Berita Viral

TANGGAPAN Jokowi Setelah Loyalisnya, Immanuel Ebenezer Kena OTT KPK

Terkait OTT Immanuel Ebenezer atau Noel oleh KPK, Jokowi memberikan tanggapannya saat ditanya awak media, Jumat (22/8/2025).

|
Editor: Juang Naibaho
Tribunnews
KENA OTT - Ketua Relawan Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer alias Noel (kanan) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) bebeapa waktu lalu. Jokowi memberi apresiasi kepada KPK terkait OTT terhadap Immanuel Ebenezer atas dugaan pemerasan. 

TRIBUN-MEDAN.com - Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer atau Noel terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (21/8/2025) dini hari.

OTT terhadap Noel dan 13 orang lainnya diduga terkait pemerasan terhadap perusahaan-perusahaan dalam pengurusan sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Noel dikenal sebagai mantan aktivis yang menjadi loyalis Presiden ke-7 RI Jokowi. Ia adalah pendiri sekaligus Ketua Umum Jokowi Mania (Joman), salah satu kelompok relawan militan pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 silam. 

Kemudian di Pilpres 2024 lalu, Noel mendirikan kelompok relawan Prabowo Mania 08, untuk mendukung Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Terkait OTT Noel oleh KPK, Jokowi memberikan tanggapannya saat ditanya awak media, Jumat (22/8/2025).

Jokowi mengatakan dirinya mengapresiasi KPK atas penangkapan Immanuel Ebenezer.

“Saya sangat mengapresiasi kerja baik dari KPK dan kita semua harus menghormati proses hukum yang ada,” jelas Jokowi, di kediamannya, Sumber, Solo, Jumat (22/8/2025).

Jokowi tak menampik Noel merupakan salah satu pendiri organ relawan yang ikut memenangkannya menjadi presiden di Pilpres 2019.

Meski begitu, ia tetap meminta semua pihak agar mengikuti proses hukum yang sedang berlangsung.

“Benar (pernah jadi relawan Jokowi). Ikuti proses hukum yang ada,” tutur Jokowi.

Baca juga: Pernah Jadi Driver Ojol, Daftar Kendaraan Immanuel Ebenezer yang Disita KPK, Ada 22 Mobil dan Motor

Pernah Diingatkan Jokowi di Solo

Immanuel Ebenezer atau Noel dikenal luas sebagai Ketua Umum Jokowi Mania (Joman), salah satu kelompok relawan militan pendukung Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.

Setelah mendirikan Jokowi Mania, Noel juga mendirikan Prabowo Mania 08.

Noel ikut berperan memenangkan pemilihan Presiden-Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Ia kemudian diangkat sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Pada Desember 2024 lalu, Noel sempat berkunjung ke kediaman Jokowi di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, dalam rangka silaturahmi.

Ia menyebut pertemuan tersebut sebagai bentuk rasa hormat kepada Jokowi yang ia anggap sebagai “orang tua politik”.

"Pesannya Pak Jokowi waktu itu jelas, jangan korupsi. Itu pesan moral dan politiknya," kata Noel setelah pertemuan tersebut.

Ia juga dikenal aktif menyuarakan pembelaan terhadap buruh, dan sempat mengunjungi pabrik-pabrik yang terlibat konflik ketenagakerjaan di Karanganyar dan Sukoharjo.

Namun, penangkapan ini menjadi pukulan telak bagi citra politik dan moral yang selama ini dibawanya, terlebih mengingat rekam jejaknya yang lantang mengingatkan publik dan pengusaha untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan 11 tersangka dalam dugaan kasus pemerasan terkait penerbitan sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Satu di antaranya, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer atau Noel yang disebut mendapat Rp 3 miliar.

Meski begitu, ternyata bukan Noel yang mendapat uang paling banyak dalam pusaran kasus pemerasan ini.

Sosok yang paling mendapat pundi-pundi adalah Irvian Bobby Mahendro, Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personil K3 Kemenaker tahun 2022-2025. Total dia mendapat Rp 69 miliar.

KPK menyatakan memiliki bukti permulaan yang cukup untuk menaikkan status perkara ke tahap penyidikan.

"KPK kemudian menaikkan perkara ini ke tahap penyidikan dengan menetapkan 11 orang sebagai tersangka, yakni IBM, kemudian GAH, SB, AK, IEG (Immanuel Ebenezer Gerungan), FRZ, HS, SKP, SUP, TEM, dan MM,” kata Ketua KPK Setyo Budiyanto dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih, Jakarta, Jumat (22/8/2025). 

Setyo menyebutkan, 10 tersangka selain Noel adalah:

- Irvian Bobby Mahendro selaku Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personil K3 Kemenaker tahun 2022-2025
- Gerry Adita Herwanto Putra selaku Koordinator Bidang Pengujian dan Evaluasi Kompetensi Keselamatan Kerja Kemenaker
- Subhan selaku Subkoordinator Keselamatan Kerja Direktorat Bina K3 Kemenaker tahun 2020-2025
- Anitasari Kusumawati selaku Subkoordinator Kemitraan dan Personel Kesehatan Kerja Kemenaker
- Fahrurozi selaku Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kemenaker
- Hery Sutanto selaku Direktur Bina Kelembagaan Kemenaker 2021-2025
- Sekarsari Kartika Putri sleaku subkoordinator
- Supriadi selaku koordinator
- Temurila dari pihak PT KEM Indonesia
- Miki Mahfud dari pihak PT KEM Indonesia. 

Pemerasan modus sertifikasi K3 ini tak tanggung-tanggung. Pemohon harus merogoh kocek berpuluh-puluh kali lipat demi mendapat sertifikat tersebut.

Tarif resmi sertifikasi K3 yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 275 ribu. Namun, praktik di lapangan, para pekerja atau buruh harus mengeluarkan biaya hingga Rp 6 juta.

Melansir laman Kemnaker, K3 adalah bidang yang berhubungan dengan kegiatan pencegahan dan perlindungan dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sertifikasi K3 dibutuhkan sebagai bentuk pengakuan keahlian di bidang K3. 

Dalam perkara ini, Noel diduga menerima aliran dana sebesar Rp 3 miliar. Uang tersebut berasal dari praktik pemerasan terkait pengurusan sertifikat K3. 

Konstruksi Perkara

Setyo menjelaskan, dalam perkara ini, KPK menduga ada praktik pemerasan dalam pengurusan sertifikasi K3 yang menyebabkan pembengkakan tarif sertifikasi. 

"Dari tarif sertifikasi K3 sebesar Rp275.000, fakta di lapangan menunjukkan bahwa para pekerja atau buruh harus mengeluarkan biaya hingga Rp 6.000.000 karena adanya tindak pemerasan dengan modus memperlambat, mempersulit, atau bahkan tidak memproses permohonan pembuatan sertifikasi K3 yang tidak membayar lebih," kata Setyo.

KPK mencatat selisih pembayaran tersebut mencapai Rp 81 miliar yang kemudian mengalir kepada para tersangka. 

Setyo mencontohkan, pada tahun 2019-2024, Irvian menerima Rp 69 miliar melalui perantara yang digunakan untuk belanja, hiburan, DP rumah, serta setoran tunai kepada Gerry, Herry, dan pihak-pihak lainnya. 

Kemudian, Gerry diduga menerima Rp 3 miliar sepanjang 2020-2025, terdiri dari setoran tunai senilai Rp 2,73 miliar; transfer dari Irvian sebesar 317 juta, dan dua perusahaan di bidang PJK3 dengan total Rp 31,6 juta. 

Lalu, Subhan diduga menerima aliran dana sejumlah Rp 3,5 miliar pada kurun waktu 2020-2025 dari sekitar 80 perusahaan di bidang PJK3.  Sementara, Anitasari Kusumawati menerima Rp 5,5 miliar pada tahun 2021-2024 dari pihak-pihak perantara. 

Setyo menyebutkan, uang tersebut juga mengalir ke penyelenggara negara, termasuk Noel selaku Wamenaker senilai Rp 3 miliar, serta Farurozi dan Hery sebesar Rp 1,5 miliar.

Dalam kasus ini, KPK menyita 22 kendaraan mewah, terdiri dari 15 mobil dan 7 motor yang kini berada di halaman Gedung Merah Putih KPK.

Di antara kendaraan itu, terdapat Nissan GT-R R35 berwarna biru yang dijuluki “Godzilla”, serta jajaran motor Ducati dan Vespa mencolok.

Motor Bodong Noel

Setyo juga mengungkap dugaan motor bodong yang dimiliki Noel. Ia menjelaskan, motor mewah Ducati Scrambler warna biru berpelat B 2445 SUQ itu diduga bodong lantaran Noel membelinya secara off the road.

Beli motor off the road yakni membeli motor dengan harga dasarnya saja, belum termasuk biaya pengurusan surat-surat kendaraan seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), dan pajak (PKB), 

"Paper-nya belum ada, surat-suratnya belum ada, dibeli secara off the road. Terus kemudian kalau tidak salah bulan April 2025 sudah dibeli, tapi sampai dengan sekarang belum dilakukan proses pengurusan untuk BPKB maupun STNK," ujar Setyo.

Pihaknya mengatakan dalam hal proses pengurusan surat-surat motor mewah Ducati di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) belum dilakukan Noel.

Setyo menyebut adanya hal tersebut mengindikasikan ada hal (pembelian motor) yang diduga dicoba ditutup-tutupi oleh Noel.

"Supaya tidak diketahui dulu (kepemilikan motor) kemudian dipasang platnya yang kosong (bodong) tak tahu dapatnya dari mana, dan ini akan didalami," lanjutnya. 

Noel Menangis

Sebelum dihadirkan ke ruang jumpa pers, Immanuel Ebenezer alias Noel terlihat menangis ketika mengenakan rompi tersangka KPK berwarna oranye. Momen ini terpantau di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025) sore. 

Noel turun dari tangga KPK mengenakan rompi oranye bernomor 71 di dada kanan. Kedua pergelangan tangannya terikat borgol. Dia mengangkatnya sampai setinggi perut. 

Terlihat dari kejauhan di balik kaca tangga gedung, terlihat raut wajah Noel yang sedih dan menangis. 

Dia melipat bibir ke dalam seraya berjalan, menatap ke arah wartawan dengan mata sembab di balik kaca mata berbingkai warna hitam. Dia kemudian mengacungkan jempol ke arah wartawan. 

Sebanyak 10 tersangka lainnya mengikuti Noel menuruni tangga. Setelah selesai menuruni anak tangga, Noel nampak terisak. Para wartawan riuh menyorakinya.  (*/tribunmedan.com)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan   

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved