Sumut Terkini

Reaksi Gubsu Bobby Nasution soal Pekerja Imigran Ilegal Asal Sumut Meninggal di Kamboja

Gubernur Bobby Nasution mengajak agar warga Sumut menjadi pengusaha di daerahnya masing-masing ketimbang bekerja di Kamboja.

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Tria Rizki

Lagi Pekerja Imigran Ilegal Asal Sumut Meninggal di Kamboja, Ini Kata Bobby Nasution 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Gubernur Bobby Nasution merespon soal pekerja  imigran ilegal asal Sumatera Utara kembali meninggal di  Kamboja. 

Menanggapi hal itu, Bobby Nasution mengatakan, atas nama pemerintah  menyampaikan turut berdukacita untuk keluarga yang ditinggalkan

Bobby Nasution juga menegaskan berkali-kali, agar warga Sumut jangan percaya jika   ada lamaran pekerjaan di luar negeri yang diiming imingi gaji besar. 

Dikatakannya terutama Kamboja. Sebab, itu sudah masuk Zona merah  dalam  mendapatkan pekerjaan di daerah tersebut.

"Atas nama pemerintah, kami  menyampaikan turut berdukacita untuk keluarga yang ditinggalkan. Kita berupaya bagaimana tentunya masyarakat yang mau berangkat ke sana harus legal suratnya harus sesuai ketentuan," tegasnya usai ditemui media di Istana Maimun, Rabu (20/8/2025).

Bobby juga mengajak agar warga Sumut menjadi pengusaha di daerahnya masing-masing.

"Karena, kalau yang ilegal kebanyakan jadi korban. Tapi memang kita sampaikan kalau bisa ya bekerja,  buka usaha di wiliyah Sumut," jelasnya.

Namun, jika memang mengharuskan bekerja di luar negeri, kata Bobby, warga harus memastikan  jalur  tersebut legal.

"Tapi kalau memang mau keluar negeri, pastikan jalurnya resmi seperti kementerian, terkait untuk membuka kegiatan pelatihan pelatihan di sumut," ucapnya.

Bobby juga memastikan, pihaknya sudah menyiapkan  tempat untuk pelatihan bagi warga Sumut yang hendak bekerja di luar negeri. 

"Tempat sudah saya siapkan, sudah ready, tinggal masuk saja. Hanya ada beberapa kriteria yang belum memenuhi sehingga kementerian terkait ini  belum bisa membuka kelasnya," tuturnya.

Dipastikannya,  Pemprov Sumut terus menuntaskan penyaluran ilegal. Agar tidak ada korban kembali.

"Itu selalu (penuntasan) dengan polisi ini menjadi bagian yang ini juga yang terus juga kita lakukan. Kemarin pada saat kita kumpul di Binjai juga selain ngomongin narkoba kita juga bahas itu juga  karena salah satu yang paling tinggi itu dari sumut. Makanya agen-agennya, penyalurnya jadi perhatian Polda,"ucapnya.

Sebelumnya diberitakan,  seorang remaja asal Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, bernama Nazwa Aliya (19), dikabarkan meninggal dunia di Kamboja pada Selasa (12/8/2025) lalu.

Padahalnya, mulanya, ia hanya izin ke ibunya untuk berangkat wawancara kerja di salah satu bank swasta di Kota Medan.

Ibu Nazwa, Lanniari Hasibuan (53), menceritakan, mulanya Nazwa mengaku ikut interview pada Selasa (27/5) lalu. Kemudian, dia meminta izin ke ibunya untuk mengikuti interview kedua pada Kamis (29/5). Lanniari pun mengizinkan.

“Yasudah 29 Mei paginya pergi, pagi sekali perginya. Makanya saya gak nampak, dia keluar jam setengah, 5 jam 5 pagi gitu,” kata Lanniari pada Rabu (20/8).

“Saya saat itu gak bisa bangun karena capek banget, saya bangun saya tengok hp dia bilang SMS (WhatsApp), mak pergi dulu ya doain ya terus kunci di jendela ya kata dia,” sambungnya.

Mendapat pesan itu, Lanniari merasa janggal, dia pun menelepon Nazwa.

“Sudah gitu waktu saya telepon katanya jangan telepon, SMS aja sedang ujian kata dia,” jelasnya.

Karena khawatir, Lanniari terus-terusan menelepon Nazwa. Namun, kata dia, tiba-tiba Nazwa mengirimkan foto suasana bandara di Thailand. 

“Siangnya saya telepon sama juga kata dia, WA aja, sorenya saya telepon gak angkat, sampai sejam tuh gak diangkat. Karena khawatir kan saya, jadi saya telepon gak angkat dia tunjukkin gambar airport Thailand, saya pingsan saya jerit, pingsan, tetangga dateng,” sambungnya.

Usai itu, kata Lanniari, ia kembali menghubungi Nazwa. Menurutnya, Nazwa plin-plan dalam memberi kabar ke sang ibu.

Sebab, awalnya Nazwa mengaku berangkat bersama 4 orang. Kemudian, ia ternyata berangkat hanya sendirian.

“Saya bilang betul ini (lagi di Thailand)? Bukan bohong? Betul katanya waktu di airport saya tanya juga dengan siapa pergi mula dia bilang 4 orang. Memang dari rumah dia blg ujian BC* itu 4 orang, sudah gitu berubah jadi satu orang,” kata dia.

Lanniari menuturkan, ia punya firasat tak enak soal perginya Nazwa ke Thailand. Ia pun meminta agar Nazwa kabur. 

“Udah gitu di habis bandara itu saya suruh suruh lari tapi dia bilang aman, aman. Saya rasa janggal karena macam ada yang mengawasi dia, jadi saya suruh lari, aman kata dia, jangan takut mamak,” sambungnya.

Kata Lanniari, Nazwa juga mengaku akan bertemu dengan pria bernama Chris di Thailand. Chris adalah teman dari Lanniari saat berada di Malaysia.

“Ya dia bilang besok Pak Chris ada di Kamboja, saya denger dia mau buka perusahaan baru. Di Malaysia sudah tutup, Chris itu temen saya juga dulu. Jadi saya tanya dia apakah Nazwa ada kontak, katanya ada, katanya di Thailand. Dia suruh saya bergabung dengan mereka katanya, saya gak tahu pasti yang betul Chris pergi jemput atau Nazwa yang ke Kamboja entah siapa yang bawa,” jelasnya.

Lanniari tak mengetahui mengapa keduanya bisa saling berkomunikasi. Lanniari pun berusaha menghubungi eks bosnya di Malaysia yang punya jabatan di pemerintahan untuk membantunya. 

Kata dia, eks bosnya itu meminta bantuan orang kenalannya di Imigrasi untuk menghalangi biro perjalanan Nazwa ke Kamboja.

“Tiba-tiba saya dapat SMS dari hp dia ngapain kau halang-halangan aku pergi, ngapain kau panggil gangster. Di situ saya sudah rasa heran apakah ini anak saya bahasanya gini, sampai situ saya rasa aneh terus lah, ternyata terlepas juga (sampai ke Kamboja),” kata dia.

“Tapi dia SMS ke abang saya dia bilang saya ganggu perjalanan ke sana panggil gangsters. Padahal bukan panggil gangster, bos saya cuma kontak kawannya supaya menghalangi dia supaya gak ke Kamboja,” jelasnya.

Lanniari bilang, anaknya itu pun akhirnya berangkat ke Kamboja. Ia bahkan tak mendapat kabar dari Nazwa dan Chris karena nomornya diblokir oleh keduanya.

“Tanggal 12 Agustus ini, Chris kirim gambar sudah ditutup kain biru jenazah anak saya Nazwa sudah meninggal (dikirim ke abang saya). Katanya overdosis panadol. Dari RS katanya dispepsia,” jelasnya.

Lanniari pun mengaku bingung untuk memulangkan jasad anaknya itu. Ia dimintai KBRI uang Rp 138 juta untuk pemulangan jasad Nazwa ke RI.

Lanniari pun mengaku tak menyanggupi itu karena keluarganya tak mampu. Sementara, kata dia, bila ingin dimakamkan di Kamboja, ia juga harus mengeluarkan uang senilai Rp 50-60 juta untuk biaya pemakaman

“Kalau kasus macam ini pemerintah (seharusnya) ambil berat (peran). Karena yang membagi dia masuk Thailand itu, macemana apanya itu imigrasi bisa loloskan (bagaimana imigrasi meloloskan),” kata dia. 

“Minta bantuan pemerintah mempermudah kepulangan Nazwa. Saya memang tak berkemampuan,” jelasnya.


(Cr5/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved