Berita Viral
Heboh Kasus Adik Jual Kakak Perempuan, Dapat Komisi Rp 50 Ribu, Hidupnya Tinggal Bareng Nenek
Kasus pertama, menggunakan aplikasi MiChat, adik laki-laki itu menjual kakak perempuannya untuk mendapatkan uang.
TRIBUN-MEDAN.com - Heboh kasus adik jual kakak perempuan di Mamuju Rp 50 ribu. Keluarga broken home tinggal bareng nenek.
Dua kasus perdagangan manusia menjadi sorotan. Pertama, di Mamuju, Sulawesi Barat, kedua, di Bangka.
Kasus pertama, menggunakan aplikasi MiChat, adik laki-laki itu menjual kakak perempuannya untuk mendapatkan uang.
Tindak perdagangan orang terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat.
Satuan Tugas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Mamuju mengungkap kasus mengejutkan yang melibatkan dua anak di bawah umur.
Hal ini disampaikan saat Pelatihan Manajemen Kasus Penanganan Perempuan Korban Kekerasan di salah satu hotel di Mamuju, Kamis (23/10/2025).
Dalam pemaparan Satgas, kasus tersebut melibatkan kakak-beradik yang tinggal bersama nenek mereka akibat kondisi keluarga yang broken home.
Sang adik laki-laki diketahui menjajakan kakak perempuannya melalui aplikasi percakapan Michat untuk mendapatkan uang.
"Adiknya menjajakan kakaknya di aplikasi hijau (Michat) dan menerima komisi sebesar Rp50 ribu," ungkap anggota Satgas DP3A Mamuju saat kegiatan berlangsung.
Faktor ekonomi disebut menjadi pendorong utama tindakan tersebut.
Selain itu, kurangnya pengawasan orang tua dan lingkungan keluarga yang tidak stabil turut memperburuk situasi.
Setelah kasus ini terungkap, Satgas PPPA Mamuju segera melakukan langkah pendampingan terhadap korban dan melaporkannya ke Polresta Mamuju.
Mereka juga menelusuri kondisi keluarga untuk memastikan korban mendapatkan perlindungan dan penanganan psikologis.
49 Kasus Kekerasan Anak Sepanjang 2025
Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), masih menjadi persoalan serius.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2025, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Mamuju mencatat sedikitnya 49 kasus kekerasan terhadap anak.
Kepala DP3A Mamuju, Masithah Syam, mengatakan kasus yang dilaporkan mencakup berbagai bentuk kekerasan.
“Kasusnya mulai perkelahian, KDRT, hingga kekerasan seksual,” ujar Masithah saat ditemui di salah satu hotel di Mamuju, Kamis (23/10/2025).
Masithah menjelaskan, meningkatnya laporan kasus kekerasan tak sepenuhnya menunjukkan situasi memburuk.
Menurutnya, hal ini juga menandakan kesadaran masyarakat untuk melapor semakin tinggi.
“Sebelum-sebelumnya kesadaran masyarakat kita masih rendah. Sekarang ini sudah di angka 60 persen,” katanya.
Ia menambahkan, sebagian besar pelaku dan korban kekerasan berasal dari keluarga dengan tekanan ekonomi.
Kondisi broken home juga banyak ditemukan dalam sejumlah kasus yang ditangani.
DP3A Mamuju terus mendorong masyarakat agar tidak ragu melapor setiap kali menemukan dugaan kekerasan terhadap anak maupun perempuan, demi memberikan perlindungan dan pemulihan yang lebih cepat bagi korban.
Suami Jual Istri, Anak Balita Jadi Korban
Kasus kedua, sepasang suami istri, DA (24) dan AA (29), kini harus mendekam di balik jeruji besi setelah terbukti menjalani praktik prostitusi daring dengan modus open BO melalui aplikasi MiChat.
Yang lebih mengejutkan, praktik itu dilakukan dengan sepengetahuan, bahkan restu dari sang suami.
Akibat perbuatan mereka, anak laki-laki pasangan ini yang baru berusia tiga tahun kini harus hidup terpisah dan dititipkan kepada orangtua DA.
Terungkap di Tengah Kesulitan Ekonomi
Kasus ini terungkap ketika Unit Reskrim Polsek Pemali mengamankan pasangan tersebut pada Senin (29/9/2025).
Dua hari kemudian, keduanya diperiksa secara terpisah oleh penyidik Unit PPA Satreskrim Polres Bangka.
DA dalam pengakuannya menyebut semua bermula dari aplikasi MiChat yang diunduh sang suami.
“Awalnya suami download aplikasi MiChat di hp ku, kata dia iseng-iseng awalnya,” ujar DA.
Meski awalnya menolak, DA akhirnya luluh setelah sang suami meyakinkan bahwa itu hanya untuk mencoba.
“Kubilang ke dia, ka nek ngejual ku ok (kamu mau ngejual aku ya-red). Terus kata dia, dak lah untuk nyube bai (cuma coba-coba-red). Lama-lama ku berpikir, ku bilang basinglah (terserah lah-red),” jelasnya.
Istri Melayani, Suami Menunggu di Ruang Tamu
DA menegaskan bahwa dirinya tidak dipaksa, tetapi menjalani praktik tersebut dengan kesepakatan bersama. Setiap kali menerima pelanggan, DA melayani di kamar, sementara suaminya menunggu di ruang tamu sambil menjaga anak mereka.
AA sendiri tidak membantah pengakuan itu. Ia mengaku, awalnya hanya ingin menipu orang lewat aplikasi, namun akhirnya menerima tawaran pelanggan untuk open BO.
“Awalnya nyoba untuk nipu orang, bukan untuk open BO. Terus kata biniku basinglah (terserah lah-red),” ungkap AA.
Dalam kurun waktu tiga bulan, DA melayani sedikitnya 15 pelanggan dengan tarif Rp200 ribu hingga Rp400 ribu sekali kencan.
Dari uang itu, sebagian dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, termasuk membeli makanan dan susu anak. Namun, tidak sedikit pula yang dipakai AA untuk membeli rokok hingga berjudi online.
“Kadang kukasih 50, kasih 100 (ribu rupiah-red) ke dia. Yang banyaknya untuk keperluan beli makan lah, beli susu anak,” kata DA.
AA menambahkan, sebagian uang yang ia terima kerap dipakai untuk kebutuhan pribadi. “Uangnya untuk beli rokok, beli minuman-minuman cangkir itu, terus untuk nyelot (judi online-red),” ujarnya.
Anak Balita Jadi Korban
Kini, anak pasangan ini yang baru berusia tiga tahun lebih harus menanggung dampak paling besar. Balita itu dititipkan kepada orangtua DA. Tanpa tahu permasalahan yang menjerat ayah dan ibunya, bocah kecil itu hanya bisa merindukan kasih sayang orangtua yang kini harus mendekam di sel tahanan.
“Sedih lah pak, dak tau macam mana hidup,” ucap DA lirih saat mengingat nasib anaknya.
AA sendiri mengaku sempat terpikir untuk berhenti, bahkan pernah mencoba mengakhiri hidup karena tekanan ekonomi.
“Aku pun sempat mau bunuh diri, di tanganku ada bekas silet,” katanya.
Namun himpitan kebutuhan dan godaan uang membuat mereka tetap melanjutkan praktik terlarang tersebut.
Polisi Beberkan Modus
Kasatreskrim Polres Bangka, AKP Mauldi Waspandi, menjelaskan modus operandi pasangan ini adalah bekerja sama mencari pelanggan melalui MiChat.
“Modusnya, suami istri bekerja sama untuk open BO (prostitusi online-red) menggunakan aplikasi MiChat,” katanya.
Tarif layanan ditetapkan Rp200 ribu hingga Rp400 ribu sekali kencan.
Hasilnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun sebagian oleh suami digunakan untuk berjudi online.
“Awal mulanya untuk kebutuhan ekonomi karena suami tidak ada pekerjaan tetap.
Namun setelah menjadi keseharian, suami menggunakan sebagian uang hasil menjual istrinya untuk judol,” tambah Mauldi.
Terancam Hukuman Penjara
Atas perbuatannya, AA dijerat dengan Pasal 12 atau 6 huruf (b) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual atau Pasal 296 KUHP, dengan ancaman hukuman hingga 12 tahun penjara.
Sedangkan DA dijerat dengan Pasal 296 KUHP dengan ancaman pidana 1 tahun 4 bulan.
Kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Sementara itu, kehidupan anak balita mereka kini bergantung pada kakek dan neneknya, meninggalkan luka mendalam akibat perbuatan kedua orangtuanya.
(*/ Tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| PILU Siswi SMP di Jepara Jadi Korban Rudapaksa Secara Bergilir Pulang Nonton Orkes, Dijebak Teman |
|
|---|
| BEDA dengan Jokowi, Arsul Sani Buktikan Ijazahnya Asli dan Tunjukkan ke Publik |
|
|---|
| VIRAL Kapolsek Ijen Iptu Suherdi Ditarik Paksa Warga ke Jalanan, Mapolsek Digeruduk |
|
|---|
| Terbukti Selingkuh, Perwira di Riau Iptu Lof Lasri Nosa Dipecat Imbas Skandal Asrama Polisi |
|
|---|
| NASIB Arsul Dilaporkan ke Bareskrim Usai Keluar Putusan MK Larang Polri Aktif Duduki Jabatan Sipil |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/adik-jual-kakak-tribunmedan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.