Citizen Reporter
Liburan ala Menteri Pariwisata
Usai makan malam diiringi lagu Batak kami bertanya, "Mungkinkah seorang Menteri Pariwisata liburan?
Dengan setengah bergurau, Mari Pangestu yang sebelumnya Menteri Perdagangan merespons, "Saya ini Menteri Pariwisata, susah membedakan apakah saya sedang bertugas atau sedang pesiar. Sebab yang dikunjungi adalah tempat-tempat wisata."
Ini hanya sepotong dialog di Hari Natal, di Tabo Cottage Tuktuk Samosir, saat saya menemaninya beberapa waktu lalu. Tapi di baliknya ada cerita mengenai rute libur keluarga yang sesungguhnya tidak bisa dijadikan liburan yang santai. Sebab, personifikasi Mari sebagai menteri ternyata tak bisa dilepaskan begitu saja. Ada ajudan dan urusan protokoler. Mobil polisi dengan sirene yang melengking membuka jalan bagi rombongan ada di depan.
Perjalanan dengan keluarga dimulai sejak turun di Polonia. Keluarga mengunjungi rumah Tjong A Fie di Kesawan Medan, diterima Fon Prawira Tjong. Menteri lalu ke Pematangsiantar mengunjungi museum Simalungun, diterima pengurus yayasan yang mengelola museum. Cuma sebentar di museum lalu rombongan melanjutkan perjalanan.
Dari Siantar 10 orang rombongan keluarga ke Tigaras, dan dari dermaga yang baru dibangun itu dijemput Bupati Samosir Mangindar Simbolon dengan kapal ferry untuk selanjutnya menyeberang ke Simanindo Samosir.
Menteri dan keluarga Misa Natal di Gereja Katolik Pangururan. Esok hari sampai lusanya, Mari Pangestu berkeliling ke Parapat melihat sekilas persiapan Pesta Danau Toba, lalu ke Tuktuk. Selanjutnya ke Tele-Dairi (Kebun Kopi Pak Suryo, Taman Wisata Iman)-Resort Simalem-Brastagi dan ke Medan untuk kembali ke Jakarta.
Sesungguhnya, perjalanan ini tak bisa disebut liburan. Sebab Mari Pangestu banyak ditemui para pemangku kepentingan di bidang pariwisata. Hampir semuanya mengadukan masalah yang mereka hadapi, atau memberikan proposal. Mungkin mereka merasa di hari Natal ini Mesias urusan pariwisata telah hadir, dan akan ada keselamatan pembebasan dari porak porandanya situasi Danau Toba.
Ini adalah kunjungan setelah kami pernah mengajak keluarga tersebut ke Danau Toba 10 tahun sebelumnya. Tapi di antara waktu tersebut, Mari juga pernah melihat Danau Toba dari sisi selatan, dari Balige dan sekitarnya.
Maka bisa dianggap bahwa Mari Pangestu telah melihat Danau Toba dari banyak sisi. Apa komentarnya? "Danau Toba dahsyat. Tapi masalah yang dihadapi juga dahsyat!" katanya tersenyum.
Setidaknya sang menteri sementara melihat tiga masalah di Danau Toba. Ada eceng gondok yang belum ditanggulangi. Padahal enceng gondok bisa diproduksi menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.
Kemudian ada kerambah di mana-mana yang menjadi dilema antara kegiatan ekonomi masyarakat dengan masalah lingkungan. Dan terakhir, soal kebiasaan jelek masyarakat yang seharusnya bisa dilakukan program perubahan perilaku yang mendukung pariwisata. Duh, di sudut-sudut Danau Toba yang indah, di mana-mana ada sampah!
Persoalan lain adalah masalah aksesibilitas dan koneksitas serta belum adanya infrastuktur yang memadai. Betapa jauh dan sulitnya mencapai Danau Toba dan tempat tujuan wisata lainnya. Sementara itu belum ada koneksitas antar moda transportasi. Mungkin tujuh kabupaten yang merasa memiliki Danau Toba harus duduk bersama mengurangi egoisme sektoralnya. "Semuanya secara pararel harus dikembangkan," ujar Mari Pangestu.
Sepanjang jalan selalu saja ada beberapa orang membandingkan Danau Toba dengan Bali. Menurutnya masing-masing potensi wisata harus dikembangkan secara diferensial. Kita juga jangan terlalu bertumpu pada kuantitas wisatawan tapi juga pada kualitas. Mari bahkan tidak setuju jika mass tourism yang hadir di Danau Toba. Harus ditetapkan hal spesifik yang akan dikembangkan. Tentu saja dalam prosesnya harus melibatkan masyarakat setempat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Mari menyebutkan hal itu sebagai pariwisata yang berkelanjutan.
Mari Pangestu tak merasa berbeda antara jobnya sebagai Menteri Perdagangan dan tugasnya sekarang sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, keduanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menteri Perdagangan mungkin saja berlibur, tapi Menteri Pariwisata tak mudah berlibur walau kerjanya mengunjungi tempat-tempat wisata.(*)