Berita Viral

Duel Carok Rebutan Lahan, Warga Surabaya vs Warga Gresik

Dilansir dari Tribun Jatim, duel carok ini terjadi di pinggir jalan Wahidin Sudirohusodo, Kebomas, Gresik.

|
Editor: AbdiTumanggor
tangkapan layar video
Duel carok kembali viral di media sosial. Kali ini terjadi di Gresik, Jawa Timur. Dalam video, dua orang berkelahi membawa celurit. Dilansir dari Tribun Jatim, duel carok ini terjadi di pinggir jalan Wahidin Sudirohusodo, Kebomas, Gresik. (Tangkapan Layar Video) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Duel carok kembali viral di media sosial. 

Kali ini terjadi di Gresik, Jawa Timur.

Dalam video, dua orang berkelahi membawa celurit.

Dilansir dari Tribun Jatim, duel carok ini terjadi di pinggir jalan Wahidin Sudirohusodo, Kebomas, Gresik.

Aksi carok tersebut direkam para pengendara yang hendak bekerja.

Terlihat dua orang membawa senjata saling sabet.

Salah satu pria tampak mengejar lawannya.

Korban pun tersungkur, lalu dibacok pria tersebut hingga bertubi-tubi.

"Sempat macet tadi jam berangkat kerja," kata Alam salah satu pengendara yang melintas kepada Tribun Jatim.

Para pengendara pun tidak berani melerai karena takut terkena sabetan senjata tajam yang dibawa keduanya.

Bahkan, seorang anggota polisi lalu lintas berusaha melerai dan menjaga jarak agar tidak terkena sabetan senjata tajam.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan mengatakan, kasus tersebut telah ditangani Polsek Kebomas Gresik.

Rebutan Lahan

Dua pria itu berkelahi karena rebutan lahan supeltas.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu (30/10/2024), sekitar pukul 07.30 WIB. 

Polisi telah menangkap dua pria yang terlibat aksi carok itu. 

Kedua pria tersebut diketahui bernama Imron (51), warga Surabaya; dan Rohman, warga Gresik.

"Yang kita amankan bernama Imron karena dia pemilik senjata tajam celurit," kata Kanit Reskrim Polsek Kebomas Ipda Arief, Rabu (30/10/2024).

Arief menambahkan, saat ini pelaku lain bernama Rohman masih menjalani perawatan di RSUD Ibnu Sina.

Ia terkena sabetan celurit pada telapak tangan bagian kanan.

Imron mengatakan motif dari aksi carok tersebut lantaran ia berebut lahan polisi cepek (supeltas) di putaran balik tepat di depan SPBU Kebomas.

Sehari sebelum kejadian, ia sempat mendapat ancaman dari lawannya jika akan dibunuh.

duel carok di gresik jatim
Duel carok kembali viral di media sosial. Kali ini terjadi di Gresik, Jawa Timur. Dalam video, dua orang berkelahi membawa celurit. Dilansir dari Tribun Jatim, duel carok ini terjadi di pinggir jalan Wahidin Sudirohusodo, Kebomas, Gresik. (Tangkapan Layar Video)

Akar sejarah dan tradisi carok

Carok yang merupakan duel celurit ini kerap memakan korban jiwa.

Beberapa orang di Jawa Timur mungkin masih ada yang memandang carok sebagai bagian dari identitas budaya.

Tradisi carok kerap menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

Seperti baru-baru ini, empat warga Bangkalan, Madura meninggal dunia pada Jumat (12/1/2024) malam lalu setelah melakukan carok melawan dua orang lainnya.

Insiden serupa juga pernah membunuh seorang warga di Desa Tanah Merah Laok, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan pada 4 Juni 2023 lalu.

Sebagai informasi, carok merupakan pertarungan antara orang Madura dengan senjata tajam yang biasanya berupa celurit untuk memulihkan harga diri seseorang.

Lalu, bagaimana sejarah kemunculan tradisi carok?

Mungkinkah dilestarikan tanpa adanya korban jiwa?

Guru besar sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Khoirul Rosyadi menjelaskan, carok termasuk tradisi di Madura.

"Carok merupakan tradisi atau bentuk duel tradisional di Madura yang melibatkan pertarungan dengan senjata tradisional, biasanya celurit," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (15/1/2024) lalu.

Rosyadi menjelaskan, awal kemunculan carok berkaitan erat dengan faktor sosial, ekonomi, dan politik di Madura.

Tradisi ini, katanya, dulu sering kali dihubungkan dengan penyelesaian sengketa antara kelompok-kelompok masyarakat.

Awalnya, carok ditujukan sebagai sarana penyelesaian konflik, terutama di kalangan keluarga atau kelompok-kelompok kecil.

"Dengan melibatkan duel ini, diharapkan masyarakat dapat menyelesaikan perselisihan secara adil dan mengembangkan rasa keberanian serta loyalitas," lanjut Rosyadi.

Sementara itu, diberitakan Kompas.com (26/8/2023), carok muncul di Madura sejak abad ke-19.

Ini berdasarkan catatan dalam laporan dua atropolog Belanda, De Jonge dan TouwenBouswma.

Carok diyakini berawal dari seorang mandor kebun tebu bernama R Sakera yang berusaha melawan Pemerintah Hindia Belanda dengan celurit.

Tindakan itu membuatnya dipenjara. Namun, Sakera tidak berhenti melawan.

Dia menggunakan celurit tersebut untuk membunuh banyak orang yang memenjarakannya.

Meski akhirnya dieksekusi, perlawanan Sakera menginspirasi warga Madura untuk melawan penjajah, meski hanya berbekal celurit.

Lebih lanjut, Rosyadi membenarkan bahwa carok kerap menimbulkan korban jiwa.

Sebab, tradisi ini dapat mematikan salah satu atau pun kedua pihak yang berduel.

"Terkait dengan praktik carok yang menyebabkan kematian, ini memang sebuah konsekuensi serius dari tradisi ini," tegasnya.

Meski begitu, dia menyebutkan banyak orang Madura yang mulai menyadari dampak negatif dari carok seiring berjalannya waktu.

Mereka pun berupaya mengurangi tingkat kekerasan dalam praktik carok, dengan menggeser tujuannya dari duel mematikan ke bentuk pertunjukan atau seni bela diri tradisional.

Sayangnya, Rosyadi tidak memungkiri masih adanya warga yang melakukan carok hingga meninggal dunia.

"Secara sosiologis, (melakukan carok sampai meninggal) dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti tradisi, norma sosial, dan ketidaksetujuan terhadap campur tangan pemerintah," imbuhnya.

Dia menuturkan, beberapa orang Madura mungkin masih memandang carok sebagai bagian dari identitas budaya mereka.

Meski demikian, Rosyadi menyatakan bahwa pemerintah Madura dan sejumlah kelompok masyarakat telah berupaya mengedukasi warga dan mengurangi praktik carok yang berpotensi mematikan.

"Larangan resmi terhadap carok mungkin sulit diterapkan sepenuhnya karena campur tangan nilai budaya dan identitas lokal yang kuat," pungkasnya.

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved