Berita Internasional

Wanita Ditemukan Tewas dan Terendam Cairan Asam di Rumah, Korban Kerap Jadi Korban KDRT Suami

Viral seorang wanita ditemukan meninggal terendam cairan asam di rumahnya sendiri.

|

TRIBUN-MEDAN.com - Viral seorang wanita ditemukan meninggal terendam cairan asam di rumahnya sendiri.

Diketahui bahwa wanita itu sudah sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh sang suami.

Dilansir dari mirror.co.uk, korban bernama Arnima Hayat.

Hanya beberapa jam sebelum pembunuhannya, dia membuat pengakuan sangat memilukan kepada temannya.

Arnima merupakan seorang mahasiswa kedokteran yang berbakat.

Dia bermigrasi ke Australia dari Bangladesh bersama keluarganya pada usia sembilan tahun.

Sejak kecil, dia telah bermimpi untuk menjadi seorang ahli bedah.

Namun, setelah bertemu dengan pacar pertamanya, Arnima yang berusia 19 tahun terjebak dalam pernikahan yang penuh kekerasan.

Saat itu, dia sedang mengandung seorang anak.

Baru empat bulan menikah, dia merasa ketakutan dan melarikan diri dari suaminya.

Arnima telah beradaptasi dengan mulus dengan kehidupan barunya di Australia, di mana orang tuanya menjalankan toko daging yang sukses.

Dia menjadi warga negara Australia dan menguasai bahasa Inggris.

Arnima mendapatkan tempat untuk belajar kedokteran di Western Sydney University.

Kehidupan Arnima berubah menjadi gelap ketika dia bertemu dengan kekasihnya, Meraj Zafar.

Sejak awal, keluarganya khawatir dengan sifat pengendali pria itu.

Pada Mei 2021, Zafar mendekati ayah Arnima, Abu Hayat, untuk meminta restu menikah.

Abu enggan, dia meminta untuk bertemu dengan orang tua Zafar.

Marah dengan tanggapan tersebut, Zafar meledak, kemudian membombardir Abu dengan panggilan telepon yang kasar.

Abu melaporkan insiden tersebut kepada polisi, yang menyebabkan Zafar menerima perintah penahanan.

Terlepas dari gejolak yang terjadi, pada Oktober 2021, Arnima dan Zafar mengikat janji suci dalam sebuah upacara Islam yang privat.

Pernikahan itu berlangsung tanpa dihadiri teman dan keluarga.

Pengantin baru itu menetap di sebuah apartemen di Parramatta Utara, Sydney.

Arnima, yang dulunya bersemangat dan supel, berbagi detail kehidupannya dengan keluarganya,

Pada Januari 2022, Arnima yang sedang hamil bercerita kepada teman-temannya tentang perilaku kasar Zafar.

Arnima terjebak dalam siklus kekerasan dalam rumah tangga yang mengerikan.

Teman-temannya menerima pesan-pesan putus asa dari Arnima.

Pesan-pesannya kepada teman-temannya mengungkapkan ketakutan yang sesungguhnya.

Kecemburuan dan perilaku Zafar yang suka mengontrol sangat membebani pikiran wanita itu.

Dia mempertimbangkan keputusan untuk meminta perlindungan polisi.

Namun, dia cemas akan reaksi sang suami yang mungkin terjadi.

Pada tanggal 29 Januari, Arnima mengirim pesan singkat kepada seorang teman.

"Saya tidak punya siapa-siapa kecuali kamu," tulis wanita itu.

"Tidak, saya membenci suami saya," tambahnya.

Itu adalah kali terakhir temannya mendengar kabar darinya.

Keesokan paginya, ibu Zafar memberi tahu polisi bahwa putranya telah mengaku bertengkar dengan Arnima.

Hal itu membuatnya tidak yakin apakah Arnima masih hidup atau tidak.

Sementara itu, Zafar bertanya tentang biaya tiket pesawat ke luar negeri.

Dalam sebuah penemuan yang mengerikan, polisi memaksa masuk ke dalam rumah pasutri itu.

Rumah itu dipenuhi dengan bau kimiawi yang sangat menyengat yang berasal dari kamar mandi.

Sebuah bak mandi ditemukan berisi asam klorida yang membungkus mayat yang sudah rusak parah sehingga diperlukan DNA untuk identifikasi.

Polisi memastikan bahwa korban bernama Arnima.

Tersangka, Zafar, telah menghilang bersama dengan truk kerjanya.

Dalam waktu 20 jam, dia kemudian menyerahkan diri.

Para penyelidik menyimpulkan bahwa pembunuhan Arnima terjadi hanya 45 menit setelah pesan terakhirnya kepada seorang teman,

Zafar meninggalkan tempat itu pada pukul 9 malam, di mana saat itu Arnima sudah meninggal.

Rekaman kamera pengawas menangkap Zafar sebelumnya telah membeli 20 liter asam klorida.

Dia kemudian kembali lagi untuk membeli cairan itu sebanyak 80 liter.

Meskipun Zafar menyangkal, bukti-bukti menunjukkan bahwa dia adalah pelaku yang mencoba membuang jasad korban.

Pada Mei 2024, Zafar mengakui kejahatan yang mengerikan itu.

Pada Desember 2024, Zafar yang berusia 23 tahun menghadapi pengadilan dan menerima hukumannya.

Dalam permintaan maaf yang tulus kepada pengadilan, Zafar menyatakan penyesalan yang mendalam atas tindakannya.

"Saya tidak tahu bagaimana cara untuk mengatakan betapa menyesalnya saya atas semua yang telah saya sebabkan," ungkapnya.

Atas kejahatannya, Zafar menerima hukuman yang cukup berat yaitu 21 tahun penjara.

Hukuman minimum sebelum pembebasan bersyarat ditetapkan selama 16 tahun.

(cr31/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved