Berita Viral

HUBUNGAN Korea Utara dan Indonesia Pernah Redup di Era Soeharto, Kini Mulai Mesra di Era Prabowo

Setelah sempat meredup di era Orde Baru, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Utara kini kembali menunjukkan sinyal positif.

Editor: AbdiTumanggor
Kolase IG/Istimewa
Kunjungan Menteri Luar Negeri RI Sugiono ke Pyongyang pada 10–11 Oktober 2025. (Kiri). (Kanan) Kunjungan kenegaraan Soekarno ke Pyongyang pada November 1964 dan kunjungan balasan Kim Il Sung ke Indonesia pada April 1965. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Diplomasi yang Menghangat di Era Presiden Prabowo: Indonesia dan Korea Utara Bangun Kembali Jembatan Persahabatan.

Setelah sempat meredup di era Orde Baru, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Utara (Korut) kini kembali menunjukkan sinyal positif.

Dalam kunjungan resmi Menteri Luar Negeri RI Sugiono ke Pyongyang pada 10–11 Oktober 2025, kedua negara menandatangani nota kesepahaman baru yang menjadi tonggak penting dalam mempererat kerja sama lintas sektor.

Kunjungan Menlu Sugiono ke Korea Utara bukan sekadar seremoni diplomatik.

Ia juga menghadiri peringatan HUT ke-80 Partai Pekerja Korea, yang dihadiri langsung oleh Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.

Momen ini menjadi simbol kuat bahwa Indonesia dan Pyongyang tengah membangun kembali jembatan persahabatan yang telah lama sempat terbengkalai.

"Dalam semangat memperkuat hubungan bilateral, kedua Menteri Luar Negeri menandatangani Pembaruan Nota Kesepahaman tentang Pembentukan Konsultasi Bilateral," tulis Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan resminya dikutip dari Kompas.com, Minggu (12/10/2025).

Nota kesepahaman tersebut mencakup kerja sama di bidang politik, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga olahraga.

Lebih dari itu, Indonesia menyatakan kesiapannya menjadi jembatan antara Korea Utara dan ASEAN, membuka peluang keterlibatan Pyongyang dalam forum kawasan seperti ASEAN Regional Forum (ARF).

Jejak Sejarah yang Tak Terlupakan

Hubungan Indonesia dan Korea Utara bukanlah hal baru.

Sejak era Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il Sung, kedua negara telah menjalin komunikasi erat.

Kunjungan kenegaraan Soekarno ke Pyongyang pada November 1964 dan kunjungan balasan Kim Il Sung ke Indonesia pada April 1965 menjadi bukti nyata kedekatan tersebut.

Salah satu momen ikonik adalah ketika Soekarno memperkenalkan bunga anggrek kepada Kim Il Sung di Kebun Raya Bogor.

Bunga yang belum memiliki nama itu kemudian diberi nama "Kimilsungia" sebagai simbol persahabatan kedua negara.

Namun, hubungan yang mesra itu sempat terguncang di era Orde Baru.

Pada 5 Mei 1968, Dubes Korea Utara Moon Song Sool menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Soeharto.

Dalam momen tersebut, ia secara tak terduga menyampaikan harapan keselamatan kepada "Presiden Soekarno"—yang saat itu telah menjadi tahanan rumah.

Ucapan tersebut dianggap sebagai kesalahan diplomatik dan menjadi awal redupnya hubungan kedua negara.

Menuju Masa Depan yang Lebih Konstruktif

Kini, di era pemerintahan Presiden Prabowo, diplomasi Indonesia menunjukkan arah baru yang lebih inklusif dan strategis.

Kunjungan Wakil Menlu Korea Utara Park Sang Gil ke Indonesia pada September 2024 juga memperkuat sinyal tersebut.

Dalam pertemuan dengan Wakil Menlu RI Pahala Mansury, kedua pihak menegaskan kembali semangat persahabatan dan membahas peluang kerja sama di sektor strategis.

Kedua negara sepakat bahwa komunikasi terbuka dan kerja sama konstruktif adalah kunci terciptanya stabilitas di kawasan Asia Timur.

Dengan semangat baru ini, Indonesia dan Korea Utara tampaknya siap melangkah bersama menuju masa depan yang lebih bersahabat dan produktif.

(*/Tribun-medan.com)

Artikel telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved