Panglima TNI Gatot Nurmantyo Resmikan Masjid Darussalam yang Dibangun TB Silalahi

Ketulusan T.B Silalahi merangkul perbedaan telah dilakukannya saat menjadi pimpinan pasukan Siliwangi dan tinggal di Kabere sebagai Wadanki dalam Operasi Kamdagri di Sulawesi Selatan bersamaan dengan Operasi Dwikora antara tahun 1963-1965. Dimana pasukan T.B Silalahi disambut dengan penuh kekeluargaan oleh warga Kabere saat itu. Mereka saling menjaga keamanan dari serangan gerombolan yang bersembunyi di hutan-hutan Enrekang.

“Saya sangat berhutang budi dengan warga Kabere. Pasukan kami tinggal di rumah-rumah warga selama dua tahun. Mereka menganggap kami sebagai keluarga. Bahkan saya memiliki keluarga angkat disini, dengan seorang ibu yang sangat menyayangi saya layaknya anak Kandungnya. Dia dan warga Kabere sangat menyayangi saya. Begitupun saya, sudah mengatakan ini kampung halaman saya,” ujar T.B Silalahi di sela-sela kunjungan Panglima TNI ke Kabere, sambil mengingat Almarhumah Puang Angka’, ibu angkatnya itu.

Dua tahun bertugas di Enrekang dan tinggal di Kabere, T.B Silalahi bahkan pernah ikut puasa satu bulan lamanya di bulan Ramadhan, dan pasukannya mesti antri memenuhi undangan warga untuk berbuka puasa tiap magribnya. Saat warga mengetahui jika dirinya beragama Kristen, bukannya benci justru mereka, termasuk ibu angkatnya, makin menyayanginya. Alat pengeras suara yang dimiliki pasukannya, digunakan untuk Azan di Langgar (sebuah tempat sholat, saat itu belum punya masjid).

“Waktu dia bilang adalah penganut Kristen, warga Kabere, termasuk ibu saya, makin menyayanginya. Bahkan dia punya pengeras suara dan Pak Silalahi izinkan dipakai Azan. Dan bahkan Silalahi selalu bangun subuh hanya untuk bangunkan warga sholat,” kata salah satu saudara angkatnya.

Rumah keluarga besar keluarga angkatnya, justru diberikan ke T.B Silalahi. Rumah itu hingga kini dibiarkan kosong, dengan ranjang besi tempat tidur semasa bertugas dulu masih terjaga dengan baik. Saat T.B Silalahi ditetapkan menjadi Menteri, ratusan warga Kabere berbondong-bondong ke lapangan Kabere untuk mengggelar Sholat Syukur, karena salah satu warganya telah menjadi Menteri.

Saat masih bertugas, selain mampu menjaga keamanan di Enrekang, T.B Silalahi juga berhasil membujuk warga yang bersembunyi di hutan untuk keluar dan hidup damai, hingga tercipta kampung baru yang diberi nama Kabere Dua, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kabere tempatnya bertugas.

Inilah T.B Silalahi, sang pembeda yang berperan membawa dua mantan anak buahnya, Jendral Gatot dan Presiden SBY 2014 lalu di kampung keduanya Kabere.

Kepribadian T.B Silalahi yang toleran dan menghormati perbedaan itulah yang membuat Jenderal Gatot Nurmantio kagum, karena pada diri T.B Silalahi, tertanam semangat Bhineka Tunggal Ika. Menghormati perbedaan sebagai perekat ikatan silaturahmi demi menjaga keutuhan bangsa. Seorang Kristen yang sangat peduli dengan tempat ibadah umat Muslim.

“Inilah yang membuat saya kagum dan terhenyak. Bapak T.B Silalahi adalah Nasrani yang membangun Masjid yang sangat megah dan indah ini untuk tempat ibadah umat Muslim di Kabere. Inilah yang kita jadikan teladan, jika kita semua telah mengerti indahnya perbedaan yang digariskan Allah SWT, maka bangsa ini akan utuh untuk selama-lamanya,” ujar Jenderal Gatot usai meresmikan masjid.

Selain itu, Jenderal Gatot juga mengisahkan, ada banyak bangsa atau negara yang terpecah belah menjadi negara baru hanya karena perbedaan keyakinan dan bahasa.

“Ada banyak negara yang terpisah karena perbedaan agama. Lihat Yugoslavia, lihat Sudan. Terpecah karena bahasa dan budaya, lihat Uni Soviet. Tapi ada negara yang punya banyak bahasa, punya banyak suku, dan disana ada beberapa keyakinan agama, tapi tetap utuh hingga saat ini, itulah Republik Indonesia. Dan hari ini kita lihat sosok T.B Silalahi memberi kita teladan indahnya perbedaan jika dibingkai dengan hati yang tulus atas nama kasih,” kata Gatot memuji seniornya. (Tribunnews/Karebatoraja.com)