Viral Medsos

Sosok Connie Bakrie, Dulu Cuap-cuap Serang Kemhan RI, Kini Dukung Prabowo Usai Keluar dari NasDem

Baru-baru ini Pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie menyatakan mundur dari anggota Dewan Pakar Partai Nasdem.

|
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
layar tangkap youtube
Pengamat pertahanan dan militer Connie Bakrie ketika buka-bukaan membongkar kejanggalan rencana pembelian alutsista dengan utang Rp 1.760 triliun 

TRIBUN-MEDAN.COM - Sosok dan Profil Connie Rahakundini Bakrie, pengamat pertanahan dan militer.

Baru-baru ini Pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie menyatakan mundur dari anggota Dewan Pakar Partai Nasdem.

Hal itu terungkap dalam surat pengunduran dirinya yang ditujukan kepada Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

Dikutip dari Kompas.com, Connie mengatakan bahwa ia selama ini tidak pernah menjadi kader Nasdem.

Ia hanya menjadi anggota Dewan Pakar di partai besutan Surya Paloh itu. 

"Tapi aku bukan anggota partai, makanya aku jalur non-anggota. Aku bukan caleg, bukan, saya memang bukan anggota Partai Nasdem," kata Connie, Senin (3/4/2023) lalu.

Ketika bergabung sebagai anggota Dewan Pakar, Connie mengaku diangkat melalui jalur non-partai.

Ia kemudian menceritakan bagaimana proses dirinya bergabung sebagai anggota Dewan Pakar Nasdem.

"Kan sebenarnya dewan pakar itu harus anggota, tetapi waktu itu karena saya diminta dan saya bilang saya enggak mau, saya enggak mau jadi anggota partai mana pun. Saya bukan anggota partai mana pun," kata dia.

"Artinya diangkat dengan jalur non-partai,"tegas dia.

Ditanya soal alasan meninggalkan posisi itu, Connie lantas mengungkit ucapan Surya Paloh yang justru tidak sesuai secara ideologi.

"Bahwa Partai Nasdem bukanlah perusahaan tetapi instrumen pergerakan, tidak berpikir mencari selisih dagang, tidak memiliki semangat transaksional dan akan menjaga sikap ideologis yang dikelola secara profesional," tutur Connie.

"Pada ujungnya menunjukkan ketidaksesuaian secara ideologis di dalam lingkungan berorientasi 'flying high-playing cheap' yang terus semakin terasa," ujar dia.

Selain itu, menurut Connie, ada kekeliruan pada manajemen Partai Nasdem.

Ia mencontohkan, ketika pihak Nasdem tak sepakat ia mengajar di partai lain. 

"Aku bukan anggota partai, tapi aku ngajar di partai lain, marah. Kan aneh, aku bikin rekaman buat PSI, anak muda begini-begini, marah. Lah kan aneh, ini ajaib, cabutlah gue," kata Connie.

KOLASE FOTO Connie Bakrie dan Letnan Jenderal (Purn) Djaja Suparman.
KOLASE FOTO Connie Bakrie dan Letnan Jenderal (Purn) Djaja Suparman. (twitter)

Dikabarkan mendukung Prabowo di Pilpres 2024

Belakangan, Connie dikabarkan mendukung Prabowo Subianto untuk pilpres 2024. Hal itu menilik salah satu unggahan video di media sosial. 

Akun twitter Chusnul ch timah @ch_chotimah2 mengunggah cuplikan video Connie bincang-bincang dengan Faisal Akbar di akun Youtubenya Akbar Faizal Uncensored.

Chusnul ch timah @ch_chotimah2 menuliskan keterangan pada video: "ga usah basa-basi Bu, ibu Connie mau dibayar berapa atau mau dapat proyek apa dari Kemenhan? Pahamkan sampai ada yg tergoda jd mendukung prabowo pdhl baru aja kemarin menolak Prabowo. #MenolakLupa #PrabowoAntitesaJokowi."

Kritik Kementerian Pertahanan (Kemhan) soal alutsista

Sebelumnya, Connie Rahakundini Bakrie mengkritik keras Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI. Connie angkat bicara perihal beredarnya draft Rancangan Peraturan Presiden tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia 2020-2024.

Dalam draft itu, tertulis kebutuhan anggaran alpahankam hingga 2044 mencapai US$ 124,995 miliar atau setara Rp 1.760 triliun. "Sebenarnya yang saya garis bawahi berapapun angkanya, iya kan, rakyat dan saya termasuk sangat setuju kok. Apalagi setelah terjadi bencana KRI Nanggala, menurunnya kemampuan alutsista kita," ujar Connie pada  Senin (31/5/2021) lalu.

"Tapi sekali lagi tingkat kesiapan yang harus kita capai itu juga tidak membenarkan bahwa pengadaan itu atau anggaran itu didesain dengan secara revolusioner seperti sekarang yang saya kagum dan yang saya salut dengan cara-caranya, tetapi dengan cara-cara yang bias atau tidak jelas," lanjutnya.

Connie mencontohkan salah satu konten dalam draft Perpres di halaman 5. Disebutkan kebutuhan anggaran pengadaan alpahankam US$ 80 miliar untuk periode yang sangat pendek, yaitu 2020-2024. "Berarti itu kan kalau sudah bisa menghitung begitu harusnya alpahankam yang dibeli sudah tahu apa. Karena nggak mungkin kita ketemu angka tidak ketahuan apa yang mau dibeli. Jadi menurut saya bahwa kita mendukung 1.000 persen, jangan cuma Rp 1.760 triliun, mau Rp 200 ribu triliun juga nggak masalah rakyat Indonesia," kata Connie.

"Tetapi sekali lagi kita harus yakin betul bahwa ini digunakan visi misi negara, digunakan sesuai apa sih kepentingan nasional yang ingin dicapai oleh Indonesia, ke mana pasukan kita di-deploy, berapa lama di-deploy, apakah mengikuti visi Presiden Joko Widodo untuk ada di dua samudera, apakah kita juga harus ada di luar angkasa, ini kan yang harusnya kita jelas dan gak boleh jawabannya itu rahasia," lanjutnya.

Lebih lanjut, Connie menilai wajar bila masyarakat, termasuk dirinya secara pribadi, mempertanyakan kebutuhan anggaran alpahankam Rp 1.760 triliun dan harus selesai di 2024. Sebab, amanat UU Industri Pertahanan menekankan pengadaan alpahankam TNI tidak boleh barang bekas alias harus barang baru.

"Sementara hanya 2,5 tahun waktu kita untuk mengadakan, artinya ini pasti barang bekas. Karena nggak mungkin bikin kapal selam dua tahun, nggak mungkin bikin pesawat tempur dua tahun, nggak mungkin bikin kapal selam juga sebegitu singkat gitu," ujar Connie.

Singgung soal Mafia Alutsista di Tubuh TNI

Baru-baru ini, nama Connie Bakrie menjadi sorotan setelah menyinggung soal mafia alutsista di tubuh TNI. Connie Bakrie menyebutkan inisial Mr M sebagai mafia alutsista TNI.

Sejak itu, biodata wanita inipun banyak dicari. Publik penasaran mengenai latar belakang hingga kehidupan pribadi Connie Bakrie. Apalagi Ia terkesan cukup berani menyinggung soal mafia pengadaan alutsista TNI tersebut. Ia pun sempat menyinggung proyek kendaraan taktis (rantis) Maung.

“Terkait beredarnya Mr M atau mafia dalam upaya modernisasi alutsista dan atau MRO diakui keberadaannya juga oleh para tokoh antara lain anggota DPR RI Komisi I Bapak M. Farhan, Mantan KaBAIS Bapak S. Ponto, dan Deputy V KSP,” ungkap Connie dikutip dari video Instagram pribadinya yang dikutip Tribunnews.com.

Menurutnya mengungkap mafia tersebut bukan ranah dirinya. Melainkan ada pada Kementerian Pertahanan dan KPK. “Maka menjadi tugas Kemhan bersama sama KPK dan aparat terkait untuk menggunakan seluruh perangkat yang dimiliki untuk membuka siapa saja Mr M dimaksud. Sekali lagi ya paka membuka siapa saja bukan tugas akademisi intelektual, saya gak punya pernagkat itu,” kata Connie.

Bertemu dengan Prabowo setelah Singgung Mafia Alutsista

Setelah cuap-cuap soal adanya dugaan mafia alutsista di tubuh TNI, Connie pun melakukan peremuan dengan Menhan Prabowo Subianto.

Pertemuan Prabowo dan Connie Rahakundini Bakrie digelar di Kementerian Pertahanan RI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (11/6/2021).

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad yang hadir dalam pertemuan itu mengungkap alasannya. "Perkuat diri membangun negeri. Bersama Pak Prabowo Subianto, Bu Connie Rahakundini Bakrie, and Bro Ahmad Sahroni (Wakil Ketua Komisi III DPR )," tulis Dasco yang diterima wartawan, Jumat (11/6/2021).

Namun Dasco tak menjelaskan detail isi pertemuan tersebut. Ketua Harian DPP Gerindra itu menyebut pertemuan itu sebagai bentuk memperkuat diri membangun negeri.

Sebelumnya, Juru Bicara Menteri Pertahanan  Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan Prabowo sangat berterimakasih bila pengamat militer Connie Rahakundini menyebutkan dan membuka sosok mafia alutsista yang disebut "Mister M". Dahnil pun meminta agar Connie melaporkan temuannya ke KPK dan Polri.

"Bila perlu laporkan tindakan yang bersangkutan ke KPK atau kepolisian. Jangan sampai sekedar menjadi rumor dan fitnah," kata Dahnil, Senin (10/5/2021).

Selain itu, kata Dahnil, Prabowo juga mendorong Connie mengungkap Jenderal yang disebut-sebut "bermain" dalam "industri pertahanan bayangan". Apalagi, kata dia, Connie menyebutkannya dengan embel-embel dan tidak memperoleh pengetahuan yang cukup terkait itu. "Kasihan banyak jenderal yang baik-baik di Kemhan dan TNI yang menginginkan perubahan mendasar dan menguatkan pertahanan RI menjadi lebih baik, namun menjadi korban tuduhan dan rumor yang disampaikan oleh Bu Connie," kata Dahnil.

Connie Rahakundini Bakrie dan mantan suami, Letjen TNI Djadja Suparman
Connie Rahakundini Bakrie dan mantan suami, Letjen TNI Djadja Suparman (ISTIMEWA)

Sosok Connie Rahakundini Bakrie

Berikut sosok dan profil Connie Rahakundini Bakrie.

1. Dosen Universitas Pertahanan Indonesia dan pengamat pertahanan dan militer

Connie Rahakundini Bakrie lahir di Bandung, Jawa Barat, 3 November 1964.

Dia adalah seorang akademikus dan pengamat bidang militer dan pertahanan keamanan berkebangsaan Indonesia.

Ia mendapatkan gelar doktor di bidang politik dari Universitas Indonesia dan menjadi dosen di Universitas Pertahanan Indonesia.

Connie menyelesaikan riset studi doktoralnya di Chevening Executive Programme Democracy and Security, Birmingham University, England dan Fu Xing Kang War Collage ROC.

Ia sempat menjadi Senior Research Fellow di Institute of National Security Studies (INSS) Tel Aviv, Israel.

Ia juga merupakan Presiden dari Indonesia Institute for Maritime Studies.

2. Istri mantan petinggi TNI

Connie Rahakundini Bakrie juga merupakan istri dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Djaja Suparman, mantan Pangkostrad dan Irjen TNI.

Dia dikaruniai tiga anak yakni. Samantha Deandra Azzaria, Audindra, Aurelle Alessandra Merkava. 

3. Mundur dari Dewan Pakar Nasdem

Connie Bakrie sebelumnya menjadi anggota Dewan Pakar Partai Nasdem

Posisi inilah yang membuat dia diragukan saat mengungkap tentang mafia pengadaan alutsista.  

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menyebut kritik atau pernyataan Connie Bakrie soal pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) senilai Rp 1.760 triliun bias adanya.

"Kalau atas nama partai, sangat efektif jika kritik disampaikan secara terbuka di Komisi I secara resmi. Jika atas nama pakar pertahanan bisa bias karena posisi beliau melekat ke partai tertentu," ujar Adi, Jumat (4/6/2021).

Meski demikian, Adi mengingatkan, kritik tersebut lumrah terjadi dalam sistem demokrasi. Apalagi isunya sendiri terbilang seksi.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini pun mengatakan perbedaan pendapat antarpartai dalam koalisi pun lazim.

Dia mencontohkan saat pembahasan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) dan RUU Pemilihan Umum (Pemilu).

Saat kedua beleid itu digodok, kata Adi, banyak partai koalisi Joko Widodo (Jokowi) awalnya beda pendapat secara terbuka.

"Satu hal yang jelas, dalam kapasitas apa pun kritik itu dilakukan, tentunya akan muncul resistensi bahkan disharmonisasi dengan Gerindra," ungkapnya.

Adi menyatakan demikian lantaran posisi Connie tidak bisa dilepaskan identitasnya sebagai Anggota Dewan Pakar NasDem yang juga anggota koalisi Jokowi.

"Selain itu bagi Gerindra, Prabowo bukan hanya Menhan, melainkan lebih dari itu, sebagai simbol harga diri partai," kata Adi.

Baca juga: Connie Rahakundini Bakrie Mundur dari Anggota Dewan Pakar Partai NasDem, Ketidaksesuaian Ideologis

Baca juga: SOSOK Connie Rahakundini yang Berani Suruh KSAD Jenderal Dudung Jangan Berambisi Jadi Panglima TNI

(*/tribun-medan.com)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved