Sumut Terkini
Anak-anak di Asahan Pergi ke Sekolah Naik Sampan, Kini Diberi Pelampung untuk Menjaga Keselamatan
Puluhan siswa SD dan SMP di Desa Sei Paham, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan berangkat sekolah dengan sampan.
Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, KISARAN - Puluhan siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Desa Sei Paham, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan berangkat sekolah dengan menggunakan sampan.
Akses jalan yang sulit membuat para siswa terpaksa menggunakan sampan untuk berangkat maupun pulang sekolah.
Tidak sedikit bahaya dilalui para pelajar saat mengarungi sungai hingga sampai ke Sekolah. Menyikapi hal tersebut, Lanal Tanjungbalai Asahan memberikan jaket pelampung kepada puluhan siswa.
"Kami diperintahkan pimpinan untuk mendistribusikan pelampung kepada adik-adik, atau anak-anak kita yang ada di Sei Paham untuk dijadikan sebagai alat keselamatan bagi mereka," ujar Danpos TNI AL Bagan Asahan, Lettu Laut (P) Rohim, Sabtu (22/2/2025).
Lanjutnya, anak-anak tersebut berangkat kesekolah sendiri tanpa ada ditemani oleh orang tua dan orang dewasa.
"Mereka berangkat sendiri, mulai dari tekong, sampai semuanya dia sendiri. Biasanya, tekong itu yang abangan. Adik-adiknya hanya menumpang," ungkapnya.
Katanya, untuk menuju ke sekolah, anak-anak dapat menempuh waktu tiga jam dari kediaman. Namun, apabila dalam kondisi hujan, akses jalan umum tidak dapat dilalui.
"Sehingga, anak-anak ini memilih jalan melalui sungai untuk dapat mempersingkat waktu ke sekolah. Kalau hujan, mereka sulit melintasi jalan umum," katanya.
Katanya, anak-anak ini dapat menjadi tolak ukur semangat pendidikan dan dicontoh oleh anak-anak sekolah lainnya untuk dapat tetap bersekolah.
"Anak-anak ini adalah anak-anak yang tangguh. Anak-anak yang tidak mudah lelah, dan semoga kedepan menjadi anak yang baik, bijak dapat membanggakan orang tua, bangsa, dan negara," pungkasnya.
Sementara, Panjaitan, orang tua siswa mengaku anak-anaknya berangkat sekolah dengan menggunakan sampan dikarenakan akses jalan yang sulit.
"Untuk jalan kering aja sulit dilalui, butuh 3 jaman untuk kesekolah. Tapi, kalau dari sungai menggunakan sampan, anak-anak ini 30 menit sampai satu jaman," ungkap Panjaitan.
Ia mengaku, sering khawatir apabila anak-anaknya pergi kesekolah dengan kondisi hujan dan angin kencang.
"Kasihan kadang mereka kehujanan. Seperti video yang viral kemarin. Itu sebenarnya saya menanyakan kepada saudara yang sedang bekerja, menanyakan apakah anak saya sudah lewat atau belum, ternyata pas di pabrik tempat dia bekerja, sampan mereka mogok," pungkasnya.
(cr2/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Bobby Nasution Sepakat TPL Ditutup Usai Bertemu Dengan Tetua Adat: Paling Lama Seminggu |
|
|---|
| Bertemu Tetua Adat Selama 2 Jam, Bobby Sepakat TPL Ditutup: Surat Rekomendasi Paling Lama Seminggu |
|
|---|
| Tahun 2026, Dinas PRKP Siantar Pakai Eks-Rumah Singgah Covid-19 Sebagai Kantor Baru |
|
|---|
| Akademisi Asia Tenggara Bedah Geopolitik Presiden Prabowo dalam Seminar Internasional di UINSU |
|
|---|
| Polres Tanah Karo Terbitkan Informasi DPO Pelaku yang Terlibat Dalam Pembunuhan Warga Nias |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Komandan-Pos-TNI-AL-Bagan-Asahan-Lettu-Laut-P-Rohim-memberikan-life-vest-jacket.jpg)