Ramadhan 2020

Jalani Ramadan di Belanda, Anggita Rasakan Indahnya Toleransi Antarumat Beragama

Menjalani Ramadan jauh dari rumah untuk yang pertama kalinya, membuat Anggita harus menjalani waktu yang padat antara berkuliah dan beribadah.

Editor: Juang Naibaho
HO
Anggita Kharisma, mahasiswi S2 jurusan Food Quality Management, di Wageningen University, Wageningen, Belanda 

TRIBUN-MEDAN.com - Menjalani Ramadan jauh dari rumah untuk yang pertama kalinya, membuat Anggita harus pintar-pintar membagi waktu antara berkuliah dan berpuasa.

Kendati begitu, mahasiswi jurusan Master of Food Quality Management di Wageningen University and Research, Belanda, ini mengaku menjalani puasa di Wageningen membuatnya bisa menyaksikan indahnya toleransi antarumat beragama.

"Pengalaman menarik saat berpuasa di Wageningen adalah teman-teman kami yang non-muslim banyak menghargai dan tahu tentang puasa.

Kebetulan saya tinggal di satu koridor dengan tujuh orang dari berbagai negara, nah kami sering adakan dinner bersama, pas Ramadan begini biasanya mereka nunggu saya buka," kata Anggita saat diwawancarai melalui aplikasi WhatsApp, Jumat (22/5/2020).

"Mereka sadar bahwa saya berpuasa, saya melihat keindahan toleransi, karena enggak gampang untuk memundurkan jadwal makan seseorang," tambahnya.

Bagi Anggita berpuasa selama 17 jam di Wageningen lama kekelamaan tidak lagi sulit. Ia mulai terbiasa dengan durasi puasa yang panjang tersebut.

Baginya yang menjadi tantangan adalah bagaimana ia harus menyiasati kekurangan waktu tidur dan waktu mengerjakan tugas kuliah nya.

"Pengalaman menarik lainnya adalah selama Ramadan di Wageningen, kebetulan waktunya lama banget ya. Jadi pagi-pagi jam 8 sudah harus pergi kuliah.

Waktu tidur juga sangat pendek, tidur jam setengah 1 bangun jam 3, terus sahur kira-kira sampe jam 5 dan jam 8 sudah kuliah.

Lumayan challenging, untuk waktu tidur sebenarnya. Karena puasa 17 jam jatuhnya jadi biasa saja karena sudah dijalani setiap hari," kata Anggita.

Perempuan dengan nama lengkap Anggita Kharisma ini mengaku hal yang paling dirindukan nya dari momen berpuasa di kampung halaman adalah berbuka puasa dan sahur bersama keluarga.

Namun hal tersebut bisa sedikit terobati dengan adanya teman-teman Indonesia lainnya di Wageningen yang saling mendukung.

"Yang paling dirindukan adalah makan bareng sama keluarga karena saya biasanya buka dan sahur sama keluarga. Tapi karena kebetulan kita di sini ada mahasiswa Indonesia juga dan kita saling support jadi enggak jadi masalah juga, kita masih bisa buka bersama untungnya," ungkap Anggita.

Selain itu, hal yang juga dilakukan Anggita untuk mengobati rasa rindu adalah memasak masakan Indonesia. Dirinya mengaku selalu memasak bersama dengan teman-temannya di housing.

"Untuk pelajar Indonesia di sini kita selalu adakan buka bersama, dan menunya enggak pernah masakan luar, kita selalu masak masakan Indonesia jadi kita saling nanya satu sama lain lagi pengin masakan Indonesia apa nanti kita masak.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved