secara langsung pada air permukaan dan tidak langsung terjadi pada air tanah. Lagi-lagi karena gaya hidup kita yang jauh dari kata bijak terhadap lingkungan," katanya.
Beberapa contoh mengenai perilaku tidak bijak itu, terang Purwanto misalnya adalah aktivitas rumah tangga yang tak terkelola dengan baik dan menghasilkan limbah. Seperti penggunaan deterjen, pemakaian produk-produk penghasil sampah plastik,
dan lain-lain.
Selain itu, katanya, maraknya penggunaan pupuk kimia di bidang pertanian dan limbah industri yang tak terkontrol juga ikut menyumbang penurunan kualitas air.
• Utang PDAM Tirta Uli Bikin Warga Siantar Terancam Tidak Dapat Air Bersih
Baginya, penyelesaian permasalahan air membutuhkan peran multipihak serta keterlibatan masyarakat dengan pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan ketersediaan air bersih untuk masa depan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/air-tanah.jpg)