Berita Viral

UPDATE Kasus Meninggalnya Santriwati Inisial NI di Ponpes Al-Aziziyah, Diduga Korban Penganiayaan

Kasus Meninggalnya Santriwati Inisial NI Asal NTT di Ponpes Al-Aziziyah NTB, Diduga karena Korban Bully dan Penganiayaan.

|
Editor: AbdiTumanggor
Istimewa
penyidik Satuan Reskrim Polresta Mataram melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Kapek, Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Istimewa) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Fakta Kasus Meninggalnya Santriwati Inisial NI Asal NTT di Ponpes Al-Aziziyah NTB, Diduga karena Korban Bully dan Penganiayaan.

Terkini, tim penyidik Satuan Reskrim Polresta Mataram melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Kapek, Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Olah TKP ini digelar buntut meninggalnya NI (13), santriwati asal NTT.

Olah TKP dipimpin oleh Kasat Reskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama pada Jumat (5/7/2024).

"Pemeriksaan beberapa pihak yang dianggap ada kaitannya dengan korban merupakan bentuk proses dalam melakukan investigasi terkait pembuktian dari dugaan yang dilaporkan keluarga korban, termasuk olah TKP yang dilakukan saat ini di Ponpes Al Aziziyah," kata Yogi dalam keterangannya dikutip pada Sabtu (6/7/2024).

Tim penyidik melakukan olah TKP menyusul adanya laporan dugaan tindak kekerasan atau penganiayaan yang menyebabkan korban koma dan dirawat di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia di RSUD dr Soedjono, Selong, Lombok Timur.

Hingga saat ini, tim penyidik telah memeriksa sebanyak 14 saksi.

Tujuh orang saksi merupakan tenaga kesehatan yang pernah menangani korban di Lombok Timur.

Tiga orang merupakan teman dan orangtua teman NI serta sopir travel dan empat orang dari Ponpes Al Aziziyah.

Yogi mengatakan, kedatangan tim penyidik Polresta Mataram disambut baik oleh beberapa pengurus Ponpes Al Aziziyah.

Pihak Ponpes menyatakan siap mendukung proses hukum yang saat ini tengah berjalan.

Hal ini diharapkan dapat memperlancar proses hukum yang berjalan terkait laporan dugaan tindak kekerasan terhadap santriwati.

Yogi mengaku belum bisa menyimpulkan hasil saat ini karena masih menunggu hasil olah TKP.

"Olah TKP yang kami lakukan merupakan proses hukum yang dilaksanakan oleh penyidik sebagai upaya mengungkap dugaan kasus sesuai yang dilaporkan," kata Yogi.

Sebelumnya, jenazah santriwati asal Ende Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal telah dibawa pulang keluarga ke Ende NTT. 

Keputusan tersebut diambil setelah jenazah menjalani proses otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB guna mengetahui penyebab pasti kematian korban.

Jenazah santriwati yang berstatus sebagai siswi kelas II SMP di ponpes yang berlokasi di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tersebut telah dipulangkan pada Minggu (30/6/2024) melalui jalur darat. 

Pemulangan jenazah ini dilakukan Polresta Mataram bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerhati anak seperti PBHM NTB, UTPD PPA NTB, UPTD PPA Lobar, SANTAI NTB, GAGAS, LPA Mataram, LPA NTB, LARD NTB, dan PBHBM.

Mereka bersama-sama menanggung biaya proses otopsi dan mempersiapkan ambulans yang membawa jenazah serta keluarga korban ke Ende Selatan, NTT.

“Kami bersama rekan-rekan dari lembaga Perlindungan Anak serta Kelompok Pemerhati Perempuan dan Anak di NTB membantu secara bersama-sama memfasilitasi kepulangan jenazah ke tanah kelahirannya di Nusa Tenggara Timur,” ujar Kasat Reskrim Polresta Mataram, Kompol I Made Yogi Purusa Utama.

Viral di media sosial 

Sebelumnya viral di media sosial dugaan penganiayaan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al Aziziyah yang bernama Nurul Izzati alias NI (13).

Berawal dari sebuah akun @otw.lombok, yang mengunggah postingan tersebut.

Postingannya berisi foto korban dan ucapan belasungkawa, karena Izzati telah berpulang pada Sabtu pagi, 29 Juni 2024.

“Turut berduka cita atas meninggalnya Nurul Izzati, santriwati asal NTT di Ponpes Al Aziziyah, Gunungsari, Lombok Barat. Diduga korban penganiayaan,” tulisan isi postingan yang diunggah, Selasa, 2 Juli 2024.

Postingan tersebut mengisahkan perjalanan korban yang datang jauh-jauh ke NTB, hanya untuk belajar.

Namun, ia terlebih dahulu dipanggil oleh sang Maha Pencipta, sebelum menuntaskan pendidikannya.

“Data dari jauh untuk belajar. Belum sempat menuntaskan rasa haus atas ilmu agama, kamu berpeluang,” lanjutan isi postingan .

“Semoga hasil autopsimu bisa memberi titik terang, juga menenangkan orang tua, teman, dan semua orang yang menyayangimu,”tutupnya.

(*/Tribun-medan.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved