Politeknik WBI Membuat UNit Pengolahan Pupuk Hayati di Desa Siponjot, Kabupaten Humbahas

Politeknik WBI Membuat UNit Pengolahan Pupuk Hayati di Desa Siponjot, Kabupaten Humbahas

Editor: Aisyah Sumardi
Tribun Medan/HO
Percobaan pemupukan berimbang pada tanaman cabai di Desa Siponjot, Kab. Humbahas yang merupakan proyek percontohan dari Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Lahan pertanian di Indonesia, termasuk di Kabupaten Humbahas Prov. Sumatera Utara, ditengarai sudah mengalami gejala kelelahan tanah (fatigue soils) akibat kegiatan pertanian yang berlebihan dan mengabaikan kesehatan tanah dengan penggunaan pupuk kimia yang semakin meningkat selama ini.  Peningkatan jumlah pupuk kimia ini ternyata sering tidak selaras dengan peningkatan hasil panen yang ekonomis.

 Para ahli kesuburan tanah menjelaskan bahwa tanah lelah mengakibatkan potensi kehilangan unsur hara pupuk yang mencapai lebih dari 80 persen pada aplikasi pupuk kimia.  Ketidak-efisienan penggunaan pupuk ini disebabkan oleh kemampuan partikel tanah untuk mengikat unsur hara pupuk yang rendah pada tanah-tanah dengan bahan organik rendah, sehingga unsur hara mudah hilang ikut proses pencucian (leaching) oleh air hujan.

XM XNSKCL
Unit Produksi Pupuk Organik dan Hayati di Desa Siponjot, Kab. Humbahas yang merupakan proyek percontohan dari Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI).

 Lebih lanjut, di tanah berkadar liat (clay) tinggi, unsur pupuk fosfat (P) yang diaplikasikan akan terikat kuat oleh partikel liat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman.  Dengan demikian dampak aplikasi pupuk dengan biaya besar sering tidak selaras dengan harapan petani terhadap hasil produksi tanaman.  Persoalan ini masih ditambah dengan harga pupuk yang terus meningkat dan ketidaktersediaan pupuk subsidi bagi petani. 

Pemupukan berimbang dengan penggunaan pupuk organik dan hayati, selain pupuk kimia, sangatlah penting diketahui oleh para petani untuk memperoleh produktivitas dan mutu hasil tanaman yang baik.  Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI) telah turut membantu melakukan edukasi dan promosi penggunaan pupuk hayati kepada petani di beberapa desa di Sumut selama 2 tahun terakhir.  

 

Beberapa penelitian dan demontrasi plot (demplot) tanaman telah dan sedang dilakukan untuk membuktikan pengaruh positif penggunaan pupuk organik dan hayati ini terhadap produktivitas tanaman hortikultura.

 Dengan upaya ini diharapkan para petani akan tergerak untuk rutin menggunakan pupuk organik dan hayati pada lahan pertaniannya, agar proses remediasi atau penyehatan lahan pertanian yang sudah mengalami degradasi dan penurunan produktivitas dapat terwujud.  Upaya ini juga sesuai dengan target Pemerintah untuk mengembalikan kondisi tanah pertanian di Indonesia dengan kandungan bahan organik 2 % minimum.  Diketahui bahwa kandungan rata-rata bahan organik tanah di Indonesia saat ini hanya sebesar 1,66 % .

Melalui Program Katalis Kemitraan Berdikari yang didanai oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Politeknik WBI bekerjasama dengan Politeknik Negeri Medan telah melakukan penelitian dan membuat proyek contoh pembuatan pupuk organik dan hayati serta pengujiannya pada tanaman hortikultura di Desa Siponjot, Kab. Humbahas.

 

 Dari hasil penelitian telah didesain mesin pencacah limbah tanaman jagung berupa batang, daun, dan kulit (kelobot), serta mesin pencampur (mixer) untuk hasil cacahan limbah biomassa tersebut dengan mikroba campuran yang telah diformulasi dari hasil penelitian ini yang sesuai dengan karakteristik limbah tanaman jagung.  

Dengan unit produksi pupuk hayati (UPPH) ini diharapkan petani dapat menghasilkan pupuk organik sekaligus hayati sendiri menggunakan bahan baku limbah yang berasal dari lahan pertanian sekitar mereka. Pupuk hayati yang dihasilkan tidak hanya berfungsi menambah bahan organik tanah, namun juga mengandung mikroba-bermanfaat yang sudah terseleksi untuk meningkatkan ketersediaan dan penyerapan unsur hara tanaman.

,WDEKWNKD
Percobaan pemupukan berimbang pada tanaman cabai di Desa Siponjot, Kab. Humbahas yang merupakan proyek percontohan dari Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI).

 Lebih lanjut, percobaan konsep pemupukan berimbang dengan menggunakan pupuk organik dan hayati telah dicobakan pada tanaman bunga kol dan cabai di Desa Siponjot.  Hasil percobaan sejauh ini menunjukkan bahwa tanaman dengan pemupukan berimbang menggunakan pupuk organik dan hayati, bahkan dengan hanya menggunakan 75 % atau 50 % jumlah penggunaan pupuk kimia yang biasa digunakan, memberikan hasil panen yang lebih tinggi dan tanaman yang lebih tahan terhadap cekaman kekeringan.  

Ketua tim periset, Dr. Jenny Elisabeth dari Politeknik WBI, menjelaskan lebih lanjut bahwa UPPH ini dikonsepkan menjadi unit bisnis bagi BUMDes ataupun kelompok petani untuk menjadi produsen sekaligus distributor pupuk organik dan hayati yang diproduksi dengan menggunakan bahan limbah biomassa lokal.  Selama ini petani yang telah menggunakan pupuk organik sangat tergantung pada sumber lain untuk kebutuhan tersebut,

 

terutama pupuk kotoran hewan yang sering harus didatangkan dari luar daerah.  Sudah tentu konsep UPPH ini dapat mengurangi biaya pemupukan, terutama dari biaya angkut pupuk organik dan hayati yang voluminous (bervolume tinggi). 

Dengan konsep UPPH di setiap desa, maka kemandirian pupuk organik sekaligus pupuk hayati dapat dicapai oleh setiap desa. Dengan demikian produktivitas tanaman dan kesehatan tanah pertanian dapat meningkat sesuai dengan bukti dari banyak hasil penelitian sebelumnya. 
 Berkurangnya ketergantungan petani terhadap pupuk kimia pada ujungnya juga akan mengurangi impor pupuk kimia di Indonesia.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved