Berita Sumut

Petani di Batubara Merugi, Keluhkan Langkanya Pupuk Subsidi hingga Harga Gabah Padi Rendah

Suprianto, saat ini banyak petani yang mengalami kerugian karena tidak mendapat pasokan pupuk subsidi sehingga beralih ke pupuk non subsidi.

Petani di Batubara Merugi, Keluhkan Langkanya Pupuk Subsidi hingga Harga Gabah Padi Rendah

Tribun-medan.com, Limapuluh - Langkahnya pupuk subsidi dirasakan oleh para petani di Desa Empat Negeri, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, Selasa (30/1/2024).

Hal tersebut disusul dengan rendahnya harga jual gabah sehingga tidak sedikit petani mengalami penurunan pendapatan hingga merugi.

Menurut seorang petani, Suprianto, saat ini banyak petani yang mengalami kerugian karena tidak mendapat pasokan pupuk subsidi sehingga beralih ke pupuk non subsidi.

"Kalau tidak menggunakan pupuk subsidi, biaya kami lebih mahal. Harga pupuk aja sudah tiga kali lipat. Kemarin saya terakhir pakai non subsidi di angka Rp 440 ribu. Sedangkan kalau untuk subsidi masih di Rp 140 ribu hingga Rp 150 ribu per saknya," kata Suprianto.

Katanya, kelangkaan tersebut terjadi dua hingga tiga tahun belakang. Namun, pada tahun ini, ada pengurangan volume jumlah pupuk yang akan disalurkan ke petani.

"Payah. Dulu yang subsidi itu Urea, Phonska, Za, SP36. Sekarang, ZA dan SP36 sudah tidak ada. Yang ada Phonska dan Urea. Itupun didapatnya susah," katanya.

Katanya, kesulitan tersebut terjadi dikarenakan adanya pengurangan volume di pendistribusian pupuk.

"Kata distributor ada pengurangan jumlah. Kemudian, kalau kami sudah tidak dapat subsidi, kami pasti terpaksa harus membeli non subsidi. Harga pupuk non subsidi itu kemarin tertinggi sampai Rp 680 ribu," ujarnya.

Ungkapnya, apabila petani menggunakan pupuk non subsidi, maka petani akan mengalami pengurangan pendapatan dan bahkan dapat merugi.

"Kalau gitu bisa merugilah kami. Petani ini cuma dapat capeknya saja. Karena pupuk mahal," ungkapnya.

Selain itu, mahalnya racun juga menjadi masalah bagi para petani untuk merawat padinya dari gangguan hama.

"Sekarang harga gabah murah, tapi beras bisa tinggi. Kami biaya untuk menanam ini juga sudah sangat tinggi. Jadi, dimana lagi untung kami sebagai petani ini. Padahal kami ini termasuk pahlawan pangan," ujarnya.

Ia berharap pemerintah dapat mengatasi permasalahan ini agar para petani dapat sejahtera dan memikirkan kendala apabila terjadi gagal panen.

(cr2/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved