Breaking News

Sat Brimob Polda Sumut

Brimob Sumut Arungi Badai Laut Lepas Samudera Hindia, Penyelamatan Nelayan Nias yang Hanyut

Laut yang semula bersahabat mendadak berubah garang. Ombak tinggi menderu, angin mengamuk, dan seorang nelayan, A. Telaumbanua, terseret ke tengah

Editor: Arjuna Bakkara
IST
Personel Brimob Polda Sumut dan Basarnas Kepulauan Nias berhasil mengevakuasi A. Telaumbanua, nelayan yang hanyut akibat cuaca buruk di perairan Samudera Hindia, Rabu (5/3/2025). Setelah berjam-jam terombang-ambing di laut, ia ditemukan selamat di Pantai Foa, Gunung Sitoli. 

TRIBUMEDAN.COM, NIAS-Laut yang semula bersahabat mendadak berubah garang. Ombak tinggi menderu, angin mengamuk, dan seorang nelayan, A. Telaumbanua, terseret ke tengah samudra tanpa daya. Hari itu, lautan menelannya, membiarkannya hanyut bersama nasib yang belum pasti.

Pagi yang tenang di pesisir berubah menjadi kecemasan yang panjang. Ketika senja mulai turun dan ia tak juga kembali, kecemasan pun menjelma doa di bibir keluarga. Kabar hilangnya Telaumbanua cepat menyebar, dan seiring dengan itu, harapan mulai bertumpu pada mereka yang terbiasa menghadapi bencana—personel Brimob Polda Sumut dan Tim Basarnas Kepulauan Nias.

Dipimpin oleh IPTU Binner Sitorus, S.H., tim penyelamat berangkat dari Dermaga Fodo, Gunung Sitoli. Di atas Sea Raider, mereka menembus gulungan ombak, menyisir laut yang masih menyimpan jejak nelayan yang hilang. Waktu bergerak cepat, matahari semakin condong, dan lautan seolah menantang: apakah manusia bisa menemukan satu jiwa yang ia telan?

Harapan itu akhirnya menemukan jalannya. Di Pantai Foa, tubuh kelelahan itu tergeletak—masih bernyawa, masih berjuang melawan dingin dan lelah. Telaumbanua ditemukan, bukan sebagai korban, tetapi sebagai seseorang yang bertahan.

Evakuasi dilakukan dengan sigap. Di tengah perjalanan pulang, matanya yang sayu mulai menyala—barangkali karena sadar, ia kini kembali ke dunia yang akrab: ke rumah, ke keluarganya, ke pelukan orang-orang yang tadi hanya bisa berdoa.

Di desanya, tangis pecah. Bukan tangis kehilangan, melainkan tangis syukur. Kepala Desa Sifalaete Ulu tak kuasa menyembunyikan rasa haru. "Kami berutang terima kasih," ucapnya, suaranya hampir tenggelam dalam kehangatan pertemuan.

Malam itu, di balik peristiwa yang telah lewat, ada satu kepastian yang tak terbantahkan: di batas antara maut dan hidup, selalu ada tangan-tangan yang sigap menarik kembali mereka yang hampir tenggelam dalam ketidakpastian. Dan di Kepulauan Nias, Brimob dan Basarnas adalah tangan-tangan itu.(Jun-tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved