Cita-cita Sekretaris Daerah Pemprov Sumut Sebelum Pensiun, Pengin Mengubah Pola Pikir ASN

Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, Arief Sudarto Trinugroho punya cita-cita mengubah pola pikir dan pola tindak para ASN.

Editor: Jefri Susetio
HO/Tribun Medan
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Utara Arief Sudarto Trinugroho membuka Rapat Koordinasi bersama Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan Kepala Bagian Perekonomian Kabupaten/Kota se-Sumut. Berikut cita-citanya sebelum pensiun. 

TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN - Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, Arief Sudarto Trinugroho punya cita-cita mengubah pola pikir dan pola tindak para ASN.

Bahkan, ia kepengin cita-cita itu bisa dimulai cepat, sebelum memasuki pensiun.

Selain itu, keinginan untuk mengubah pola pikir dan pola tindak ASN bukan mudah.

Baca juga: Jejak Cemerlang Karier Sekretaris Daerah Pemprov Sumut Arief Sudarto Trinugroho

 

Namun, harus dilakukan agar ASN mengikuti era digital yang semakin cepat.

Cita-cita itu ia sampaikan saat wawancara eksklusif dalam program jumpa tengah bersama Pemimpin Redaksi Harian Tribun Medan, Iin Sholihin.

Berikut ini rangkuman wawancara eksklusif dalam program Jumpa Tengah di Studio-1 Harian Tribun Medan/Tribun-Medan.com, Senin (31/7/2023).

TRIBUN: Dalam setahun terakhir ini Bapak turut serta dalam membantu roda pemerintahan secara langsung karena menjabat sebagai Sekda Pemprov Sumut. Bagaimana kondisi ekonomi Sumut pascadihantam Covid-19?

SEKDA: Seluruh dunia waktu Covid-19 dihantam krisis ekonomi yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Saya melihat di lapangan sampai menangis. Saya pernah ke Kutai, Bali pada 2021, pariwisata kelar. Lalu kita lihat di Medan bagaimana? Tapi sebenarnya kita masih beruntung.

Untungnya dimana? Basis ekonomi kita tidak bidang jasa, yang paling kasihan, paling besar konstraksinya pada jasa. Namun Sumut hanya minus 2,4 persen saja. Mengapa tidak sebesar yang lain? Karena basis kita di pertanian dan hilirisasinya.

Pertanian sifatnya outdoor sehingga kegiatan pertanian masih tetap dilakukan walaupun terdampak. Kita terdampak namun tidak sebesar yang lain.

Karena itu, bangkitnya ekonomi di Sumut pascacovid-19 lebih mudah. Lebih cepat pulih. Saat ini bisa dikatakan sudah pulih. Tapi dampak Covid-19 itu tetap ada.

Meski begitu pertumbuhan ekonomi kita di atas lima persen jadi sudah mendekati tingkat pertumbuhan ekonomi sebelum Covid-19.

TRIBUN: Pak Sekda tentu ada catatan khusus yang diberikan Gubernur dan Wakil Gubernur terutama dalam pelaksaan visi dan misi. Sejauh ini apa yang menjadi prioritas?

SEKDA: Visi dan Misi Pak Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah itu tertuang dalam RPJMD. Jadi ini harus dicapai. Dalam RPJMD itu ada target yang terukur. Kalau dijelaskan ribet dan panjang, biarkan kami melaksanakan dan mencapai itu.

Tapi dalam menjalankan program membangun desa, menata kota ada tiga sektor yang ditata. Seperti pariwisata juga kita genjot. Apalagi pariwisata sifatnya out door.

Dan melaksanakan indikator tata pemerintahan yang baik dan bersih. Ada 32 indikator kalau saya katakan Sumut sudah melompat. Waktu Pak Edy dan Pak Ijeck mulai memimpin Sumut indikator stunting, dan indeks pembangunan manusia, tingkat kemiskinan dan sistem pemerintahan berbasis elektronik. Semua indikator itu di bawah.

Kita terus terang saja, banyak indikator itu miris. Masih tiga besar paling bawah. Namun, kalau sekarang melihat indikator itu sudah tiga besar, lima besar dan minimal 10 besar nasional.

Bahkan, untuk Sumatera kita banyak terbaik dan sudah meraih banyak penghargaan. Kita meraih 86 penghargaan. Seperti TPID kita terbaik di Sumatera.

Kalau wilayah Sumatera rata-rata kita terbaik, dan secara level nasional kita sudah baik. Contoh penghargaan bidang ekonomi dan keuangan syariah. kta membentuk KDEKS, kalau di pusat komite nasiona. Kita dapat dua penghargaan dari sembilan kategori.

Kita coba kerja terus, penghargaan bukan target akhir kita. Penghargaan hanya indikator sudah ada peningkatan penataan Pemerintahan Provinsi Sumut.

TRIBUN: Capaian dan lompatan itu apa karena peran kepala daerah atau SDM ASN kita sudah membaik?

SEKDA: Jelas figur pemimpin, ASN sudah ada seperti ini, figur pemimpin dan para pejabat tinggi pratama seperti kepala dinas, kepala badan yang menahkodahi. Jadi harus menjabarkan dan melaksanakan demi mencapai visi dan misi.

Peran pemimpin sangat besar, dan peran sekretaris daerah sangat penting. Contoh tahun depan sebagai sekda ada dua tugas besar.

Pertama, tugas pemilu dan sukseskan pemilu dan kedua bagaimana sukseskan PON ke-21 di Sumut dan Aceh. Itu tantangan besarnya. Namun, saya mencanangkan pada diri sendiri ada suatu target yang lebih besar lagi.

Saya tidak tahu sampai sejauh mana nanti apakah setelah mengakhir kerja sebagai sekda karena pensiun tahun depan bisa menjalankan. Apa itu targetnya?

Mengubah pola pikir dan pola tindak para ASN ini. Sekarang hidup dunia digital, zaman teknologi dan informasi, era revolusi 4.0, ada apapun itu. Bagaimana saya mengubah tindakan ASN yang masih seperti dulu.

Seperti tidak ingin keluar dari zona nyaman mereka, mereka berpikir lingkungan eksternal sama seperti dulu. Padahal dunia sudah berubah.

Orang di luar sana sudah bicara kecerdasan buatan, ee masih ada kawan kawan berpikir seperti dulu.

Misalnya mempersulit orang, memalaki orang, bahkan mempersulit orang, ini tantangan terbesar saya. Kemempan RB sudah ada program namanya Berakhlak. Itu semua untuk menjawab tantangan diera digitalisasi sekarang ini. Digital ini jauh lebih efisien, efektif dan transparan.

Baca juga: Jadi Salah Satu Calon Pj Gubernur Sumut, Ini Respons Sekda Arief Sudarto Trinugroho

 

Orang bekerja juga lebih bisa tahu, tepat waktu dan tepat biaya. Kalau tidak mau akan ditinggalkan. Kalian tidak adaptif dengan perubahan yang lebih cepat. Diri kita harus berubah mengikuti itu.

Artinya apa? melakukan inovasi dan kreasi. Sekarang semua serba cepat, muncul generasi elektronik yang begitu cepat. Jadi kita tidak bisa seperti dulu.

Masih ada yang tidak mau keluar dari zona nyamannya dan masih mau mencari rezeki dengan cara cara yang tidak benar.

Bukan zamannya lagi. Kita tinggalkan cara cara itu. Ini tantangan sebesar saya, berbagai macam cara seperti memperbaiki manajemen talenta kami.

Untuk jabatan tidak perlu seleksi terbuka jika sudah jalan meritokrasi kita. Dan penunjukkan karier harus sudah objektif. Rekam jejak itu mulai dari CPNS sudah ada terus, bukan hanya seleksi lima hari dan seminggu sudah dinyatakan baik. Itu tantangan terbesar dan perubahan mulai dilakukan.

pelayanan publik ada indikatornya dan bagaimana kita menanggapi pengaduan. Kalau tercapai ada intensif untuk anggaran.

(*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved