Pilpres 2024

Suara NU masih Cenderung ke Ganjar, Anies bukan Representasi Warga NU, Ini Kata Direktur PPI

PPI menilai penunjukan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai pasangan Anies Baswedan tak serta merta mengalihkan dukungan warga Nahdliyin.

TRIBUN MEDAN/ABDAN SYAKURO
Bakal Calon Presiden Anies Baswedan (dua kiri) yang diusung Partai NasDem bersama Sekjen DPP PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi (tiga kanan) bersama jajaran memberikan keterangan pers saat kegiatan apel siaga PKS di Lapangan Astaka Jalan William Iskandar, Kabupaten Deliserdang, Minggu (3/9). Dalam orasi politiknya Anies Baswedan menyampaikan beberapa hal diantaranya ekonomi di Indonesia yang semakin sulit serta menghormati yang memilih tak bersama. 

TRIBUN-MEDAN. com, MEDAN - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai penunjukan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai pasangan Anies Baswedan tak serta merta mengalihkan dukungan warga Nahdliyin.

Menurutnya, ada jarak antara pemilih Nahdlatul Ulama (NU) dengan PKB dalam memilih calon presiden, terlebih saat ini, Anies adalah calon yang diusung.

"Ini langkah maju dari Anies memutuskan berkoalisi dengan PKB berpasangan dengan Muhaimin Iskandar tinggal tunggu apakah nanti pada Oktober apakah kedua pasangan ini mendaftarkan di KPU," kata Adi saat berbincangan dengan Tribun Medan via telepon selular, Rabu (6/9/2023).

"Namun jika pun begitu, problemnya pemilih NU, pemilih PKB itu kan tidak otomatis memilih Anies sebagai calon presiden. Artinya orang yang merasa NU akan memilih PKB sebagai partai, tapi tidak memilih Muhaimin sebagai calon presiden dan wakil presiden," lanjut Adi.

Penunjukan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua PKB pun bertujuan untuk menutup kelemahan Anies di beberapa Provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat yang merupakan basis NU.

Namun Anies bukanlah sosok yang diharapkan warga NU sebagai presiden.

Adi menjelaskan dari sejumlah survei Anies selalu berada di urutan terakhir sebagai calon presiden yang dipilih pemilih NU.

Hal itu karena Anies kurang populer di kalangan NU. Selain itu, Anies dan kelompok NU adalah pihak yang berseberangan.

"Itu artinya pemilih NU dan PKB tidak selalu berjalan dengan Muhaimin Iskandar, apalagi PKB ini ingin memilih Anies yang selama ini saling berhadap-hadapan saling memunggungi dan tidak akur. Dan kalau dilihat dari sekarang ini, seakan-akan duet antara Anies dan Muhaimin ini saling melengkapi. Muhaimin sebagai ketua umum PKB diyakini akan mampu menambal kekurangan itu karena kuat di Jatim, Jateng," ujarnya.

Sejauh ini Ganjar kemudian Prabowo adalah sosok yang banyak dipilih oleh kalangan NU.

Selain karena merupakan mantan Gubernur Jawa Tengah, NU dan PDIP kata Adi memiliki hubungan yang rekat sejak lama.

Karena itu, tugas Muhaimin masih sangat berat agar bisa meyakinkan warga NU menentukan pilihan kepada Anies.

Muhaimin harus dapat mengonsolidasikan kekuatan NU dan mentransformasi dukungan sehingga elektabilitas Anies yang selalu terbawah dapat terus meningkat.

"NU dan PKB saja tidak milik Muhaimin kalau urusan Pilpres, apalagi harus memilih Anies. Tinggal gap NU dah PKB itu bisa tidak diselesaikan oleh Muhaimin. Bahwa pemilih PKB dan NU diyakinkan memilih keduanya," kata Adi.

Orang NU itu memang pilih partai dengan PKB namun soal Pilpres mereka lebih memilih yang berafiliasi.

"Itu (NU) mayoritas pilih Ganjar Pranowo, itu mayoritas, kemudian Prabowo Subianto dan sebagian kecil itu Anies Baswedan dan Muhaimin, jadi sangat kecil mereka dapatnya," katanya.

"Supaya PKB jadi kekuatan Anies, tidak ada cerita lain Muhaimin harus bisa mentransformasikan kekuatan untuk meyakinkan agar memilih keduanya," tutup Adi.

(cr17/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved