Reshuffle Kabinet

SBY Ganti Menteri Karena Ditekan

Pakar Komunikasi Politik Profesor Tjipta Lesmana menganggap percuma keputusan presiden yang akan melakukan perombakan kabinetnya

TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA - Pakar Komunikasi Politik Profesor Tjipta Lesmana menganggap percuma keputusan presiden yang akan melakukan perombakan kabinetnya. Tjipta meyakini, perombakan terjadi, bukan mengedepankan hak prerogatif yang dimiliki, akan tetapi karena ditekan kanan-kiri, dari partai koalisi pendukungnya.

"Pak SBY itu ibarat pemain yang safety player. Dia paling takut sama DPR. Makanya, adanya perombakan kabinet yang dilakukan karena ada tekanan kanan-kiri dari partai koalisi," kata Tjipta Lesmana usai menjadi pembicara dalam diskusi UU Intelijen di DPR, Kamis (13/10/2011).

Saat Pilpres lalu, baik di tahun 2004 dan di tahun 2009 Presiden SBY mengatakan akan menempatkan para menteri, lebih pada profesionalitas. Dan yang terjadi saat ini, katanya, menjadi bukti Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II yang dibentuk gagal menempatkan lantaran ada menteri yang akan diganti.

Berulang-ulang Pak SBY mengatakan akan menempatkan para menteri the right man on the right place saat Pilpres lalu.  Tapi hasilnya kayak gini, jeblok. Saya meyakini, kalau kayak begini, pasca reshuffle hasilnya juga akan jeblok," tegasnya.

Kalau berdasar profesionalitas, lanjut Profesor Tjipta Lesmana, seharusnya Presiden SBY tak takut mencopot menteri kemudian menggantinya dari orang luar partai politik pendukungnya.

"Harusnya kan, mencari menteri yang lebih profesional. Saya sebagai pakar komunikasi bisa memastikan, reshuffle terjadi karena Pak SBY dapat desakan dari kiri kanan atas bawah. Padahal, bisa saja dikibulin. Kalau dibilang hak prerogatif, tapi kenyataannya beda," tegasnya. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved