Karo Terkini

Takut Merugi, Petani Jagung di Karo Tunda Musim Tanam hingga Lewat Kemarau

Akibat kondisi kemarau panjang yang melanda Kabupaten Karo, sejumlah petani banyak yang takut untuk memulai musim tanam.

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL
DAMPAK KEMARAU PANJANG: Kondisi tanaman jagung di salah satu lahan pertanian warga di Kecamatan Munte, Kabupaten Karo, tampak mengalami kondisi mengenaskan, Jumat (12/9/2025). Akibat kemarau panjang yang melanda Kabupaten Karo, banyak petani merugi akibat tanamannya tak bisa berkembang. (TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL) 

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Akibat kondisi kemarau panjang yang melanda Kabupaten Karo, sejumlah petani banyak yang takut untuk memulai musim tanam.

Pasalnya, selama kurang lebih lima bulan ini curah hujan yang mengguyur lahan pertanian warga cukup jauh berkurang. 

Kondisi ini, membuat petani takut memulai musim tanam karena ditakutkan tanamannya akan tidak membuahkan hasil yang maksimal. Salah satu tanaman yang banyak ditunda oleh masyarakat untuk ditanami, ialah jenis jagung yang memang membutuhkan pasukan air yang maksimal. 

Seperti penuturan salah satu petani jagung di Kecamatan Munte J Perangin-Angin, yang mengaku sampai saat ini dirinya belum berani untuk kembali bertani. Hal tersebut, karena ditakutkan jika dipaksakan lahan pertaniannya kembali ditanami nantinya tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. 

"Tahan-tahan dulu lah, karena kan kemarau ini nanti ditanam pun enggak jadi juga buahnya," ujar Perangin-Angin, Jumat (12/9/2025). 

Ia mengaku, sejauh ini masih melihat cuaca dimana di daerahnya sudah mulai turun hujan. Nantinya, jika sepekan ke depan curah hujan terlihat sudah mulai kembali normal ia berencana mulai kembali bertani. 

"Kita lihat lah ini ke depan, kalau sudah bagus cuacanya baru mulai lagi kita. Tapi kalau masih minim juga hujannya, tahan lagi lah," katanya. 

Sebagai informasi, di Kabupaten Karo terdapat beberapa lumbung penghasil tanaman jagung yang diprediksi mengalami kondisi serupa. Mulai dari Kecamatan Munte, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Juhar, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Lau Baleng, dan Kecamatan Mardingding. 

Sementara petani yang sudah terlanjur melakukan musim tanam, Edi Ginting mengaku dirinya terpaksa harus gigit jari karena kondisi kemarau ini. Pasalnya, akibat kemarau panjang ini jagung yang ditanam di ladangnya mengalami kondisi mengenaskan. Dikatakannya, dari sekitar satu hektar ladangnya yang kini ditanam jagung 3/4 kondisinya sudah mati. 

"Kemarin saya tanam empat sak, sekitar 20 kilogram bibitnya. Paling ini tinggal satu sak yang masih berdiri, itupun jarang-jarang, buahnya pun kecil," ujar Edi. 

Namun, dari 1/4 tanaman yang kini masih berdiri juga tidak mengalami kondisi yang lebih baik. Dikatakannya, nantinya sisa tanaman tersebut juga tetap akan terpaksa dimatikan karena hasilnya tak maksimal. 

"Ya mau apalagi yang diharap, orang hasilnya pun begitu. Kalau gini kondisinya sudah dipastikan dua kali rugi lah, tanaman enggak jadi duit dari beli bibi sampai tanam kemari sudah hangus, kalau saya sekitar tiga juta rupiah ada lah," ucapnya. 

Dengan kondisi ini, dirinya mengatakan ke depan ia terpaksa harus menanam ulang semua lahan dengan tanaman baru. Dimana, nantinya tanaman yang tersisa masih dibiarkan sementara waktu sambil diselingi tanaman yang baru.

(mns/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved