KRONOLOGI Ratusan Siswa Tak Masuk Sekolah Usai Santap MBG di Salatiga, Alami Gejala Muntah dan Diare

Dugaan keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi. Kali ini, dialami ratusan siswa SMP Negeri 8 di Salatiga, Jawa Tengah,

Editor: Juang Naibaho
(Instagram @lbj_jakarta)
ISI MBG – Ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di salah satu sekolah Bekasi, Selasa (30/9/2025). Kasus keracunan menu MBG dialami ratusan siswa SMP Negeri 8 di Salatiga, Jawa Tengah. Total ada 192 siswa yang tidak masuk sekolah karena gejala muntah, diare, sakit perut, dan tubuh lemas. 

TRIBUN-MEDAN.com - Kasus keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi pekan ini.

Kali ini, ratusan siswa SMP Negeri 8 di Salatiga, Jawa Tengah, menderita sakit usai mengonsumsi menu MBG.

Total ada 192 siswa yang tidak masuk sekolah karena gejala muntah, diare, sakit perut, dan tubuh lemas.

Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga, Yohana Natallina Sari, membeberkan kronologi dugaan ratusan siswa keracunan MBG ini.

Ia mengatakan, para siswa kelas VII dan VIII mengikuti kemah selama tiga hari di kawasan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah mulai Rabu (1/10/2025) hingga Jumat (3/10/2025).

"Pada hari pertama dan kedua tidak ada masalah, menu yang disajikan makanan kering," ungkapnya, Senin siang. 

Pada Jumat (3/10/2025) sekitar pukul 10.30 WIB, para siswa tiba di Lapangan Klumpit, Tingkir, Salatiga. 

Saat itu, sebanyak 529 siswa mendapat menu MBG berupa nugget tempe, salad sayur, telur ceplok, burger, dan semangka. 

"Ada yang dimakan di lapangan, sekolah, dan dibawa pulang," kata Yohana. 

Sehari setelahnya, Sabtu (4/10/2025) sekitar pukul 10.15 WIB, Yohana mendapat laporan bahwa sejumlah siswa mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan diare. 

"Setelah ada laporan tersebut, saya meminta kepala sekolah dan PIC kegiatan mendata kondisi para siswa, termasuk jumlahnya dan lokasi perawatan," paparnya. 

Ia menambahkan, sebagian besar siswa tidak masuk sekolah karena sakit dan kelelahan, namun penyebab pastinya masih perlu dipastikan. 

"Untuk penyebab siswa tidak masuk sekolah, memang kebanyakan karena sakit dan capek. Tapi penyebab sakit ini yang butuh kepastian juga, apakah karena makanan tersebut atau daya tahan tubuh," kata Yohana. 

Dari 192 siswa yang absen, dua di antaranya harus menjalani perawatan inap di rumah sakit. "Informasi awal sakit diare, tapi untuk kepastian ranah petugas medis," ujarnya.

Salah satu di antara anak yang mengalami gejala keracunan adalah Deswita, warga Tingkir, Salatiga.

Lintang Adhi Prasetyo, kakaknya mengungkapkan kondisi adiknya yang kini terbaring lemah di rumah sakit.

Kata dia, Deswita mengalami muntah-muntah dan diare tidak berkenti setelah mengonsumsi menu MBG.

"Kalau adik saya sudah merasa badannya tidak enak itu dari pulang kemah, pada hari Jumat. Sejak semalam (Minggu malam—Red) masuk rumah sakit,” kata Lintang kepada Tribun Jateng.

Awalnya, Lintang dan keluarganya mengira, Deswita hanya kelelahan sepulang berkemah.

Akan tetapi ternyata gejala berlanjut, mulai muntah, sakit perut, mencret, dan tubuh melemah.

Hal yang membuat  Lintang makin curiga, pada Senin pagi, saat dia menjaga adiknya di ruang perawatan, datang pasien baru, siswi kelas 7 dari sekolah yang sama. Para siswi itu juga datang dengan gejala serupa.

Pasien tersebut sebelumnya sempat dirawat tempat lain, tetapi kemudian dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar karena kondisi tak kunjung membaik.

Hingga kini, belum ada kesimpulan resmi dari pihak berwenang soal penyebab sakit massal tersebut.

Namun dari keterangan Lintang dan orang tua lain, dugaan mereka tertuju pada makanan dari program MBG, yang diberikan kepada para siswa pada hari terakhir kemah.

Dugaan itu semakin menguat setelah muncul informasi bahwa makanan MBG sempat dibawa pulang oleh beberapa siswa.  

Dari informasi yang Lintang dapat, terdapat makanan dari MBG yang dimakan oleh kakak seorang murid di rumah dan kakaknya ikut mengalami gejala keracunan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Muh Nasiruddin, menanggapi situasi ini dengan hati-hati.

Dia menegaskan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memastikan apakah ada unsur keracunan makanan.

“Kami belum bisa mengatakan bahwa ini keracunan akibat MBG. Biar pihak medis yang menyimpulkan karena ini masih dalam tahap pencarian fakta di lapangan,” jelas Nashiruddin.

Menurut Nasiruddin, jika memang ada dugaan keracunan, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk pengambilan sampel makanan dan sampel medis dari siswa yang terdampak.

Dia menambahkan bahwa guru dan pihak sekolah sudah diinstruksikan untuk lebih teliti dalam mengawasi dan memeriksa kondisi makanan sebelum dibagikan ke siswa. (*/tribunmedan.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved