VIDEO

Geruduk Kantor Cabdisdik Toba, Keturunan Tuan Odjur Siahaan Merasa Kecewa Dipicu SPMB 

Mereka mempertanyakan soal nasib 16 orang anak mereka yang tidak masuk ke SMAN 1 dan 2 Balige melalui jalur domisili.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Satia

TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Masyarakat yang tergabung dalam Forum Komunikasi Angkatan Muda Pomparan Tuan Odjur (FKAMPTO) Siahaan geruduk Kantor Cabang Dinas Pendidikan (Cabdisdik) Wilayah VIII Provinsi Sumatera Utara di kawasan Soposurung, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba hari ini, Kamis (19/6/2025).

Mereka mempertanyakan soal nasib 16 orang anak mereka yang tidak masuk ke SMAN 1 dan 2 Balige melalui jalur domisili.

Mereka adalah warga yang bermodisili di kawasan Soposurung, berdekatan dengan SMAN 1 dan 2 Balige. Mereka meminta kebijakan terhadap 16 orang anak mereka yang tidak masuk melalui jalur domisili ke dua sekolah tersebut. 

Menurut perwkakilan FKAMPTO Jonny Siahaan, lahan yang saat ini digunakan oleh pihak Cabdisdik Wilayah VIII Provsu adalah tanah leluhur mereka yang dipinjampakaikan dengan adanya berbagai kesepakatan. Satu diantaranya adalah, anak-anak keturunan Tuan Odjur dapat menikmati pendidikan yang satuan pendidikannya ada di lahan tersebut. Merasa kecewa, 16 anak mereka tidak dapat menikmati pendidikan di SMAN 1 dan 2 Balige. 

"Permintaan kami, anak-anak kami keturunan Tuan Odjur sekolah di areal leluhur kami. Hal lain yang kami sampaikan, belum ada perjanjian yang baru soal penyerahan lahan ini sejak tahun 1985," ujar Jonny Siahaan, Kamis (19/6/2025).

"Lalu, kita merujuk pada Undang-undang nomor 5 tahun 1960, ketika tidak sesuai dengan itu, maka lahan kembali kepada pihak pemilik," terangnya.

Ia juga menyoroti soal berdirinya yayasan yang anak didiknya sekolah di SMAN 2. Menurutnya, kehadiran para pelajar di yayasan tersebut mengurangi kuota bagi pelajar di Toba sebanyak 120 orang.

"Seingat saya, tahun 1990-an, yayasan yang dulunya bernama Yasop dan kini sudah menjadi Yayasan TB Soposurung, itu hanya menampung pelajar 1 kelas saja. Itu sudah bisa direvisi. Dan ini juga kami minta kepada gubernur Sumatera Utara supaya diperhatikan," terangnya. 

"Kami menuntut agar anak-anak kami bisa sekolah di SMA yang ada disini. Jatah kami jadi berkurang gara-gara yayasan itu. Kami minta yayasan itu supaya jangan menumpang lagi di SMAN 2 Balige," terangnya.

Ia menuturkan kegetiran hati orang tua siswa yang nasibnya masih terkatung-katung. Sebanyak 16 orang anak kami belum bisa didaftarkan di dua sekolah yang ada di kawasan tersebut.

"Awalnya, jumlah anak kami itu 30 orang. Lalu sebagian sudah mendaftar ke SMA swasta, ke SMK dan SMA yang ada di Tampahan. Jumlah anak-anak kami yang masih terkatung-katung nasibnya ada sebanyak 16 orang," tuturnya.

"Anak-anak kami menangis dan tidak mau lagi sekolah gara-gara tidak diterima di SMAN 1 dan 2 Balige ini," 

Pihaknya juga sudah mengirimkan surat ke Gubsu Bobby Nasution melalui ajudan, namun sampai saat ini surat tersebut belum berbalas.

"Kami sudah kirimkan surat kepada Gubsu melalui ajudannya. Dan, sampai saat ini, surat tersebut belum ada balasan," pungkasnya. (cr3/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved