Ramadhan 2020

Tepur Banda Makcik Cam: Cemilan Khas Melayu Deli, Jadi Incaran Warga Untuk Berbuka Puasa

Kue Tepur Banda Makcik Cam ini bisa Anda temukan di Jalan Platina II No.50B, Titi Papan, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan.

TRIBUN MEDAN/RECHTIN
KUE Tepur Banda Makcik Cam di Jalan Platina II No.50B Titi Papan Medan. Kue ini ramai dikunjungi pembeli sebagai menu berbuka puasa. 

TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Kue olahan tepung dan santan yang merupakan cemilan khas melayu ini menjadi incaran warga terlebih saat bulan ramadan tiba. Rasanya yang manis dan tekstur yang lembut membuatnya cocok disantap sebagai menu berbuka puasa.

Syamsinar atau Makcik Cam merupakan seorang pembuat kue tradisional ini.

Tak sedikit orang yang mengenalnya karena Tepur Banda buatannya yang memiliki rasa khas karena mendapatkan resep langsung dari sang nenek yang merupakan orang Melayu Deli asli.

Sudah 25 tahun lebih Syamsinar mulai membuat Tepur Banda. Mulai dari memasarkannya hanya kepada warung-warung terdekat, hingga memiliki usaha rumahan sendiri seperti sekarang.

"Dulu waktu masih kecil nenek kami itu seringkali membuat Tepur Banda, tiap ada acara, kadang sore-sore kalau sedang ada waktu luang juga buat Tepur Banda. Makanya saya sudah dekat dengan kue ini sejak kecil. Tapi mulai serius belajar membuatnya ketika sudah dewasa," tuturnya kepada Tri bun Medan, Jumat (1/5/2020).

Saat bulan ramadan tiba, Syamsinar mengaku memproduksi lebih banyak Tepur Banda dan beberapa kue lainnya yakni Dangai, Gading Galuh, Bika Ubi, dan Kue Lapis.

Selain dijual eceran, kue Makcik Cam inu juga banyak dipasarkan kembali oleh para pengecer untuk menjual takjil.

Kue Tepur Banda Makcik Cam ini bisa Anda temukan di Jalan Platina II No.50B, Titi Papan, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan.

Syamsinar mengatakan, bahwa Tepur Banda menjadi kue paling populer dan diminati oleh pelanggannya.

Hal ini karena tidak banyak yang mampu membuatnya dengan cara yang tepat untuk menghasilkan rasa yang pas. Terlebih ketersediaan alat untuk memanggang kue.

"Kalau kue-kue yang lain kan hampir semua orang bisa buat, karena caranya sederhana. Tapi kalau tepur banda ini berbeda, enggak semua orang bisa buat, kalaupun bisa belum tentu rasanya pas," terangnya.

Syamsinar mengaku mulai berjualan kue sejak sekitar tahun 1992 . Awalnya hanya ingin mengisi waktu luang. Namun dirinya mulai semangat saat ada yang menanyakan kuenya ketika ia libur atau sedang istirahat membuat kue.

"Waktu itukan buatnya hanya sedikit-sedikit, untuk diletak di warung-warung. Terus kalau sedang enggak buat ada yang nanyakin, mana kuenya tadi mau beli tapi enggak ada. Di situ ngerasa oh ternyata ada yang suka dengan kue yang saya buat," katanya.

Kue Makcik Cam kini telah menjadi panganan khas Melayu yang sudah dipasarkan hingga ke luar daerah dan luar negeri. Meskipun beberapa kue khas lainnya banyak yang menjual, namun kue buatan Makcik Cam terkenal memiliki karakteristik rasa yang kuat.

"Kalau orang melayu itu lidahnya suka sama makanan yang lemak dan manis. Makanya saya kalau buat kue pun begitu, harus terasa lemak manisnya, kalau enggak macam enggak ada rasa," kata Syamsinar menerangkan hal yang paling penting baginya dalam membuat kue adalah rasa manis dan lemak (gurih).

Dua Menu Favorit Wing PSMS Medan Hamdi Sula saat Berbuka Puasa Ramadan

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved