Berita Internasional

Terang-terangan Selingkuh saat Istrinya Hamil, Kini Nyesal setelah Melihat Wajah Asli Pacarnya

Rasa tidak puas dengan pasangan sering kali membuat seseorang bertindak yang tak semestinya seperti kejadian pria selingkuhi istrinya saat hamil.

|
Timesofisrael
Ilustrasi wanita hamil 

TRIBUN-MEDAN.COM – Rasa tidak puas dengan pasangan sering kali membuat seseorang bertindak yang tak semestinya seperti kejadian pria selingkuhi istrinya saat hamil.

Aksi pria selingkuhi istrinya saat hamil itu berujung penyesalan.

Dikutip tribun-medan.com dari eva.vn Rabu (3/4/2024), menurut pengakuan pria selingkuhi istrinya saat hamil itu mereka berakhir bercerai.

Pria tersebut dan mantan istrinya diketahui menikah setelah 2 tahun menjalin hubungan asmara.

Setengah tahun kemudian, sang istri saya hamil anak pertama mereka.

Namun, selama itu, ada saatnya sang suami "tidak tahan" dan keluar untuk "jajan".

Suatu hari, istrinya mengetahuinya dan ia marah. 

Sang suami merasa bersalah atas perbuatannya, namun ia berharap istrinya memahaminya.

Sejak saat itu, sang istri menjadi berbeda, ia menjadi dingin dan tidak lagi mudah ditaklukkan.

Meski enggan berbicara dengan suaminya, namun wanita itu tetap menyiapkan makanan dan mengurus rumah sehingga sang suami tidak perlu khawatir.

Bahkan saat perutnya semakin membesar dan mual di pagi hari menjelang waktu melahirkan, setiap sang suami pulang kerja, tetap tersedia makanan sehat.

Rumahnya juga selalu bersih dan rapi sehingga pria itu hampir tidak perlu menyentuh apa pun.

Namun, meski mengurus segala sesuatu di rumah, istri saya menunjukkan sikap meremehkan dan tidak mengatakan sepatah kata pun kepada saya bahkan ketika saya memintanya.

Awalnya pria itu pikir istrinya hanya marah selama satu atau dua hari, tapi tidak, ia tidak berbicara dengannya selama satu tahun setelah itu. 

Dari luar, mereka masih pasangan yang serasi, namun kenyataan sang istri hanya menganggapnya bayangan di rumah hingga membuatnya saya sangat tidak nyaman.

Seiring berjalannya waktu, setiap hari pulang kerja, pria itu merasa pengap di rumah sendiri.

Ia pulang ke rumah kemudian pergi lagi keluar dengan beberapa gadis.

Meski mengetahuinya, sang istri tidak lagi khawatir atau cemburu seperti sebelumnya.

Ia bahkan naik taksi untuk pergi ke pemeriksaan kehamilan dan tidak repot-repot mengirimi suaminya pesan setibanya di rumah sakit untuk menandatangani surat operasi darurat. 

Cara sang istri membiarkannya "bebas" membuat pikiran pria itu jungkir balik.

Bagi pria itu, ia sama sekali tidak berniat selingkuh, ia hanya menyelesaikan kebutuhan fisiologisnya.

Namun, hubungan pasutri itu belum juga membaik setelah anak mereka lahir.

Istrinya memilih tinggal bersama kakek neneknya dan hubungan mereka hanya sebatas kepentingan anak.

Jika ia menelpon atau bertanya tentang anak, sang istri hanya memperbolehkannya melihat wajahnya dan jarang menanyakan tentang kabar pria itu.

Saat sang anak hampir berumur 1 tahun, istrinya mengajukan permohonan cerai.

Wanita itu tidak menyebutkan alasannya, ia hanya berharap mereka bisa tetap berhubungan baik dan mengasuh anak bersama.

Beberapa bulan kemudian, ketika tinta permohonan cerai masih basah, pria itu bertemu dengan wanita yang lebih muda dan lebih cantik.

Saat pacarnya hamil, sikapnya berbeda dengan sang  mantan istri, kali ini ia tidak perlu “jajan” karena ia memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dari biasanya selama hamil.

Namun, merasa puas pada satu hal membawa penderitaan pada hal yang lain.

Untuk pertama kalinya, ia mengalami penderitaan seorang laki-laki ketika istrinya sedang hamil.

Alih-alih menabung dan merawat anak  yang akan segera lahir, pacarnya malah ingin pergi makan setiap hari.

Ia selalu memesan makanan laut termahal dan bosan setelah makan beberapa suap.

Pria mengingatkannya untuk menabung sedikit, namun kekasihnya langsung merajuk dan berkata: “Hamil dan melahirkan anak bagiku sengsara, anak yang mau makan, jadi apa gunanya menginginkannya?”

Uang untuk makan dan minum memang cukup.

Uang untuk pemeriksaan kehamilan, perawatan kecantikan, pakaian, kosmetik, dan spa juga tak terhitung jumlahnya.

Setiap akhir bulan ia merasa seperti menghabiskan puluhan juta secara terburu-buru, tetapi ia tidak berani meminta bantuan siapapun.

Belum lagi, ia dianggap seperti ibu rumah tangga.

Ia tidak bisa berbaring dan menonton TV seperti dulu, sekarang ia harus melakukan semuanya, membersihkan rumah, mengeringkan pakaian, dan menjemput pacarnya setiap hari.

Orang yang duduk dengan kaki di atas sofa sambil menonton TV adalah pacarnya.

Makanan keluarga yang tidak selengkap dulu dan semakin sedikit membuatnya terkadang mendambakan makanan sederhana dimana ia dan istrinya dulu memasak bersama dan ngobrol bersama.

Kini ia menjadi sangat tertekan karena pacarnya tidak bisa diajak bekerjasama

Tiba-tiba ia teringat sang mantan istri yang telah berkorban begitu banyak untuknya.

Wanita itu menderita dan tetap mencintainya,  tapi ia malah tidak tahu bagaimana menghargainya.

Kini sudah terlambat untuk menyesali apapun.

(cr32/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved