MENOHOK Statement Putri Cak Imin: Ada Orang Tua Memotong Jalur Anak Berproses, Nabrak Hukum

Rahma Arifa, putri kedua dari Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar memberi sindiran menohok tentang proses politik yang dipakai dengan menabrak kons

Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Juang Naibaho
Tribunmedan.com/Anugrah Nasution
Rahma Arifa, putri kedua dari Cawapres Muhaimin Iskandar, hadir dalam diskusi bareng milenial di Medan, Jumat (24/11/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Rahma Arifa putri kedua dari Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memberi sindiran menohok tentang proses politik yang dipakai dengan menabrak konstitusi.

Arifa menyebutkan, ada orang tua yang menggunakan kekuasaannya untuk memotong jalur anaknya menjalani proses politik.

Meski tak menyebutkan sosok yang dimaksud, proses politik yang dimaksud mengarah pada pencalonan Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). Diketahui, Gibran maju di Pilpres 2024 setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang ketika itu diketuai Anwar Usman.

"Kita tidak bisa memilih aturan dilahirkan anak siapa. Ketika seseorang dilahirkan dengan kelebihan tersendiri, kalau keluarga saya (Cak Imin) selalu ditekankan, kamu jika dilahirkan lebih kamu harus punya tanggung jawab lebih," kata Arifa yang hadir dalam diskusi bersama milenial di Medan, Jumat (24/11/2023).

"Kelebihan itu pasti, tetapi ketika kelebihan itu dipakai untuk menabrak yang prinsipil khususnya konstitusi itu bukan lagi soal dilahirkan anak siapa, itu soal penegakan hukum, itu soal moral, etika dan prinsip bernegara," ujarnya.

Kehadiran Arifa di Medan dalam rangka bertemu dengan masyarakat dan pendukung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) di Sumut. Dia hadir bersama kakaknya, Mega Safira dan putra kedua Anies Baswedan yakni Mikail Aziz Baswedan.

Arifa mengatakan, sebagai anak politisi dan pimpinan partai politik, dia tak membantah mendapatkan manfaat secara kehidupan dan politik.

Namun, dia menilai yang terjadi saat ini keuntungan dari kekuasaan tersebut justru digunakan untuk menabrak aturan dan memberikan akses yang begitu mudah sehingga memotong proses yang mestinya dijalani.

"Kita kalau lihat dokter anaknya banyak juga yang dokter, kalau politisi juga banyak yang anaknya politisi. Ada orang tua yang membiarkan anak-anaknya berproses. Ada orang tua yang memotong jalur dan membiarkan anak-anak berproses. Ini yang harus kita sadari sebagai anak muda. Proses itu penting," ujarnya.

Arifa lalu menyinggung soal putusan Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menjatuhkan pelanggaran etik berat terhadap mantan ketua MK Anwar Usman yang memutuskan batas usia calon presiden.

"Tapi MKMK memutus bahwa itu pelanggaran etik berat. Kalau anak politisi tidak bisa dimunafikan pasti dapat keuntungan secara politik juga, tetapi apakah sudah dapat keuntungan, nabrak hukum lagi? Janganlah," tutupnya.

(cr17/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved