Berita Viral
NASIB Pria Sandera 5 Anggota Keluarga di Masjid Jadi Tersangka, Ancam Pakai Pedang, Motif Sakit Hati
SD (45) menyekap lima anggota keluarganya di dalam mesjid selama 4 jam. Penyekapan ini lantaran pelaku marah terhadap sang adik.
TRIBUN-MEDAN.com - SD (45) menyekap lima anggota keluarganya di dalam mesjid selama 4 jam. Penyekapan ini lantaran pelaku marah terhadap sang adik.
Peristiwa ini terjadi di Magelang, Jawa Tengah.
SD nekat menyandera 5 anggota keluarganya di musala di Magelang pada Jumat (17/1/2025) sejak pukul 10.00 WIB hingga sekitar pukul 13.30 WIB.
SD (45) menyandera keluarganya di serambi Masjid Al Barokah, Dusun Gowok, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
Kini pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan senjata tajam dan pengancaman menghabisi nyawa orang lain.
Aksi SD ini dipicu konflik internal dalam keluarganya.
Drama penyanderaan terhadap 5 anggota keluarga ini terjadi di Masjid Al Barokah, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang berlangsung selama 3,5 jam.
5 orang yang disandera yakni adik kandung SD, istrinya yang sedang hamil, dua anaknya, dan satu keponakannya.
Kepala Dusun Gowok, Zaenal Arifin, yang turut membantu mediasi, menjelaskan bahwa insiden ini dipicu oleh konflik internal keluarga.
"Pelaku marah kepada adiknya dan mengancam akan membunuh. Kami berusaha menenangkan situasi hingga semuanya selesai," ujar Zaenal, dikutip dari Tribunnews.
Baca juga: PRAMUGARI Indira Unggah Curhat di TikTok, Ini Pesan ke Ibu Sebelum Hilang di Kebakaran Glodok Plaza
Baca juga: DETIK-DETIK Briptu Iqbal Anwar Arif Gugur Ditembak KKB Papua, Dalangnya Pecatan Polisi Aske Mabel
Sambil memegang senjata SD nekat menyandera 5 anggota keluarganya sendiri.
Mereka yang disandera adalah adik kandung, istrinya yang sedang hamil, dua anaknya, dan satu keponakannya.
Sambil memegang senjata tajam, SD menyandera anggota keluarganya itu di masjid.
Awalnya sekitar pukul 10.00 WIB, pelaku SD membawa senjata tajam ke serambi masjid.
Dari video yang beredar, SD terlihat merangkul seorang perempuan dewasa di lehernya sambil menggenggam senjata tajam di tangan kanannya.
Sementara itu, sandera lainnya tampak duduk di atas tikar di serambi masjid.
"Pelaksanaan penyanderaan itu dimulai dari jam 10.00 sampai jam 13.30. Itu dilakukan oleh seseorang yang saat ini kami masih minta keterangannya," ujar Kasat Reskrim Polresta Magelang, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Jumat (17/1/2025).
SD meminta agar adiknya yang lain, berinisial S, dihadirkan ke lokasi.
Pelaku melontarkan ancaman pembunuhan jika tuntutannya tidak dipenuhi.
"Pelaku merangkul leher adik kandungnya sambil menodongkan katana. Dia meminta adiknya yang lain, berinisial S, untuk hadir di masjid," kata Rozi.
Polresta Magelang segera melakukan upaya negosiasi dengan melibatkan sejumlah pejabat, termasuk Kasat Intel, Kasat Samapta, Kanit Pidum, serta beberapa personel dari Polsek dan Polresta Magelang.
Setelah adiknya dan kepala desa hadir, pelaku SD akhirnya melucuti senjata tajam yang dibawanya dan mengikuti proses negosiasi di dalam masjid.
"Senjata tajamnya sempat dilemparkan ke arah petugas, kemudian pelaku masuk ke masjid untuk musyawarah," tambah Rozi.
Proses negosiasi berjalan intensif selama sekitar 20 menit setelah kepala desa tiba di lokasi.
SD akhirnya menyerah tanpa perlawanan, dan aksi penyanderaan berakhir damai sekitar pukul 13.30 WIB.
Polisi berhasil mengamankan lima bilah senjata tajam yang dibawa pelaku, termasuk golok, parang, dan katana.
Kepala Dusun Gowok, Zaenal Arifin, yang turut membantu mediasi, menjelaskan bahwa insiden ini dipicu oleh konflik internal keluarga.
"Pelaku marah kepada adiknya dan mengancam akan membunuh. Kami berusaha menenangkan situasi hingga semuanya selesai," ujar Zaenal.
Kisah lainnya, seorang Tenaga Kerja Wanita atau TKW bernama Tarsinah dinyatakan hilang selama 23 tahun.
Bahkan wanita yang kini berusia 38 tahun itu juga dikira sudah meninggal dunia.
Namun siapa sangka, Tarsinah akhirnya bisa pulang ke Indonesia.
Ia menangis bertemu ibu dan keluarganya.
Ibu Tarsinah, Sana kini sudah berusia 80 tahun.
Kepulang Tarsinah yang tidak pernah terbayangkan ini menghapus luka mendalam yang selama ini dirasakan oleh keluarga dan kerabatnya di Dusun Karangturi, RT 2/4, Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.
Kisah ini bermula saat Tarsinah berangkat ke Selangor, Malaysia, sebagai Pekerja Migran Indonesia pada tahun 2002, melansir dari TribunJateng.
Setelah empat bulan di sana, komunikasi terputus, meninggalkan keluarga dalam ketidakpastian hingga kabar tentangnya hampir menghilang.
Namun, pada Mei 2024, harapan kembali muncul, menguatkan keyakinan keluarga bahwa Tarsinah masih hidup meskipun isu kematiannya terus berhembus.
Pada Rabu (8/1/2025) pukul 13.40 WIB, Tarsinah tiba di rumahnya.
Kepulangannya disambut dengan antusias oleh ratusan warga yang telah menunggu sejak pagi di halaman rumah Sana.
Sorak sorai terdengar saat Tarsinah turun dari mobil.
Keluarga mengadakan tradisi "surak" atau saweran, menyebar koin dan mi instan ke udara.
"Ibu sangat bahagia, Alhamdulillah anak saya pulang," ujar ibu Sana dengan suara bergetar, matanya sembab karena tangis haru, dikutip dari Tribun Cirebon pada Kamis (9/1/2025).
Adik Tarsinah, Waenah (33), yang ikut menjemput di Bandara Soekarno-Hatta, mengungkapkan kebahagiaan besar yang dirasakan keluarganya.
"Ya pasti bahagia banget, enggak bisa diceritakan."
"Kami keluarga sangat menanti selama 22 tahun, akhirnya bisa bertemu. Saya sangat sedih, terharu, dan juga bahagia," ujar Waenah.
Menurut Waenah, selama 23 tahun, keluarga hanya bisa menggantungkan harapan pada doa.
Bahkan saat isu kematian Tarsinah tersebar, keluarga tetap yakin bahwa ia masih hidup.
"Sempat juga keluarga mau diberi santunan dari Jasa Raharja, tapi kami menolaknya karena masih yakin kakak saya masih hidup," ujarnya.
Dalam kepulangannya, Tarsinah hanya mampu menatap kosong, seolah tak percaya bahwa dirinya benar-benar telah kembali.
"Setelah pulang, saya sangat bahagia bertemu keluarga, pokoknya banyak bahagia," kata Tarsinah singkat dalam wawancara.
Kepulangan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa.
"Kami berterima kasih kepada pemerintah Desa Gebang Ilir, Pak Kuwu, Bu Kuwu, dan Pak Ulis, semuanya yang telah membantu proses kepulangan kakak saya," kata Waenah.
(*/tribun-medan.com)
SD (45) menyekap lima anggota keluarganya di dalam
penyekapan
SD nekat menyandera 5 anggota keluarganya di musal
Tribun-medan.com
| POLISI Sita Pakaian AKBP Basuki dan Levi di Kos, Barang Bukti Ungkap Penyebab Kematian Dosen Untag |
|
|---|
| KASUS KEMATIAN Bocah RAF Diduga Dianiaya Ibu Tiri, Ayah Sebut Jatuh Kamar Mandi, Ibu Kandung Curiga |
|
|---|
| ANIES Sentil Universitas Oxford Tak Cantumkan Nama Peneliti Indonesia Soal Temuan Rafflesia Hasselti |
|
|---|
| REKOMENDASI Penutupan PT TPL dan PT GRUTI: Upaya Menjaga Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan |
|
|---|
| FAKTA BARU Kematian Alvaro, Bocah 6 Tahun Diculik di Masjid lalu Dibekap oleh Ayah Tiri |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/SD-45-menyekap-lima-anggota-keluarganya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.