News Video

Bibit Lokal Langka, Petani Wortel di Karo Merugi dan Merasa Tertipu Beli Benih Tak Berkualitas

Para petani wortel Karo Merasa tertipu karena bibit yang didapat dari suplier tidak jelas kualitasnya

|
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Chandra Simarmata

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Para petani wortel di Kabupaten Karo harus menelan pil pahit, pasalnya tanaman yang saat ini sudah dirawat dengan baik tidak memberikan hasil yang maksimal. Informasi yang didapat, para petani wortel ini merasa tertipu karena bibit yang didapat dari suplier tidak jelas kualitasnya.

Salah satu petani wortel Jhon Musa Purba mengungkapkan dirinya beberapa bulan lalu membeli bibit wortel dari kerabatnya yang mengaku jika bibit tersebut memiliki kualitas yang baik. Ternyata, saat ditanam hingga kurang lebih dua bulan setengah buah yang dihasilkan dari bibit tersebut memiliki kualitas yang buruk.

Dirinya menceritakan, awalnya ia membeli bibit tersebut dari orang lain karena bibit lokal dari Kabupaten Karo mengalami kelangkaan. Dirinya menjelaskan, beberapa bulan lalu saat masa pembibitan cuaca buruk menjadi faktor utama tidak adanya bibit yang dihasilkan dari para petani maupun pengembang bibit.

"Jadi awalnya itu bibit lokal langka, di pembibitan juga langka. Terus ada informasi dari kawan-kawan ada bibit katanya ini bibit lokal, sudah terjamin, tapi nyatanya jelek hasilnya," ujar Jhon, saat ditemui di ladangnya, di Desa Rumah Kabanjahe, Kecamatan Kabanjahe, Senin (22/4/2024) petang.

Dirinya mengungkapkan, bibit yang dibelinya seharga 150 ribu rupiah beberapa bulan lalu itu ternyata tak sesuai dengan bibit lokal. Pasalnya, buah yang dihasilkan dari bibit tersebut jauh berbeda dengan bibit lokal. Dimana, bibit lokal yang menghasilkan wortel dengan ukuran cukup besar dengan cita rasa manis, sangat berbanding terbalik dengan bibit yang kini sudah hampir bisa dipanen dengan kondisi wortel memanjang dan kecil.

"Pertama ketahuannya itu karena ada informasi hasil wortel punya kawan yang beli bibit sama hasilnya kurus, pas saya cek ke ladang saya ternyata kondisinya juga sama," ucapnya.

Dirinya menjelaskan, dengan hasil pertandingan seperti ini tentunya para petani sangat dirugikan. Pasalnya, saat hasil panen ini dijual tidak bisa menutupi harga bibit yang lebih mahal ditambah lagi biaya yang dikeluarkan selama merawat tanaman.

Ketika ditanya biaya yang telah dikeluarkan selama proses masa tanam selama 2,5 bulan terakhir, ia mengaku sudah mengeluarkan biaya sebesar kurang lebih 12 juta rupiah. Disinggung perihal penjualan, dirinya mengaku sampai saat ini kualitas hasil tanaman wortel yang saat ini ada tidak bisa dijual sebagai mana semestinya.

"Kalau ini sudah enggak bisa dijual ke Jawa, paling ke lokal lah. Ini pun enggak tau ada atau tidak yang mau nampung. Untuk biaya sampai sekarang sudah keluar 12 juta saya, ada katanya yang mau nampung paling bisa bantu ganti bibit sama traktor ladang lagi, jadi enggak dijual seperti biasa," ungkapnya.

Padahal, berdasarkan informasi yang didapat saat ini harga wortel di pasaran sedang tinggi di angka Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilonya. Jika tanaman wortel yang dihasilkan oleh Jhon berhasil, dengan luas lahan 5000 meter diprediksi bisa menghasilkan 10 ton dengan uang yang akan didapat mencapai 40 hingga 45 juta rupiah. Namun, dikarenakan kualitas yang buruk dirinya harus menelan pil pahit merugi.

"Kalau sudah gini bagaimana lagi, ada kawan saya yang kena lebih parah lagi. Totalnya sampai 35 hektar yang kena ini," katanya.

Lebih lanjut, dirinya berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo untuk segera mencarikan solusi bagi para petani wortel. Selain memastikan bibit untuk petani, saat ini para petani juga berharap adanya bantuan untuk bisa menampung wortel yang sudah terlanjur sebentar lagi memasuki masa panen ini.

(mns/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved