Citizen Reporter
Ulos Hijau Muda Tanda Subur
KETIKA saya berkunjung ke Museum Tropen, sedang berlangsung pameran tradisi kematian manusia di pelbagai penjuru dunia.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - KETIKA saya berkunjung ke Museum Tropen, sedang berlangsung pameran tradisi kematian manusia di pelbagai penjuru dunia. Pameran ini berlangsung sejak 3 November hingga akhir Desember. Dimulai dari tradisi kematian bagi umat beragama seperti: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Yahudi, hingga tradisi kematian yang terdapat di China, Afrika, Timur Tengah dan lain-lain.
Ada banyak hal yang bisa dilihat oleh para pengunjung tentang pameran tradisi kematian ini. Pengunjung bisa mendapatkan informasi yang tersedia tentang semua objek yang dipamerkan. Termasuk tradisi kematian di pelbagai daerah di Indonesia, seperti: Jawa, Ngaben di Bali, kuburan batu Lemo-Tanah Toraja, Sumatera Selatan, serta Toba-Sumatera Utara.
Ada ciri khas tradisi kematian yang dipamerkan dari daerah Sumatera Selatan dan daerah Toba-Sumatera Utara, yaitu Ulos. Dari daerah Sumatera Selatan dipajang satu ulos yang khususnya digunakan pada waktu berkabung, di mana sisi ulos tersebut berwarna merah, sedangkan di bagian tengah ulos berwarna hijau. Menurut informasi yang tertera di museum ini, bahwa ulos ini dikenakan khusus untuk janda muda dan janda tua. Ada perbedaan warna di tengah ulos tersebut, yaitu hijau muda bagi janda muda dan hijau tua bagi janda tua.
Warna hijau muda mengacu kepada arti bahwa wanita janda muda yang masih dalam usia subur. Sedangkan warna hijau tua mengacu pada arti bahwa janda wanita tersebut berada pada usia tidak subur. Sedangkan tradisi dari daerah Toba-Sumatera Utara juga dipajang satu ulos. Menurut informasi yang ditulis museum ini, ulos tersebut dikenakan oleh seorang perempuan Batak yang berasal dari keluarga khusus (upper class Toba-Batak women) yang digunakan pada saat berkabung.
Museum ini juga memiliki koleksi foto-foto bertemakan Indonesia, termasuk dari Sumatera Utara. Dari Sumatera Utara, koleksi foto yang dipamerkan seperti: rumah adat khas Batak Toba, kebun tembakau di Langkat, interior rumah khas Binjai, panorama dan kebun tembakau di Deli Serdang. Satu hal yang paling menarik perhatian saya, adalah cukup banyak foto yang bertema Batak Karo yang saya temui di sini, mulai dari panorama Karo, desa dan rumah adat khas Karo.
Setelah selesai melihat koleksi foto-foto yang bernuansa klasik ini, saya berjalan menuju ruangan koleksi lain, seperti koleksi instrumen alat musik modern dan juga tradisional dari berbagai penjuru dunia. Mewakili Indonesia, ada seruling bambu Jawa dan alat musik kentongan Jawa. Kemudian alat musik dari negara lain seperti: China, Afrika, India, dan lain-lain.
Koleksi lain yang cukup menarik perhatian adalah koleksi dari Papua Nugini. Menurut pandangan saya, koleksi Papua Nugini mempunyai koleksi yang lengkap seperti perhiasan untuk hidung yang terbuat dari kulit kerang, anting-anting, perhiasan untuk rambut atau konde yang terbuat dari kayu, kalung yang terbuat dari gigi hewan, perhiasan gelang yang digunakan di dada.
Bukan hanya perhiasan saja, ada juga beberapa masker atau topeng yang terbuat dari kayu khas Papua Nugini, di mana topeng ini digunakan saat menari. Sementara jenis masker atau topeng lainnya yang terbuat dari kayu berfungsi sebagai pelindung dan digunakan untuk mengusir musuh atau membuat musuh ketakutan. Topeng yang merupakan gambaran atau wujud dari kepercayaan mereka digunakan sebagai perlindungan dan penangkal magis.
Ada juga pakaian yang terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan, seperti rumput, bambu dan juga pakaian dan topeng yang terbuat dari rotan, yang semuanya merupakan bahan organik. Pakaian ini digunakan pada suatu ritual dan menari. Hal yang tidak kalah menarik adalah peralatan yang digunakan sebagai peralatan bagi ritual dan kepercayaan mereka, seperti kapak. Mata kapak tersebut terbuat dari batu, diikat serta dihiasi dengan kulit rotan. Ada juga kapak jenis lainnya dengan fungsi yang sama akan tetapi kapak tersebut merupakan kombinasi dari kayu, batu dan juga kulit rotan. Ada juga beberapa patung yang terbuat dari kayu, patung laki-laki dan perempuan yang merupakan gambaran patung nenek moyang mereka.
Afrika juga memiliki banyak koleksi unik yang di pamerkan bagi pengunjung museum ini. Apabila saya bandingkan dengan koleksi yang mewakili Indonesia, terlihat ada persamaan material yang digunakan. Satu di antaranya masker atau topeng yang terdapat di daerah Sumatera dan Papua Nugini, di mana topeng tersebut terbuat dari kayu, fungsinya sama, namun gambaran dan warnanya berbeda.
Koleksi lain seperti sisir yang terbuat dari kayu, bambu dan tulang hewan. Tempat minum atau cangkir dari kayu dan tanduk kerbau serta pelbagai macam rajutan tikar tempat duduk bagi wanita yang terbuat dari bahan organik tumbuh-tumbuhan. Selain itu, ada beberapa potret orang Afrika yang dituangkan dalam bentuk lukisan. Koleksi Afrika lainnya yang tak kalah menarik adalah perhiasan seperti kalung yang terbuat dari manik-manik, cincin emas dari seorang raja dan gelang perunggu. Koleksi lainnya yang cukup unik adalah celana dalam yang dikenakan untuk pria yang terbuat dari kain dengan gabungan dari beberapa warna yang berbeda.
Bisa berada di museum ini adalah pengalaman yang sangat unik, karena mampu membuka mata para pengunjung tentang apa yang terdapat dan juga budaya yang terdapat di penjuru dunia. Kesimpulannya, terlihat sedikit persamaan dan juga perbedaan budaya manusia. Persamaan seperti peralatan yang digunakan oleh suku yang satu dengan suku yang lainnya dari berbagai negara yang berbeda.(*)