Viral Medsos

AMERIKA SERIKAT Sebut Rusia Gunakan Rudal Balistik Korut untuk Menyerang Ukraina Sejak Desember 2023

Kirby mengatakan pasukan Rusia telah meluncurkan lebih banyak rudal semacam itu sebagai bagian dari serangan besar-besaran pada tanggal 2 Januari 2024

Editor: AbdiTumanggor
KCNA via KNS/AP PHOTO
Foto yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan apa yang dikatakan sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 sebelum uji tembak, di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada 24 Maret 2022. (KCNA via KNS/AP PHOTO) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Kirby, mengatakan Rusia menembakkan rudal balistik yang diduga dipasok dari Korea Utara ke Ukraina pada tanggal 30 Desember 2023. Namun serangan rudal balistik tersebut mendarat di lapangan terbuka.

Kirby mengatakan pasukan Rusia telah meluncurkan lebih banyak rudal semacam itu sebagai bagian dari serangan besar-besaran pada tanggal 2 Januari 2024.

Ia mengatakan jangkauan rudal Korea Utara adalah 900 km (560 mil), dan sebagai imbalan atas senjata tersebut, Rusia diharapkan akan memasok pesawat tempur, rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan produksi rudal balistik dan teknologi canggih lainnya.

"Hal ini akan menimbulkan implikasi keamanan bagi semenanjung Korea dan kawasan Indo-Pasifik," katanya.

John Kirby menyebutnya sebagai “eskalasi yang signifikan dan memprihatinkan” sehubungan dengan dukungan Pyongyang terhadap Moskow.

"AS akan mengangkat masalah ini ke Dewan Keamanan PBB dan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap mereka yang berupaya memfasilitasi transfer senjata ke Rusia,"ujarnya seperti dikutip The Guardian.

hantaman rudal balistik korea utara
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Kirby, mengatakan Rusia menembakkan rudal balistik yang diduga dipasok dari Korea Utara ke Ukraina pada tanggal 30 Desember 2023. Namun serangan rudal balistik tersebut mendarat di lapangan terbuka. Kirby mengatakan pasukan Rusia telah meluncurkan lebih banyak rudal semacam itu sebagai bagian dari serangan besar-besaran pada tanggal 2 Januari 2024. (Reuters)

Pihak Intelijen Amerika Serikat juga menuduh Rusia sedang melakukan pembicaraan dengan Iran untuk membeli rudal balistik jarak pendek.

Penilaian intelijen AS menyatakan bahwa rudal Iran belum tiba di Rusia, namun kesepakatan pada akhirnya akan tercapai.

Kirby menambahkan bahwa Iran telah menunjukkan kemampuan rudal balistik jarak dekatnya kepada pejabat militer Rusia yang berkunjung, meskipun sejauh ini tidak ada pengiriman rudal ke Rusia yang terdeteksi.

"Amerika Serikat khawatir bahwa negosiasi Rusia untuk memperoleh rudal balistik jarak dekat dari Iran sedang berjalan secara aktif," katanya.

"Kami menilai bahwa Rusia bermaksud membeli sistem rudal dari Iran."

Sebagai tanggapan, Kirby mengatakan AS akan menjatuhkan sanksi terhadap mereka yang terlibat dalam memfasilitasi transfer senjata, dan membawa masalah perdagangan senjata Rusia dengan Korea Utara ke PBB, sebagai pelanggaran terhadap embargo senjata internasional.

Peluncuran dua rudal balistik Korea Utara tersebut terjadi pada jam-jam menjelang subuh pada Rabu (19/7/2023) lalu. (tangkapan layar video)
Peluncuran dua rudal balistik Korea Utara tersebut terjadi pada jam-jam menjelang subuh pada Rabu (19/7/2023) lalu. (tangkapan layar video) (Tangkapan Layar Video)

Dibantah Rusia

Sementara, Moskow telah membantah adanya kolaborasi seperti yang dituduhkan Amerika Serikat.

Di sisi lain, beberapa jam setelah Gedung Putih melontarkan tuduhan tersebut, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un malah menyerukan agar produksi kendaraan peluncur rudal diperluas.

Kim Jong-un telah mengunjungi Rusia untuk membahas potensi kerja sama militer pada bulan September lalu.

AS sebelumnya menuduh Pyongyang memasok senjata ke Rusia, namun tuduhan terbaru ini adalah pertama kalinya intelijen AS berbagi rincian tentang rudal balistik—roket berpemandu yang dapat mencapai sasaran sejauh 900 km (500 mil).

Beberapa negara Barat telah menyampaikan kekhawatirannya atas potensi transfer senjata atau teknologi militer Moskow ke Pyongyang.

Pada 2017, sebuah laporan dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies menyatakan bahwa Korea Utara dapat dengan cepat mengembangkan rudal baru dengan memperoleh mesin roket RD-250 Soviet dari saluran gelap yang beroperasi di Rusia atau Ukraina.

Pihak Ukraina menegaskan, Rusia-lah yang patut disalahkan atas perkembangan senjata Korea Utara yang begitu mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.

Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.

“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).

Dengan serangan rudal ini, rakyat Ukraina berharap agar kemampuan pertahanan udara yang penting dan jenis peralatan militer lainnya dapat diberikan Barat.

Paket bantuan militer AS terakhir ke Ukraina, senilai sekitar USD250 juta telah disetujui oleh Gedung Putih pada 27 Desember 2023.

Ukraina telah memperingatkan bahwa upaya perang dan keuangan negaranya terancam jika bantuan Barat tidak segera diberikan.

(*/tribun-medan.com/bbc)

Baca juga: Korea Utara Terus Provokasi Korea Selatan, Kembali Tembakkan Peluru Artileri ke Pulau Yeonpyeong

Baca juga: Korea Utara Vs Korea Selatan Memanas: Korsel Evakuasi Penduduk dari Perbatasan Pulau Yeonpyeong

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved