Berita Viral
HAJATAN Meriah Kades Kohod Disorot Usai Debat Soal Pembongkaran Pagar Laut, Digelar 3 Hari 3 Malam
Akun tersebut juga menyoroti hajatan besar yang digelar Arsin. Pasalnya, hajatan tersebut digelar selama tiga hari tiga malam.
TRIBUN-MEDAN.com - Hajatan meriah Kades Kohod disorot usai debat soal pembongkaran pagar laut.
Hajatan itu digelar selama 3 hari 3 malam.
Penampilan Kepala Desa Kohod, Arsin bin Sanip yang dikawal pria kekar usai debat dengan menteri menjadi sorotan belakangan ini.
Baca juga: Profil, Biodata dan Agama Raihan Fahrizal, Model Asal Indonesia yang Juga Seorang Rapper
Meski perintah Presiden Prabowo membongkar pagar laut, dia justru menolak.
Padahal pagar laut tersebut sudah membuat nelayan di perairan Tangerang, Banten, itu merugi.
Belum lagi kerusakan ekologi yang disebabkan pagar laut tersebut.
Baca juga: AHLI Singgung Kemungkinan Pembunuh Uswatun Khasanah Psikopat, Ungkap 2 Dugaan Motif Korban Dihabisi
Lantas, seperti apa sosok Kades Kohod ini?
Arsin bin Sanep disebut-sebut memiliki kekayaan melimpah, terbukti dari mobil mewah dimilikinya.
Informasi ini pertama kali diungkap oleh pemilik akun X bernama bungmadin.
Setelah viral, terungkap bahwa Kades Kohod ini memiliki mobil mewah Rubicon.
Akun tersebut juga menyoroti hajatan besar yang digelar Arsin.
Pasalnya, hajatan tersebut digelar selama tiga hari tiga malam.
Arsin juga mengundang grup dangdut Family Group pada Mei 2024, lalu.
Unggahan tersebut menarik perhatian publik dengan jumlah tayangan mencapai 13 juta kali dan dibagikan sebanyak 32 ribu kali.
Kuasa hukum Arsin, Yuniar, buka suara soal kepemilihan kendaraan mewah Kades Kohod.
Baca juga: Penyebab Uswatun Dibunuh, Dugaan Alasan Membunuh, RTH Lesu Digiring ke Polda, Ngaku Nikah Siri
Ia menjelaskan bahwa kliennya sudah memiliki kendaraan pribadi tersebut sebelum menjabat sebagai kepala desa.
Yuniar menekankan bahwa klaim mengenai kekayaan Arsin perlu dilihat dari konteks yang lebih luas.
Sementara publik membaca peristiwa pagar laut Tangerang ini menjadi hal yang serius untuk ditangan.
Publik khawatir, polemik ini akan banyak merugikan warga sekitar.
Terutama jika terdapat pelanggaran hukum terkait kepemilikan sertifikat tanah di wilayah tersebut, termasuk juga dugaan adanya tindak korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Baca juga: HASIL Klasemen Liga Inggris, Manchester United Menang, Tottenham Kalah Terancam ke Zona Degradasi
Sehingga, publik pun penasaran siapa sossok di balik pembangunan pagar laut ini.
Masyarakat kini menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai kasus ini dan klarifikasi dari pihak terkait.
Debat Kades Kohod dan Menteri ATR
Kemunculan Kades Kohod menjadi sorotan saat Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN) Nusron Wahid menyidak lahan pagar laut di Tangerang pada Jumat (24/1/2025).
Nusron mengecek fisik lahan yang memiliki Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan Hak Milik (SHM) di Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten.
Turut hadir saat itu Kepala Desa Kohod, Asrin, yang ikut mendampingi kedatangan Menteri Nusron di wilayahnya.
Namun saat itu ada sejumlah orang berperawakan kekar yang mengawal Kades tersebut.
Dalam kunjungannya, Menteri Nusron sempat terlibat perdebatan dengan Kades soal status lahan yang disebut Asrin dahulunya empang sebelum terkena abrasi.
"Pak Lurah bilang, itu dulunya empang, katanya karena abrasi. Dari tahun 2004 katanya sudah dikasih batu-batu," ujar Nusron di lokasi.
Meski tidak ingin memperdebatkan sejarah garis pantai, Nusron menegaskan bahwa jika suatu lahan telah hilang secara fisik, maka statusnya berubah menjadi tanah musnah.
"Secara faktual, tadi kita lihat sama-sama, tanahnya sudah tidak ada," jelasnya.
Meski pun terdapat perdebatan mengenai status lahan, Nusron memastikan, pihaknya akan memeriksa dokumen sertifikat terkait kepemilikan lahan tersebut.
Jika lahan yang memiliki SHGB danb SHM sudah tidak ada secara fisik, maka Kementerian ATR/BPN akan membatalkannya secara otomatis.
"Kalau masih ada wujud fisiknya seperti di sini, kawasan ini aman," kata Nusron sambil menunjukkan area lain yang masih berupa empang.
Namun Arsin ngotot bahwa pagar laut di area tersebut dulunya merupakan empang.
Baca juga: Gol Lisandro Martinez Menangkan Man United atas Fulham, Posisi MU di Klasemen Terangkat
Arsin mengeklaim, abrasi mulai terjadi sejak 2004, menyebabkan lahan kosong tersebut perlahan hilang ditelan air laut akibat abrasi.
"Mau Pak Lurah bilang itu empang, yang jelas secara faktual material, tadi kita lihat sama-sama fisiknya sudah enggak ada tanahnya."
"Karena sudah enggak ada fisiknya, maka itu masuk kategori tanah musnah," kata Nusron.
Namun Arsin tetap kekeh bahwa lahan tersebut memiliki sejarah sebagai empang yang digunakan oleh warga.
Nusron yang tak ingin memperpanjang perdebatan, memilih untuk menegaskan bahwa pihaknya membatalkan sertifikat HGB dan HM di laut karena terbukti fisiknya benar-benar hilang.
"Ini enggak ada barangnya tapi akan saya cek satu per satu. Kan tadi sudah kita tunjukin gambarnya."
"Kalau memang sertifikatnya ada. Tidak ada materialnya semua, otomatis akan kita batalkan satu per satu," jelas dia.
Baca juga: Gol Lisandro Martinez Menangkan Man United atas Fulham, Posisi MU di Klasemen Terangkat
Begitu Nusron selesai memberi pernyataan, awak media langsung mencoba mencegat Asrin untuk dimintai konfirmasi soal sertifikat pagar laut tersebut.
Namun Asrin yang mengenakan batik berwarna ungu dengan kopiah berwarna hitam langsung berbalik badan.
Sembari mengangkat tangannya ke udara, Asrin menolak untuk diwawancarai.
"Mau salat Jumat nih, nanti ketinggalan, sudah-sudah..." ujar Asrin sambil menunjuk ke arlojinya.
Seusai memberi pernyataan singkat, Asrin langsung dirangkul oleh dua pria yang mengenakan kemeja dan topi putih serta seorang pria lagi yang menggunakan kemeja dengan lengan yang digulung berwarna biru gelap untuk meninggalkan lokasi.
Keduanya langsung menyelinap ke dalam rombongan Nusron yang terlebih dahulu meninggalkan lokasi.
Tak patah arang, awak media mencoba mengejar Arsin hingga ke area parkir.
Namun di lokasi tersebut langsung diadang oleh lima pria yang diduga pengawal pribadi Asrin.
Seperti layaknya Paspampres yang mengawal pejabat tinggi negara, sejumlah pria tersebut melarang para awak media mendekat dan mewawancarai sang kepala desa.
Setelah berhasil menghindar dari kejaran wartawan, Asrin langsung naik ke sepeda motor yang dikendarai pria berbaju dan bertopi hitam.
Sementara lima orang yang sempat mengadang para awak media berjalan kaki mengikuti motor yang ditumpangi Asrin dari belakang.
Para pria tersebut terlihat ada yang memakai topi, jaket, dan celana jeans.
Mereka membentuk barikade agar perjalanan sang kades tidak terganggu oleh para wartawan yang mengejarnya.
Kejadian serupa juga terjadi seusai salat Jumat di Masjid Abdul Mu'in, Pakuhaji.
Sejumlah awak media yang menunggu Arsin selesai salat Jumat kembali tidak mendapatkan kesempatan wawancara.
Arsin lagi-lagi menghindar dan meninggalkan lokasi tanpa memberikan keterangan apa pun.
(*/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Sosok-Kepala-Desa-Kohod-Arsin-bin-Sanip.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.