News Video

Air Keruh di Perairan Danau Toba di Samosir, Berikut Penjelasan Kadis Lindup Samosir Edison Pasaribu

Air keruh di sepanjang garis pantai yang berada di kawasan Waterfront City Pangururan hingga ke Desa Tanjung Bunga.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Fariz
TRIBUN MEDAN / MAURITS
Air Keruh di Perairan Danau Toba di Samosir, Berikut Penjelasan Kadis Lindup Samosir Edison Pasaribu 

TRIBUN-MEDAN.COM, PANGURURAN - Air keruh di sepanjang garis pantai yang berada di kawasan Waterfront City Pangururan hingga ke Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir terjadi sejak beberapa hari lalu. Kondisi ini mengakibatkan ikan di kawasan tersebut mati.

Kadis Lindup Samosir Edison Pasaribu mengtarakan, fenomena tersebut terjadi karena cuaca ekstrim yang terjadi sejak tanggal 10 Juli 2025. Angin kencang yang mengakibatkan lumpur pada dasar danau terangkat mengakibatkan perairan menjadi keruh.

Ia jelaskan, kondisi seperti itu pernah terjadi di tahun 2000-an. 

"Hal seperti ini juga pernah terjadi pada tahun 2000-an. Hal sama juga terjadi, musim kemarau berkepanjangan," tutur Edison Pasaribu, Kamis (24/7/2025). 

"Maka, kita minta kepada masyarakat mesti waspada tak datangnya hujan dalam waktu yang lama. Cuaca ekstrim yang terjadi seperti kemarin tentunya mempengaruhi kadar oksigen," terangnya. 

Angin kencang mengakibatkan ombak hingga satu meter ini membuat lumpur terangkat ke permukaan danau. Dan hasil laboratorium, air keruh tersebut mengakibatkan kadar oksigen dalam air menurun. Sehingga, ikan yang berada di kawasan terserbut mati.

"Yang pertama, angin kencang mengakibatkan ombak danau tinggi. Dengan demikian, lumpur yang berada di dasar danau apalagi yang berada di pinggir pantai terangkat ke atas menyebabkan air keruh,"  sambungnya. 

"Soal pastinya berapa kerugian masyarakat sekitar, kita belum bisa pastikan. Namun infomasi dari masyarakat, kerugian mencapai Rp 10 miliar," terangnya.

Ia jelaskan, fenomena alam ini terjadi pada siklus lima tahunan. Pasalnya, hal sama sudah terjadi pada lima tahun lalu.

"Ini merupakan fenomena alam yang terjadi sekali dalam lima tahun. Hal sama juga terjadi pada lima tahun yang lalu. Ikan di sana mati karena air keruh," tuturnya.

Memang, pihaknya tidak bisa memastikan ketinggian ombak. Secara kasat mata, tinggi ombak danau saat angin kencang terjadi sekitar 1 meter. Hal itu dibuktikan dengan munculnya buih di permukaan danau.

"Secara kasat mata, ombak akibat angin kencang tersebut mencapai 1 meter. Karena angin kencang tersebut mengakibatkan buih putih terlihat di permukaan danau," lanjutnya.

Ia jelaskan, angin kencang di kawasan tersebut telah terjadi sejak tanggal 10 Juli 2025. Dan, yang paling parah terjadi pada tanggal 15 -17 Juli 2025.

"Angin kencang sudah mulai terjadi sejak 10 Juli lalu dan yang paling parah itu sekitar tanggal 15 Juli. Saat ini, sudah mulai berangsur menurun," terangnya.

"Kalau soal angin tak bisa antisipasi. Namun untuk sektor pertanian dan perikanan mungkin bisa mencari tempat lain yang dapat dijadikan sebagai lokasi perikanan," terangnya.

Ia menjelaskan juga soal lokasi terjadinya air keruh

"Lokasinya berada di Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Dari WFC, air keruh itu sudah tampak jelas. Kita perkirakan garis pantai mencapai 2 kilometer. Artinya, dari pinggir Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera," pungkasnya.

(cr3/www.tribun-medan.com).

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved