Berita Kesehatan

Kenali Gejala Flu Singapura Akhir-akhir Ini Kasusnya Meningkat, Berikut Saran Dokter Cara Pengobatan

Kenali seperti apa gejala flu singapura pada manusia. Seperti diketahui, kasus flu mengalami peningkatan akhir-akhir ini.

Editor: Salomo Tarigan
shutterstock
ilustrasi Demam flu 

TRIBUN-MEDAN.com - Kenali seperti apa gejala flu singapura jika menjangkiti manusia.

Dengan menangani gejala dari awal, akan lebih memudahkan dokter menangani jika terjangkit penyakit ini.

Seperti diketahui, kasus flu mengalami peningkatan akhir-akhir ini.

Kasus flu Singapura dilaporkan meningkat selama 3 bulan awal di 2024 ini.

Hingga Minggu ke-11 2024, terdapat 5.461 orang terjangkit flu Singapura di Indonesia.

Baca juga: Sosok Harvey Moeis di Mata Sandra Dewi, Ogah Pamer Harta Suami Bisa Permalukan Dirinya Sendiri

Meski tak memiliki tingkat fatalitas tinggi, penyakit menular ini tetap perlu diwaspadai, terutama bagi anak-anak.

Ketua Satgas Covid PB IDI & Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI
Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) menerangkan bahwa flu Singapura (Hand, Foot, and Mouth Disease -HFMD) merupakan sebuah penyakit akibat virus yang dapat menyerang anak dan dewasa.

Baca juga: PENDAFTARAN CPNS Dibuka April 2024, Jangan Lupa Urus SKCK di Kepolisian, Berikut Cara Urus SKCK

"Umumnya menginfeksi anak berusia 10 tahun,
tetapi juga dapat menginfeksi dewasa," kata dia dalam kegiatan PB IDI via zoom, Rabu (27/3/2023).

Seseorang yang tertular flu Singapura biasanya didahului dengan demam, sakit tenggorokan, dan batuk.

"Penyakit ini dicirikan dengan adanya lenting pada tangan dan kaki yang apabila pecah menjadi ulkus (luka) dan krusta (koreng). Jika lenting di mulut pecah, akan menjadi sariawan. Saat anak tertular biasanya anak mengeluhkan sulit makan," jelas dokter spesialis paru ini.

Adapun gejala flu Singapura sebagai berikut:

1. Ruam

2. Munculnya ruam lenting kemerahan pada
telapak tangan, kaki, dan mulut, berdiameter sekitar 2-6 mm

3. Lenting dapat pecah dan menyisakan
luka pada kulit

4. Lenting pada mulut bersifat nyeri dan
bisa terdapat pada tenggorokan, langit-
langit mulut.

5. Lesi dapat membaik sekitar 7 hingga 10
hari.

6. Terkadang lenting juga dapat dijumpai di sekitar pusar dan anus

Sementara faktor risikonya berupa usia sebagai faktor risiko dimana anak-anak sebagai sumber penularan virus flu Singapura yakni Coxackie virus A16.

"Semakin buruk sosioekonomi, balita dan anak-anak dapat terinfeksi lebih awal," sebut dia.

Ia menuturkan, anak yang terinfeksi tanpa gejala mengeluarkan virus melalui feses selama beberapa minggu, berperan sebagai sumber virus dalam jangka waktu lama.

Di lingkungan, Coxsackievirus dapat ditemukan pada air permukaan, limbah, tanah, sayuran mentah, dan kerang.

Penularan utamanya melalui makanan dan kotoran manusia (fekal-oral).

Selain itu, menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus tanpa mencuci tangan menyebabkan virus masuk melalui makanan.

Dapat juga menular melalui droplet ketika batuk, bersin, dan bicara. Kontak langsung dengan luka dan cairan tubuh penderita.

"Semakin buruk sanitasi, semakin tinggi tingkat kontaminasi dan laju infeksi," kata dr Erlina.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

1. Gaya hidup higienis menjadi kunci utama pencegahan

2. Cuci tangan pakai sabun/hand sanitizer

3. Pastikan kebersihan makanan dan kolam renang

4. Membangun jamban sehat di rumah lengkap dengan septic tank-nya

5. Menghindari mandi cuci kakus di sungai, kolam, pantai

6. Makan makanan matang

7. Coxsackievirus mati pada suhu di atas 50°C

8. Hindari konsumsi seafood mentah

9. Disinfeksi toilet dan benda-benda yang berada dalam jangkauan anak

10. Vaksin coxsackievirus belum tersedia dan masih diteliti

Pengobatan Flu Singapura:

Dr Erlina menyatakan, pada prinsipnya flu Singapura dapat diobati dengan suportif dan pemberian obat sesuai gejala.

Obat minum misalnya Parasetamol untuk

menurunkan demam. Kemudian penanganan Lainnya.

"Menjaga kesehatan anak dengan mandi setiap hari. Pastikan anak cukup nutrisi,
cairan, dan istirahat. Bawa ke dokter untuk
penanganan yang tepat. Sterilisasi mainan anak agar tidak menularkan virus, melakukan etika batuk. Serta kurangi kontak langsung dengan
individu lain," jelas dr Erlina.

 Artikel diolah dari: /Tribunews.com/ 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

Berita viral lainnya di Tribun Medan   

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved