Citizen Reporter

Inilah Salah Satu Kota Tujuan Wisata Bahari Dunia

Menuju ke Sabang, route yang saya lalui melalui Kota Banda Aceh lewat Pelabuhan Ulee Lheue. Pada saat itu, ferry (kapal laut)

Editor: AbdiTumanggor
Tribun Medan / Ayu Prasandi
Menuju Sabang, Banda Aceh, titik O Kilometer. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Ada kenangan yang tak mungkin saya lupakan dalam hidup ini, yakni berkunjung ke Kota Sabang, Pulau Weh, Provinsi Aceh. Apalagi saya mengunjungi Sabang hingga dua kali.

Menuju ke Sabang, route yang saya lalui melalui Kota Banda Aceh lewat Pelabuhan Ulee Lheue. Pada saat itu, ferry (kapal laut) tersedia pada pagi hari, sehingga selepas subuh saya memulai perjalanan dari Banda Aceh menuju Ulee Lheue dengan bentor (becak motor). 

Beberapa waktu lalu, saat saya berada di Bandar Udara Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pernah melihat sebuah banner dari Garuda Indonesia Airways yang melayani penerbangan langsung dari Kuala Namu ke Bandar Udara yang ada di Sabang. Dengan cara seperti ini, maka akses ke Sabang semakin banyak.

Berada di Tugu Nol Kilometer (Dokumentasi Pribadi)
Berada di Tugu Nol Kilometer (Dokumentasi Pribadi)

 Sebagai wilayah kepulauan, Sabang memiliki banyak tujuan wisata yang menarik. Ratusan ribu wisatawan dalam negeri dan ribuan dari luar negeri setiap tahun mengunjungi Sabang. Menurut data pada tahun 2013, jumlah wisatawan mencapai 450.000 orang. Tahun 2014, naik menjadi 500.000 orang. Setahun selanjutnya, yakni tahun 2015 melonjak menjadi 700.000 orang.

Destination atau tujuan wisata di Sabang mampu menarik banyak orang datang ke sana, sebab di Pulau Weh memiliki banyak tempat yang menawan, mempesona, dan monumental seperti Pantai Iboih, Pulau Rubiah, Pantai Sumur Tiga, dan Nol Kilometer. Untuk mencapai ke Pantai Iboih, Pulau Rubiah, dan Nol Kilometer, dari Kota Sabang atau Pelabuhan Balohan (pintu masuk ke Pulau Weh dari Pelabuah Ulee Lheue) cukup sekali merengkuh dayung satu tiga pulau terlampau, maksudnya ketiga tempat wisata itu berada dalam satu jalur tujuan, sehingga dengan sekali jalan, wisatawan bisa langsung dapat menikmati semua.

Bila ada lagu dari Sabang sampai Merauke yang menggambarkan bahwa ujung barat Indonesia mulai dari Kota Sabang dan ujung timur Indonesia adalah Kota Merauke, maka bukti itu bisa dilihat di Sabang dengan titik Nol Kilometer. Nol kilometer merupakan tetenger wilayah Indonesia paling barat mulai diukur. Nol Kilometer sendiri berjarak 29 km dari pusat Kota Sabang. Di tempat ini ada prasasti yang menunjukkan posisi garis bujur 95. 13. 00.05; garis lintang utara 05. 54. 21.42; dan ketinggian 43,6 meter di mana Nol Kilometer itu berada.

Patok Nol Kilometer diresmikan oleh Menteri Riset dan Teknologi B. J. Habibie pada 24 September 1997, setahun sebelum dirinya menjadi Wakil Presiden Indonesia. Untuk mengukuhkan patok itu sebagai tanda Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada 12 November 2013, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengunjungi tempat itu dan membubuhkan tanda tangan di sebuah prasasti.

Pulau Rubiah dengan laut yang bening dan bersih (Dokumentasi Pribadi)
Pulau Rubiah dengan laut yang bening dan bersih (Dokumentasi Pribadi)

Bangunan itu diharapkan sebagai tempat membangkitkan rasa nasionalisme. Menunjukkan Indonesia sebagai negara yang wilayahnya sangat luas. Bila kita memandang ke arah barat akan terpampang hamparan laut yang dalam dan ratusan kilometer jaraknya.

Sebagai tempat yang penting, maka para guru di sana mengajak anak-anak sekolah mengunjungi Nol Kilometer pada hari Sabtu, Minggu, atau pada hari libur nasional. Mereka langsung datang, seperti dari Bireun, Meulaboh, dan Lhoksuemawe. Biasanya mereka menggunakan bus rombongan.

Mona Zirayan, siswa SMA 2 Bireun mengatakan dirinya berkunjung ke Nol Kilometer selain untuk menikmati keindahan alam juga untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Apa yang dikatakan Mona diiyakan oleh temannya, Rina Ridara. "Sama seperti yang dikatakan Mona," ujarnya.

Tak hanya anak sekolah yang datang ke tempat itu, backpacker semacam Reza Fahmi melakukan hal yang sama. Pria dari Jakarta dan sudah melalang buana ke berbagai tempat di Indonesia itu menjadikan Nol Kilometer sebagai sasaran pelancongannya. Saat mengunjungi tempat itu, Reza diantar oleh seorang tukang bentor. "Saya membayar Rp200.000 untuk keliling Kota Sabang," ujarnya dengan tersenyum.

Adanya Nol Kilometer itu membawa rejeki bagi masyarakat Aceh. Di sekitarnya banyak pedagang makanan, minuman, souvenir, dan kaos yang bertuliskan Sabang, Nol Kilometer, atau Pulau Weh. Salah seorang pedagang, Nurbayani, mengakui pada hari Jumat hingga Minggu serta pada hari libur nasional, makanan dan minuman dagangannya laris dibeli para pengunjung.

Ada 20 titik untuk diving dan snorkling di Kota Sabang. Terlihat banyak wisatawan yang melakukan olahraga bahari di Pantai Iboih dan Pulau Rubiah. Sama seperti tempat wisata di manapun, Pantai Iboih dan Pulau Rubiah dibanjiri wisatawan pada saat hari libur. Menurut penuturan seorang penyedia sewa perahu, pada hari Minggu dirinya bisa mengojekkan perahunya hingga 5 kali.

Wisatawan melakukan diving dan snorkling (Dokumentasi Pribadi)
Wisatawan melakukan diving dan snorkling (Dokumentasi Pribadi)

Wisatawan bisa memilih jenis perahu sesuai dengan kebutuhan dan isi kantong. Bila ingin menikmati indahnya karang dan warna-warninya ikan yang berenang, bisa menyewa perahu yang alasnya terdapat sebuah kaca untuk melihat pesona bawah laut Pantai Iboih dan Pulau Rubiah.

Biasanya, wisatawan  yang berlibur di Pantai Iboih dan Pulau Rubiah menyewa baju pelampung, kaca mata berenang, dan alat bantu nafas untuk snorkling. Menurut orang yang menyewakan peralatan, pada saat pulau dipadati pengunjung, sebanyak 10 orang menyewa peralatan snorkling lengkap. "Pada hari biasa, paling 3 orang yang menyewa," tambahnya.

Pemerintah Kota Sabang tak lelah-lelah mempromosikan tempat wisatanya ke masyarakat luas, dengan harapan wisatawan selalu berkunjung tak hanya saat hari libur tiba.Pemkot Sabang menargetkan pada tahun 2017 ada 1 juta wisatawan datang ke Sabang. Target yang diinginkan itu bukan omong kosong, sebab kota yang memiliki pelabuhan bebas itu sering menjadi tempat bersandar kapal pesiar dan yacht alias perahu layar. Kapal Pesiar Artania pernah melabuh di Pelabuhan Sabang. Sebesar apapun kapal pesiar, bisa menurunkan jangkarnya di Pelabuhan Sabang, sebab kedalaman pelabuhan mencapai 22 meter.

Saya pernah di Pulau Langkawi, Negara Bagian Kedah, Malaysia. Di sana ada pelabuhan yacht yang begitu popular. Di salah satu papan, terlihat ada pengumuman route yacht itu. Salah satu tujuannya ke Kota Sabang, Indonesia. Di sini menunjukan Sabang sebagai tempat  wisata yang diperhitungkan dunia.

Untuk mencapai target kunjungan wisata hingga 1 juta, beberapa tahun yang lalu kota yang terkenal sejak tahun 1600-an itu memiliki 73 Bungalow, 970 kamar, dan 43 restoran. Pastinya fasilitas penginapan saat ini di Sabang sudah bertambah.  

Sebagai daerah dengan tingginya kunjungan dari wisatawan mancanegara, di beberapa tempat memberi kelonggaran pada bule untuk menikmati matahari atau berjemur. Tempat itu seperti di Pantai Sumur Tiga. Pantai yang berdampingan dengan Pantai Anoi Itam itu cukup menarik, pasirnya putih, airnya hijau-biru bening, banyak pohon kelapa, dan sinar matahari yang menyengat sehingga diburu para pencari matahari.

Bertoleransi antara wisatawan asing dan penduduk lokal bisa jadi karena pelaku industri dan pendukung wisata di Sabang sudah biasa berhubungan dengan para foreigner itu. Saking banyaknya orang dari Eropa, di antara mereka ada yang menikah dengan penduduk lokal seperti bule asal Swedia bernama Peth. Ia mengatakan dirinya sudah tinggal di Indonesia selama 20 tahun meski setahun sekali pulang ke negaranya. "Di sini ada sekitar 20 bule, laki-laki atau perempuan, menikah dengan orang lokal," papar beberapa waktu yang lalu, ketika saya temui.

Sabang dikatakan tempat wisata yang nyaman, aman, dan terbuka bagi orang luar. Semasa Aceh dalam suasana konflik, Sabang merupakan wilayah paling aman. Suasana tersebut masih terasa sampai saat ini. Tak hanya aman dari konflik, Sabang juga aman dari tindakan pencurian. Path sempat bercerita bahwa ada seorang wisatawan dari negara Eropa dompetnya terjatuh. Dalam dompet itu ada uang yang kalau dirupiahkan nilainya mencapai Rp200 juta. Namun dompet itu berada di tangan pemiliknya setelah ditemukan oleh seorang anak.

Demikian pula saat wisatawan dari Malaysia yang dompetnya jatuh. Dalam dompet itu tak hanya uang namun juga passport. Sama dengan kejadian di atas, dompet dan passport itu kembali setelah ditemukan oleh seorang sopir taxi. "Mudah-mudahan kesadaran masyarakat akan tetap baik," ujarnya.

pulau rubiah

Laut Bening di Pulau Rubiah

Menuju ke Pulau Rubiah, kita akan menemukan banyak wisatawan menaiki perahu dengan kaca dibawahnya untuk melihat ikan-ikan yang bermain di sekitaran terumbu karang. Pulau Rubiah adalah sebuah pulau yang kecil sehingga sebelum melabuh di pulau itu, kita bisa mengelilinginya. Terlihat rupa bumi pulau itu dipenuhi dengan batu-batu hitam dan besar. Batu-batu itulah yang membuat Pulau Rubiah kokoh terlindungi dari hempasan gelombang.

Meski Pulau Rubiah di sisi-sisinya berupa tebing batu nan cadas, namun di beberapa bagian ada tempat untuk wisatawan berwisata air seperti berenang, menyelam, dan mengapung. Hal demikian disebabkan karena air laut Pulau Rubiah sangat bening, sebening kaca, tembus hingga ke dasar dan tidak dalam. Hal inilah yang membuat segala umur bisa berenang dan melakukan wisata air.

Pulau Rubiah memang dijadikan sebagai tempat wisata menyelam, berenang, dan mengapung. Di tempat itu ada tempat penyewaan peralatan menyelam dan mengapung. Warna jaket pelampung orange banyak menggantung di tempat itu selain alat bantu pernafasan dan kaca mata air.

Pada saat saya ke sana, terlihat ratusan wisatawan dari berbagai daerah bahkan mancanegara menyeruak di tepi Pulau Rubiah yang tampak ceria bermain air. Di tepi-tepi pulau itu ada bangunan-bangunan kayu, selain sebagai tempat penyewaan alat berenang, menyelam, dan mengapung juga melayani makanan dan minuman.

Meriung di Warung Kopi

Selepas Maghrib, warung kopi yang berada di samping gudang Pelabuhan Sabang mulai didatangi para penikmat kopi. Laki-laki, perempuan, tua, muda, maupun anak-anak berbaur di tempat itu. Sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Kota Sabang, para pengunjung memesan kopi asli aceh seperti ulee kareng dan sanger. Meski demikian, bagi para pengunjung yang tak suka kopi, misalnya anak-anak atau perempuan, mereka disediakan minuman alternatif seperti juice buah. Ramainya warung membuat jalan di samping gudang sesak oleh parkir sepeda motor dan mobil milik pengunjung.

Warung kopi di tempat itu dan tempat-tempat lainnya selalu ramai dikunjungi, sebab di sana pengunjung tak hanya meneguk kopi tapi juga ngobrol ngalor-ngidul. Bahkan kalau ada Liga Premier Inggris, pengunjung membludak. Sambil meneguk kopi mereka menonton sepak bola. Warung itu memang sepertinya mengerti bahwa pengunjungnya adalah para penggemar bola, tak heran di salah satu dindingnya dipasang syal bertuliskan Barcelona FC.

Menurut salah seorang pengunjung bernama Irwansyah, minum kopi merupakan budaya masyarakat Aceh. ia mengatakan bahwa mereka meriung dan meneguk kopi di warung kopi bisa pagi sampai malam. "Semua obrolan bisa dibincangkan di sini," ujar Irwan yang datang ke warung kopi bersama istri dan kedua anaknya. Sebagai tempat melepas lelah dan melupakan masalah, banyak orang berkunjung ke warung kopi termasuk orang luar Aceh. Jadi, warung kopi merupakan salah satu tempat menarik bagi wisatawan.

Dari warung-warung kopi yang ada di Sabang, membuat perputaran uang dari kopi sangat tinggi. Dalam semalam, warung kopi yang berada di samping gudang itu bisa melayani lebih dari 100 gelas.

Sumber: Kompasiana

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved