Berita Intenasional
Wanita Curhat Anaknya Memohon Agar Ibunya Cerai karena Tak Tahan dengan Ayahnya, Nekat Lakukan Ini
Seorang wanita curhat tentang kehidupan rumah tangganya yang membuatnya dilema.
TRIBUN-MEDAN.com - Seorang wanita curhat tentang kehidupan rumah tangganya yang membuatnya dilema.
Suaminya adalah sosok yang cerdas dan berprestasi dengan gelar masternya.
Dia memiliki karier yang sukses sebagai pengajar di sebuah sekolah.
Dilansir dari sanook.com, Jumat (13/9/2024) dia memiliki harapan besar terhadap anak-anaknya.
Sang suami menginginkan mereka selalu berprestasi di sekolah agar bisa membuatnya bangga.
Dia memaksa kedua anaknya untuk mengikuti kelas tambahan dan les privat sejak usia lima tahun hingga kini.
Setiap hari, selain waktu makan dan tidur, anak-anaknya harus tetap belajar.
Bermain dan bersantai menjadi hal yang sangat jarang mereka lakukan.
Ia masih ingat momen ketika putrinya duduk di kelas 4 SD.
Sepulang sekolah, ia mengantar putrinya les bahasa Inggris di sebuah sekolah.
Putrinya mengeluh bahwa dia selalu belajar sedangkan temannya pergi ke mal dan bermain.
Dengan tenang, ayahnya mencoba menjelaskan bahwa belajar adalah hal yang baik.
Pendidikan sesuatu yang akan sangat berguna di masa depan.
Putrinya dengan sedih menjawab bahwa dia hanya ingin pergi keluar sesekali.
Belajar terlalu banyak membuatnya merasa sangat lelah.
Setelah menikah, sang ibu memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Karena suaminya begitu berprestasi, dia sering meremehkan sang istri.
Menganggap peran sebagai ibu rumah tangga hanyalah tentang memasak dan mengurus rumah.
Penghinaan itu tak hanya terlihat dalam kata-kata tetapi juga sikapnya yang merendahkan.
Kadang-kadang, suaminya bahkan tak segan memarahinya di depan anak-anak.
Menyalahkan sang istri atas hal-hal kecil yang seharusnya tidak menjadi masalah.
Anak-anak takut pada ayahnya dan menyayangi ibunya.
Mereka tidak berani bertindak untuk melindungi ibunya.
Tahun ini, putrinya sudah duduk di kelas lima sementara putranya baru memasuki kelas satu.
Namun, hubungan mereka dengan ayahnya terasa dingin dan jauh.
Komunikasi di antara ayah dan anak tersebut sangat minim.
Suaminya tampaknya tak tahu topik lain yang bisa dibicarakan dengan anak-anaknya.
Dia hanya membahas tentang pelajaran dan tugas sekolah.
Ketika hasil belajar anak-anaknya tidak memenuhi harapan, suaminya tak ragu untuk menegur mereka.
Baginya, nilai sempurna di setiap mata pelajaran adalah hal yang wajib.
Anak-anaknya harus selalu menjadi yang terbaik di kelas serta masuk dalam 10 besar di sekolah.
Baru setelah itu, dia merasa puas.
Putrinya, harus menanggung beban tekanan yang luar biasa dari ayahnya.
Rutinitas panjang duduk di kelas dari pagi hingga malam menjadi hal yang biasa baginya.
Saat suaminya melihat putrinya menulis dengan asal-asalan, amarahnya meledak.
Ia memarahi anak-anaknya dengan kasar tanpa memperdulikan perasaan mereka.
Putrinya hanya terdiam, menahan penderitaan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Putranya pun menangis pelan, mengambil buku-buku yang dilempar ayahnya dengan kasar.
Setelah itu, sang ayah pergi keluar rumah.
Meninggalkan jejak kekecewaan dan ketakutan di hati anak-anak.
Saat itulah, putrinya yang selama ini diam, mengucapkan sesuatu.
"Kenapa kalian tidak bercerai saja?" tanya putrinya.
"Lebih baik kita bertiga saja, ibu dan anak, daripada bersama ayah," ucap putrinya.
Setelah melontarkan kalimat itu, putrinya masuk ke kamar, membanting pintu.
Malam itu, sang ibu memutuskan untuk membawakan segelas susu untuk putrinya.
Dengan harapan bisa menenangkannya.
Namun, saat membuka pintu kamar, ia mendapati kamar itu kosong.
Kegelisahan mulai muncul dan ia segera mencari putrinya.
Ketika sampai di depan kamar mandi, lampunya menyala.
Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Dengan perlahan, dia mengintip melalui celah pintu.
Syok, dia melihat sesuatu yang membuat tubuhnya gemetar hebat.
Di dalam kamar mandi, putrinya menggunakan pisau cukur untuk melukai lengannya.
Darah segar menetes ke lantai namun wajah putrinya tidak ada ekspresi apapun.
Wajahnya tampak tenang, seolah-olah tindakan itu adalah hal yang biasa.
Sang ibu pun terjatuh ke lantai.
Mendengar suara keributan, putrinya cepat-cepat mengenakan kemeja lengan panjang.
Dia menutupi luka di lengannya dan keluar dari kamar mandi, menghampiri ibunya.
Saat ibu yang melihat kondisi putrinya penuh darah, terkejut dan mulai menangis.
Mereka pun saling berpelukan erat dan menangis.
Setelah itu, dia mengobati luka-luka dan menyeka air mata putrinya.
Putrinya kembali bertanya apakah mereka bisa tinggal di rumah kakek dan neneknya.
Menjauh dari ayah mereka yang menimbulkan trauma.
Ibunya hanya terdiam, tidak mampu memberikan jawaban pasti.
Keheningan itu membuat putrinya semakin frustasi.
Merasa tidak puas dengan respon ibunya, dia pun kembali ke kamarnya.
Melihat penderitaan anak-anaknya, hati sang ibu sangat sakit.
Ia terjebak dalam dilema yang memilukan.
Menceraikan suaminya dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anaknya.
Tetapi bayangan tentang mereka mengalami kesulitan hidup juga menghantui pikirannya.
(mag/Vania Elisha/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Pengantin Perempuan Tampak Cemberut di Pernikahan meski Diberi Mahar Miliaran, Diduga Dipaksa Nikah |
|
|---|
| Pria Dibunuh Beberapa Jam setelah Pernikahan, Sang Istri Ternyata Ingin Menguasai Harta Suami |
|
|---|
| Profil Azerbaijan Airlines, Pesawat yang Jatuh Terkena Tembakan Rusia Menewaskan 38 Warga Sipil |
|
|---|
| Robbie Williams, Penyanyi Asal Inggris Ditolak Tampil di Turki Atas Tuduhan Zionisme |
|
|---|
| Jokowi Masuk Daftar Dewan Penasihat Global Bloomberg, Ini Tugas dan Nama 22 Tokoh Lainnya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ilustrasi-seorang-ibu-yang-memeluk-putrinya-usai-menyakiti-diri-dengan-pisau-cukur.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.