Wisata Kepri
Uniknya Ambung Gila, Permainan Rakyat Lingga Berbau Mistis
Penonton akan takjub lantaran sebuah Ambung akan bergerak dengan sendirinya setelah dibacakan jampi-jampian oleh bomo atau orang yang mempunyai ilmu
TRIBUN-MEDAN.com, LINGGA - Unik dan berbau mistis. Kata ini yang pantas untuk disematkan pada permainan tradisional Ambung Gila yang berasal dari Lingga, Pulau Mepar, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Permainan rakyat Lingga ini merupakan warisan budaya Melayu di Lingga yang masih terjaga hingga saat ini.
Penonton akan takjub lantaran sebuah Ambung akan bergerak dengan sendirinya setelah dibacakan jampi-jampian oleh bomo atau orang yang mempunyai ilmu untuk memainkan.
Baca juga: Situs Sejarah Istana Damnah, Peninggalan Sejarah Kerajaan Melayu yang Jadi Destinasi Wisata Kepri
Permainan rakyat asal Lingga yang semula dimainkan oleh warga lokal saja, kini menjadi magnet baru khususnya buat wisatawan bahkan mancenagara yang mengunjungi Lingga.
Permainan yang berasal dari Pulau Mepar, Kecamatan Lingga ini ternyata mempunyai nama asli, yakni 'Dang Lukah'.
Hal itu diungkapkan oleh Tokoh orangtua di Pulau Mepar, Azhar.
Azhar merupakan warga yang mempunyai peran penting dalam permainan Dang Lukah ini. Ia dipercaya sebagai orang membacakan doa atau membaca jampi-jampian.
Baca juga: Dinas Pariwisata Kepri Target 100 Ribu Wisman ke Tanjungpinang di 2024
Warga Lingga ini mengungkapkan, nama asli permainan ini Dang Lukah, bukan Ambung Gila seperti sebutan nama yang dikenal di masyarakat.
"Kami menyebutnya Dang Lukah, jadi bukan Ambung Gila," kata dia baru-baru ini.
Azhar menjelaskan, permainan ini sudah dikenal secara turun temurun oleh orangtua dari zaman ke zaman.
"Memang ini permainan orangtua dulu-dulu, dari datok nenek kami lah permainan ini, memang namanya Dang Lukah," ujarnya.
Saat ini, permainan Dang Lukah sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbud pada 2019 milik Kabupaten Lingga, dengan nama 'Ambung Gila'.
Saat dikonfirmasi Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi menjelaskan, bahwa nama Ambung yang berati keranjang.
Permainan itu memegang sebuah ambung atau keranjang yang dipakai orang dulu, untuk mengisi barang. Lazuardi menerangkan, Dang Lukah merupakan istilah nama Ambung.
"Dang Lukah berati Lukah atau Bubu (alat tradisional penangkap ikan-red)," sebut dia kepada TribunBatam.id, Sabtu (20/1/2024).
Baca juga: Program Pariwisata Biru, Kadispar Kepri Dampingi 80 Peserta IDF Berkunjung ke Kepri Coral
Namun saat ini, permainan yang dimainkan tersebut merupakan sebuah Ambung bukan lagi sebuah Lukah.
Dia menyebutkan, permainan yang dibawakan asli Lukah telah meninggal, sehingga muncul beberapa istilah yang berkembang.
Lazuardi sebelumnya mengungkapkan, bahwa ia pernah menemui seorang tokoh di Desa Mepar ini untuk menanyakan mantra saat memainkan Ambung Gila.
Hal itu ia lakukan, karena ingin membuat sebuah tulisan di buku sebagai acuan mengenal permainan rakyat di Kabupaten Lingga.
Dalam naskah-naskah lama peninggalan kerajaan yang ia temui, masih belum menemukan tulisan menyinggung permainan Ambung Gila di zaman kerajaan.
"Tapi itu tidak memungkinkan kalau Permainan ini telah diperkenalkan oleh masyarakat dulu. Namun, belum ditemukan permainan ini saat di zaman kerajaan pada kepemimpinan Sultan siapa," jelas pria yang pecinta ilmu sejarah Melayu ini.
Meski sering dianggap berbau mistis, Lazuardi mengatakan bahwa permainan ini hanya sebagai tontonan atau penghimbur.
Ia mengatakan, permainan ini pun tidak berisiko terhadap orang yang memainkannya. Permainan ini dimainkan oleh dua atau tiga orang, atau bisa lebih.
Ambung ini pun dipegang oleh orang yang memainkannya dan diletakkan di atas kemenyan atau dupa yang telah dibacakan doa atau jampi-jampian oleh tokoh yang dipercayakan.
Saat dibacakan doa oleh bomo atau dukun, perlahan Ambung ini pun menjadi berat dan bergerak dengan sendiri.
Semakin lama ia dipegang, maka Ambung ini akan bergerak dengan sangat cepat hingga bisa membuat pemainnya hilang kendali dan harus memegang erat.
Beberapa orang kadang diceritakan ada yang terpelanting dan memaksanya untuk memegang kuat Ambung ini saat bergerak dan menggila.
Di tempat terpisah, Gubernur Kepri, Ansar Ahmad mengungkap jika pariwisata Kepri masuk dalam peringkat ketiga dari seluruh pariwisata yang ada di Indonesia.
Saat mengunjungi Kabupaten Karimun, belum lama ini, ia mengungkap jika sejumlah kabupaten di Kepri menyumbang angka kunjungan wisata yang cukup besar di Kepri.
"Kepri menjadi tiga top kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia dari 38 provinsi setelah Bali dan DKI kemudian Kepri," ujar Gubernur Kepri, Ansar Ahmad.
Sebelum pandemi Covid-19, pariwisata Kepri berada di urutan nomor dua namun saat ini pariwisata mulai di lakukan recovery atau pemulihan.
Menurutnya, pada 2019 lalu angka kunjungan wisatawan asing di Kepri tembus di angka 2.967 juta kunjungan.
Namun pada 2023 lalu jumlah kunjungan menurun drastis atau hanya mencapai 1,5 juta kunjungan saja.
Saat ini Pemprov Kepri juga sedang menunggu dari Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Keuangan akan menurunkan nilai visa on arrival (voa) yang di wajibkan kepada para turis mancanegara.
"Masing-masing yang akan di bebankan biaya Rp 500 ribu. Mudah-mudahan nanti dapat kembali di bebaskan atau di turunkan menjadi Rp 100 ribu," ujanya.
"Supaya angka kunjungan wisatawan asing ke Kepri ini akan kembali seperti sebelum masa pandemi covid-19 lalu," ujarnya.
Gubernur Kepri menyebut, untuk menarik angka kunjungan baik mancanegara maupun domestik tentu berbagai upaya harus dilakukan, termasuk langkah nyata pemerintah daerah.
"Tentunya berbagai aksesoris dan fasilitas kunjungan wisata harus di benahi bersama baik sarana akomodasi, fasilitas kuliner, dan beberapa tempat yang dapat menjadikan daya tarik lainnya," ujarnya.
Terakhir, Gubernur Ansar berharap agar Bupati Karimun melalui Dinas Pariwisata dapat membenahi dan membina para pelaku UMKM atau kuliner untuk memberikan cita rasa yang dapat menarik pengujung.
"Selain fasilitas infrastruktur yang di benahi, namun kita juga harus membina agar cita rasa kuliner yang di jual belikan di setiap tempat harus memberikan daya tarik dari cita rasa bagi turis yang datang," ujarnya. (TribunBatam.id/Febriyuanda/Yeni Hartati)
| UMKM dan Permainan Rakyat Meriahkan Festival Warisan Bunda Lingga 2024 |
|
|---|
| Angkat Isu Penting untuk Kembangkan Pariwisata Kepri di Tourism Forum 2024 |
|
|---|
| Sensasi Unik Habiskan Waktu Libur di The ANMON Resort Bintan-Glamping |
|
|---|
| Deklarasi Asosiasi Kopi Nusantara di Tanjungpinang, Secangkir Kopi Satukan Nusantara |
|
|---|
| Seni Tradisional dan Modern serta Nikmatnya Kopi Semarakkan Tanjungpinang Fest 2024 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Embung-Gila1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.