Berita Viral
TERKUAK Valyano Siswa Dipecat dari SPN Polda Jabar Juga Keluar dari Pendidikan TNI AL, Ngaku Depresi
Valyano Boni Raphael, siswa SPN Polda Jabar yang dipecat ternyata sempat depresi lantaran dipaksa masuk TNI.
TRIBUN-MEDAN.com - Valyano Boni Raphael, siswa SPN Polda Jabar yang dipecat ternyata sempat depresi lantaran dipaksa masuk TNI.
Kasus Valyano ini membuat kecurigaan. Sebab, dia sudah lolos seleksi masuk Polri, tetapi gagal di pendidikan di SPN Polda Jabar.
SPN Polda Jabar memecat Valyano karena diduga alami gangguan kepribadian.
Selain itu, Valyano bolos dalam pelajaran.
Valyano divonis mengidap NPD (Narcissistic Personality Disorder) atau alami gangguan kejiwaan.
Diketahui Valyano bisa menjalani pendidikan di SPN Polda Jabar setelah mengikuti seleksi jalur Bintara Rekpro untuk siswa Disabilitas lantaran mengalami buta warna parsial.
Bintara Rekpro sendiri merupakan salah satu jalur penerimaan anggota polri untuk menjaring calon anggota yang kompeten.
Pemecatan Valyano Boni Raphael dari SPN Polda Jabar ini pun viral di media sosial.
Setelah Valyano bersama keluarganya melakukan pengaduan ke pihak DPR RI khusus Komisi III.
Data identitas Valyano Boni Raphael
Melansir dari tribun-sumsel.com, Minggu (9/2/2025) Veronica Putri Amalia selaku ibu kandung Valyano menyangsikan bila anaknya mengalami depresi selama menjalani pendidikan di SPN Polda Jabar.
"Kalau saya, dikatakan anak saya depresi di SPN, saya rasa tidak mungkin karena itu cita-citanya di polisi atas kehendak dia," katanya.
Lebih jauh, Veronica Putri Amalia mengakui anaknya memang pernah dikeluarkan dari TNI AL.
Ia mengungkap saat itu anaknya memang mengalami depresi.
"Status anak kami dikeluarkan dari TNI betul depresi karena saya yang memaksa anak kami waktu masuk TNI, jadi tidak sesuai hati nurani karena dia ingin masuk polisi," katanya.
Menurutnya Valyano Boni Raphael gagal lolos polisi karena buta warna.
"Anak kami tidak bisa masuk polisi karena anak kami buta warna parsial dan bisa masuk TNI dengan jalur menembak. Depresinya anak kami karena memamg tidak sesuai dengan keinginan hati nuraninya dia," katanya.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni langsung meminta pengakuan pada Valyano Boni Raphael.
"kamu gak gila kan ?" tanya Ahmad Sahroni.
"Siap, tidak," jawab Valyano Boni Raphael.
Kata Kepala SPN Polda Jabar
Kepala SPN Polda Jabar Kombes Dede Yudi Ferdiansyah menjelaskan Valyano Boni Raphael dikeluarkan dari SPN Polda Jabar karena dua alasan.
Pertama Valyano tidak mengikuti jam pelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Alasan kedua soal mental kepribadian.
Diketahui bahwa Valyano juga pernah dikeluarkan dari TNI AL karena mengalami depresi.
"Saat pengisian Litpers atau PMK, penelusuran mental kepribadian, yang bersangkutan ini tidak pernah mengikuti pendidikan militer ataupun latihan militer. Jadi di sini disebutkan tidak pernah ada. Ini kami sampaikan ada surat dari Kodiklat Angkatan Laut bahwa adanya dikeluarkan kehilangan sebagai siswa, status sebagai siswa kembali ke masyarakat dan dikembalikan ke orang tua dengan alasan menderita sakit dan tidak mengikuti pelajaran selama 69 hari. Ketidakhadiran melebihi 10?ri jumlah seluruh jam pelajaran," katanya.
Selain itu Valyano juga dinilai sebagai pribadi yang malas.
"Selanjutnya itu pelanggaran sedang, berupa malas atau tidak mengikuti kegiatan," jelas Dede.
Divonis NPD Polwan Ipda Ferren
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI, Polwan Ipda Ferren Azzahra Putri mengatakan bahwa Valyano mengalami NPD karena berteriak 'Brimob' saat lari.
"Betul kami menyebutkan bahwa yang bersangkutan itu NPD hanya saja yang kami sebutkan saat pemulangan salah satu contoh perilaku yang merujuk ke NPD. Seperti yang tertulis di dalam keberatan, contoh anak kami dinyatakan NPD adalah saat lari bersama siswa anak kami bersorak 'Brimob' dan itu dianggap oleh Bakpesi Polda Jabar NPD," kata Ipda Farren Azzahra Putri lewat Youtube TVR Parlemen yang dikutip Sabtu (8/2/2025).
Pernyataan tersebut ternyata membuat Ahmad Sahroni meradang.
"Ini asumsi bukan hasil dari yang tadi disampaikan Kabidokkes kan ? ini baru asumsi dari apa yang ibu Ferren beri laporan," kata Sahroni.
"Ini bukan asumsi ini hasil analisa kami," timpal Farren.
"Itulah itu yang dinamain asumsi tapi bahasa kerennya analisa. Tapi yang dianalisas bu Farren hanya sebatas analisa, tapi Kabidokkes tadi sudah menyampaikan hasilnya bahwa a, b, c, d berarti analisa ibu Farren dipatahkan Kabidokkes," kata Ahmad Sahroni.
"Saya juga bingung bagaimana cara kerjanya, memvonis orang menderita sebuah penyakit berdasar informasi katanya. Lalu disimpulkan," katanya.
Ia mengatakan secara ilmiah pun diagnosis Ferren terhadap Valyano seharusnya tidak sah.
"Secara ilmiah itu gak masuk standar, mengeluarkan kesimpulan tanpa melihat sendiri objek," katanya.
Ferren menjelaskan bahwa Valyano Boni Raphael memenuhi 3 dari 9 kriteria pengidap NPD.
Pertama kata Ferren, Valyano menunjukan sikap tak biasa saat lari dengan berteriak Brimob, padahal rekan lainnya berteriak Sabhara.
"Contoh anak kami dinyatakan NPD adalah saat lari bersama siswa anak kami bersorak 'Brimob' dan itu dianggap oleh Bakpesi Polda Jabar NPD," kata Ferren di DPR RI.
Lalu lanjut Ferren, Valyano Boni Raphael juga meminta fasilitas kesehatan yang tak sesuai aturan di SPN Polda Jabar.
"Merasa memiliki hak lebih. Kami dapat data dari SPN yang bersangkutan tidak ingin dirawat di rumah sakit Polri saat infaksi gigi ingin dirawat di Siloam ingin mendapat fasilitas terbaik," katanya.
Valyano juga disebut melakukan eksploitasi interpersonal.
Menurut Ipda Ferren Azzahra Putri, Valyano Boni Raphael pernah menyuruh siswa SPN lain menyabetkan lidi ke punggungnya.
"Dengan maksud seolah dipukuli pengasuh. Karena dilakukan pemeriksaan tidak terbukti adanya pemukulan dan penculikan tersebut, Propam kami sudah melaksanakan pemeriksaan," katanya.
Terakhir Valyano dinilai sebagai pribadi yang arogan dan angkuh.
"Memiliki sikap yang arogan dan angkuh," terangnya.
Mendengar itu, Sahroni menegaskan bahwa analisis yang dilakukan Polwan terhadap siswa SPN tersebut dicampuri dengan rasa kebencian.
"Bu Ferren stop, karena ini sudah meluapkan kebencian ini gak baik, gak boleh, ini gak bisa. Ini bukan faktual dari cerita yang terjadi ini hanya kebencian. Masa menuduh si ini gak bener si itu gak bener, apa ibu bener ? belum tentu loh."
"Jangan melakukan laporan ini atas kebencian, analisa ini analaisa itu. Ibu melaporkan ini sama saja melaporkan ini anak gak benar, hanya kebencian yang ibu laporkan itu," kata Ahmad Sahroni sambil menunjuk-nujuk Polwan Ferren.
(*/tribun-medan.com)
| Jebakan Tante Nekat Jual Keponakannya Sendiri, Korban Dipaksa dan Diikat saat Berhubungan |
|
|---|
| Kabar Terbaru Setya Novanto yang Muncul di Acara Golkar, Ditanggapi Bahlil Lahadalia |
|
|---|
| Awal Mula Adik Ipar Kepergok Mesum Bareng Suami Kakak, Sudah 2 Kali Dibayar Rp 500 Ribu di Ruko |
|
|---|
| Kisah Kiper Muda Dijanjikan Main di Medan, Ternyata Dijual ke Kamboja, Nasibnya Tiap Hari Disiksa |
|
|---|
| Sosok Dwinanda Linchia Levi, Dosen Muda Untag di Kamar Hotel, Ternyata Satu KK dengan AKBP P |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/SOSOK-Valyano-Cita-cita-Pupus-Usai-Dipecat-Karena-Divonis-NPD-Pernah-Depresi-Dipaksa-Masuk-TNI.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.