Berita Internasional

Tunangan Masuk Penjara karena Pelecehan, Wanita Ini Batalkan Pernikahan dan Kini Tanggung Utang

Seorang wanita harus menelan pil pahit setelah membatalkan rencana pernikahannya dua bulan sebelum hari bahagia.

KOMPAS.COM
PERNIKAHAN BATAL: Wanita ini batalkan pernikahan setelah tunangannya ditangkap karena terlibat kasus pelecehan anak, Selasa (20/5/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com - Seorang wanita harus menelan pil pahit setelah membatalkan rencana pernikahannya dua bulan sebelum hari bahagia.

Keputusan tersebut diambil setelah tunangannya, Luke Whittaker (33), ditangkap polisi atas tuduhan mengunduh dan menyimpan gambar pelecehan seksual terhadap anak-anak.

Dikutip dari Dailystar.co.uk Selasa (20/05/2025), penangkapan terjadi pada Juli tahun lalu, ketika Tracy tengah memfinalisasi rencana pernikahan yang akan digelar pada 13 September 2024 di The Vu, Bathgate, West Lothian.

Saat itu, petugas kepolisian datang ke rumah Tracy dengan membawa surat perintah penangkapan untuk Whittaker.

Kasus ini terungkap setelah pihak berwenang menemukan bahwa Whittaker memiliki rekam jejak pelanggaran seksual sebelumnya yang tidak diketahui oleh Tracy selama hubungan mereka berlangsung.

“Begitu saya tahu alasan dia ditangkap, semuanya hancur. Tidak ada jalan kembali,” ujar Tracy kepada media lokal Daily Record.

“Meskipun dia tidak menyentuh anak secara langsung, dengan mengunduh gambar itu, dia tetap terlibat dalam pelecehan. Itu adalah kejahatan,” lanjutnya.

Hubungan Tracy dan Luke dimulai saat pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Mereka mulai berkencan pada 2022 dan merencanakan pernikahan mewah.

Namun, impian indah itu berubah menjadi mimpi buruk yang menghancurkan secara emosional dan finansial.

Tracy mengaku telah menghabiskan lebih dari £20.000 untuk keperluan pernikahan yang batal digelar.

Sementara Whittaker hanya menanggung sekitar £6.000, seluruh utang dan pinjaman kini dibebankan kepada Tracy.

“Saya telah membayar antara £5.000 hingga £10.000 dari dana pribadi saya. Namun saya masih memiliki utang lebih dari £10.000, belum termasuk biaya pembatalan,” jelasnya.

Tracy juga mengungkapkan bahwa selama tinggal bersama, Whittaker jarang berkontribusi terhadap pengeluaran rumah tangga.

Selain itu, Tracy sempat membuatkan kontrak ponsel atas nama dirinya untuk digunakan Whittaker.

Belakangan, diketahui ponsel tersebut digunakan untuk aktivitas kriminal, termasuk menelepon toko-toko seks secara rutin.

Meskipun sudah meminta penghentian kontrak, penyedia layanan menolak, sehingga tagihan tetap harus ia bayar.

“Saya menyebutnya ‘perangkat iblis’. Dari catatan panggilan, saya lihat dia menelepon toko seks berkali-kali tiap bulan. Saya rasa uangnya habis untuk itu dan alkohol,” kata Tracy.

Setelah penangkapan, Whittaker sempat mengirimkan pesan-pesan yang dianggap menjijikkan, meskipun pihak kepolisian menyatakan pesan tersebut tidak tergolong kriminal.

Kini, Whittaker telah mengaku bersalah atas lima dakwaan terkait kepemilikan gambar tidak senonoh anak-anak dan dijadwalkan akan menjalani sidang vonis minggu depan.

Tracy juga menyampaikan kekecewaannya karena tidak dapat mengetahui latar belakang Whittaker melalui Clare’s Law atau Sarah’s Law.

Ia pun kini menggalang dukungan untuk mendorong perubahan hukum agar masyarakat dapat lebih mudah mengakses informasi penting mengenai latar belakang kriminal seseorang, terutama dalam kasus kekerasan seksual.

“Saya tidak punya anak di bawah 16 tahun, dan dia tidak punya catatan kekerasan dalam rumah tangga, jadi saya tidak memenuhi syarat untuk pengecekan. Ini harus diubah,” tegasnya.

(cr31/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved