Berita Nasional

Kapan Harga Emas Turun, Akan Terus Naik hingga Akhir 2025? Begini Prediksi Pengamat

Meski harga emas berada di level tinggi, para analis menilai logam mulia ini masih relevan sebagai aset lindung nilai

TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Pegawai menunjukkan emas Antam yang dijual di Butik Emas Logam Mulia PT. Aneka Tambang (Antam), Medan, Selasa (7/10/2025). Harga emas Antam hari ini tercatat mencapai Rp2.284.000 per gram, naik Rp34.000 dari hari sebelumnya Rp2.250.000 per gram. 

TRIBUN-MEDAN.com - Kapan harga emas turun? ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang terus membayangi dunia membuat emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik.

Meski harga emas berada di level tinggi, para analis menilai logam mulia ini masih relevan sebagai aset lindung nilai atau safe haven hingga akhir 2025.

Safe haven adalah istilah dalam dunia keuangan yang merujuk pada aset atau instrumen investasi yang dianggap aman saat kondisi pasar sedang tidak menentu, penuh gejolak, atau krisis.

Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Nusantara (Uninus), Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy, mengatakan bahwa kekuatan emas sebagai pelindung nilai tak banyak berubah, terutama saat dunia menghadapi tekanan dari berbagai arah.

Dia menilai tren global masih memberi ruang penguatan seiring penurunan suku bunga The Fed dan meningkatnya permintaan emas dari bank sentral dunia.

The Fed adalah singkatan dari Federal Reserve, yaitu bank sentral Amerika Serikat, yang bertugas mengatur suku bunga acuan, menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi, dan mengawasi sistem keuangan dan perbankan

Apa kaitan The Fed dengan harga emas? keputusan The Fed, terutama soal suku bunga, punya pengaruh besar terhadap harga emas di seluruh dunia.

“Melihat tren global, kemungkinan harga emas turun tajam hingga akhir 2025 relatif kecil. Pergerakannya lebih realistis stagnan di kisaran Rp 2,3–2,45 juta per gram, dengan peluang menguat ke Rp 2,5–2,6 juta jika skenario optimistis tercapai,” ujar Rizaldy, Minggu (5/10/2025).

Dia menjelaskan, sejumlah faktor global masih menjadi penopang kuat harga emas dunia, mulai dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) hingga kondisi geopolitik yang belum stabil

“Penurunan suku bunga The Fed, pelemahan dolar AS, serta tingginya permintaan dari bank sentral dunia membuat arah emas cenderung bertahan kuat,” tambahnya.

Rizaldy menilai, saat ini harga emas dunia memang berada di level yang relatif tinggi, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan ketidakpastian geopolitik di beberapa kawasan. 

Lebih lanjut, permintaan dari bank-bank sentral yang terus menambah cadangan emas juga menjadi faktor penguat.

“Hingga akhir 2025, kecenderungan harga emas masih berpotensi menguat, meski fluktuasi jangka pendek tetap perlu diwaspadai,” ujarnya.

Untuk pasar domestik, harga emas Antam yang kini berada di kisaran Rp 2,3 juta per gram diperkirakan masih akan bergerak di rentang Rp 2,3 juta hingga Rp 2,6 juta per gram. 

Menurutnya, skenario optimistis dapat tercapai bila penurunan suku bunga global terjadi lebih cepat dan nilai dolar AS melemah.

“Namun dalam skenario moderat atau pesimistis, harga emas bisa tertahan bila tekanan dolar menguat atau inflasi global melandai lebih cepat dari perkiraan,” kata Rizaldy.

Secara umum, ia menegaskan bahwa emas masih menjadi salah satu aset lindung nilai (safe haven) yang menarik bagi investor, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

“Selama ekonomi global masih dibayangi ketegangan geopolitik dan arah kebijakan moneter yang belum pasti, emas tetap menjadi instrumen yang cukup aman dan rasional untuk menjaga nilai aset,” ucapnya.

Artikel sudah tayang di Tribun Jabar

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved