Karo Terkini

Cegah Longsor di Kecamatan Juhar Kembali Terjadi, BPBD Kabupaten Karo Koordinasi dengan Tim Geologi

Akibat cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Karo di awal bulan Oktober lalu, memberikan dampak terjadinya bencana alam di beberapa titik.

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
Bupati Karo Cory br Sebayang (baju hitam), didampingi sejumlah OPD dan Forkopimda Karo, melakukan pengecekan kondisi Desa Ketawaren, Kecamatan Juhar, setelah dihantam bencana banjir dan tanah longsor, belum lama ini. 

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Akibat cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Karo di awal bulan Oktober lalu, memberikan dampak terjadinya bencana alam di beberapa titik. Salah satu titik yang mengalami bencana paling parah, terjadi di Kecamatan Juhar.

Dimana, akibat cuaca ekstrem salah satu desa yaitu Desa Ketawaren terpaksa harus dikosongkan sementara waktu. Pasalnya, desa tersebut dilanda bencana tanah longsor dan banjir bandang hingga akhirnya membuat 70 keluarga harus direlokasi ke pengungsian.

Terbaru, pada Sabtu (16/11/2024) kemarin sebagian warga Desa Ketawaren yang sudah tinggal di pengungsian selama satu bulan akhirnya dipulangkan. Keputusan ini diambil oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo usai melihat situasi di lapangan yang dianggap sudah aman untuk masyarakat kembali ke desa.

"Tentunya sebelum masyarakat kita pulangkan ke desa, kita telah melihat situasi dan kondisi di lapangan. Setelah dicek semuanya aman, baru kemarin kita pulangkan masyarakat," ujar Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Juspri Nadeak, Selasa (19/11/2024).

Setelah pemulangan sebagian warga, Juspri menjelaskan pihaknya saat ini juga telah berkolaborasi dengan Badan Geologi pusat untuk melakukan penelitian di lokasi yang diterjang longsor. Dirinya menjelaskan, langkah ini dilakukan untuk melakukan pengecekan lebih lanjut terkait kondisi kontur tanah di desa tersebut pasca longsor yang mengakibatkan 10 rumah warga rusak parah.

"Kemarin kita sudah berkoordinasi dengan tim Geologi untuk mengecek dan melakukan pendataan di sana. Karena kita lihat longsor yang terjadi kemarin cukup parah, ini juga untuk keselamatan warga agar tidak kembali terjadi di kemudian hari," katanya.

Diungkapkan Juspri, tim Geologi tersebut didatangkan langsung dari kantor pusat Geologi di Bandung untuk langsung melakukan pengamatan di Desa Ketawaren. Nantinya, setelah selesai dilakukan pendataan tim akan membawa hasil penelitian tersebut untuk selanjutnya dirumuskan langkah lebih lanjut.

Dimana, secara umum nantinya hasil yang dikeluarkan oleh tim Geologi akan menjadi patokan oleh Pemkab Karo khususnya BPBD untuk menentukan langkah ke depannya. Apakah nantinya lokasi tersebut masih aman untuk dihuni, atau memang perlu dilakukan penanganan pencegahan seperti pemindahan warga ke lokasi yang lebih aman.

"Tentunya kita berharap nantinya hasil yang telah dikeluarkan oleh tim Geologi yang diteruskan ke kita, dengan penjelasan yang rinci. Mulai dari kondisi kontur tanahnya, kemudian rekomendasinya seperti apa, agar kita bisa menentukan kebijakan lebih lanjut," ungkapnya.

Sebagai informasi, sebelum keputusan untuk memulangkan warga ke Desa Ketawaren Pemkab Karo beserta Forkopimda telah melakukan beberapa langkah penanganan awal. Mulai dari mengevakuasi warga hingga melakukan normalisasi di titik bencana.

Setelah bencana tersebut, Pemkab Karo langsung berkoordinasi dengan semua unsur Forkopimda untuk melakukan penanganan. Dimana, langkah yang dilakukan di titik longsor mulai dari pembersihan dan normalisasi hingga penanganan di titik yang diprediksi menjadi pemicu terjadinya longsor.

Dalam penanganan bencana di Kecamatan Juhar, Juspri menjelaskan pihaknya juga telah berkolaborasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Karo untuk bisa mengajukan bantuan ke Kementerian Sosial. Tak hanya itu, setelah melakukan rapat dengan masyarakat terkait apa saja yang diperlukan pihaknya juga sedang berusaha untuk mengajukan permohonan ke Kementerian Kehutanan agar masyarakat bisa menggunakan hutan untuk aktivitas bertani.

Pasalnya, seperti diketahui akibat banjir bandang dan tanah longsor di sana selain merusak rumah juga turut merusak lahan pertanian warga. Sehingga, masyarakat di sana yang dominan memiliki aktivitas sebagai petani sudah kehilangan mata pencaharian akibat lahan pertaniannya rusak dihantam bencana.

(mns/tribun-medan.com)

Update berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved