Viral Medsos

China Peringatkan Amerika dan Korea Selatan, Tapi Filipina yang Ketir-ketir Bisa Dihabisi di Laut

Presiden China Xi Jinping mengirimkan pesan peringatan keras terhadap Amerika Serikat dan juga negara sekutunya, Korea Selatan, agar tak memprovokasi

|
Editor: AbdiTumanggor
CP24
SEPERTI RAKSASA VS KURCACI - Militer China dikabarkan telah melakukan konfrontasi dengan militer Filipina di Laut China Selatan sejak 27 April 2023. Wartawan Associated Press Joeal Calupitan dan Aaron Favila melaporkan, sebuah kapal penjaga pantai China hampir menabrak kapal patroli Filipina yang berlayar ke beting yang disengketakan di Laut China Selatan. (Cp24) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Presiden China Xi Jinping mengirimkan pesan peringatan keras terhadap Amerika Serikat dan juga negara sekutunya, Korea Selatan, agar tidak memprovokasi konfrontasi dengan Korea Utara (Korut).

Peringatan ini disampaikan pada hari Kamis (27/4) setelah Presiden Joe Biden dan Presidel Korsel Yoon Suk Yeol mengatakan Pyongyang akan menghadapi akhir kepemimpinannya jika menggunakan senjata nuklirnya.

"Semua pihak harus menghadapi inti dari masalah semenanjung (Korea) dan memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan penyelesaian masalah secara damai," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, seperti dikutip dari kantor berita AFP, Minggu (30/4/2023).

Presiden China Xi Jinping mendesak untuk tidak sengaja mengobarkan ketegangan, memprovokasi konfrontasi, dan bermain-main dengan ancaman.

Sebelumnya pada pertemuan puncak di Washington, Biden dan Yoon memperjelas bahwa jika rezim Kim Jong Un di Korea Utara menyerang Korea Selatan atau Amerika Serikat, maka tanggapannya akan sangat menghancurkan.

"Serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutu atau partisannya -- mitra -- tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim apa pun yang mengambil tindakan seperti itu," kata Biden dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol.

Yoon mengatakan prioritasnya adalah mengamankan perdamaian melalui keunggulan kekuatan yang luar biasa dan bukan perdamaian palsu berdasarkan niat baik pihak lain. "Jika terjadi serangan nuklir Korea Utara," katanya, Washington dan Seoul telah sepakat untuk menanggapi dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi termasuk senjata nuklir AS.

Kedua belah pihak juga sepakat bahwa perisai keamanan AS untuk Korea Selatan akan diperkuat dalam menghadapi uji coba rudal Korea Utara yang bersenjata nuklir.

Sementara, Beijing mengutuk keputusan itu dan mengatakan Washington mengabaikan keamanan regional dan bersikeras mengeksploitasi masalah semenanjung untuk menciptakan ketegangan. "Apa yang AS lakukan ... memprovokasi konfrontasi antar kubu, merongrong rezim non-proliferasi nuklir dan kepentingan strategis negara lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning.

Tindakan AS, menurutnya, memperburuk ketegangan di semenanjung, merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan bertentangan dengan tujuan denuklirisasi di semenanjung. Bahkan, tindakan Amerika Serikat ini dianggap sebagai pemantik ketegangan hingga ke Laut China Selatan.

AS Latihan Bersama dengan Taiwan

Orang-orang berjalan di pantai di pulau Pingtan, di seberang Taiwan, di provinsi Fujian tenggara China pada 9 April 2023. China melakukan latihan militer hari kedua di sekitar Taiwan pada 9 April 2023, yang disebutnya sebagai peringatan keras kepada pemerintah pulau yang memerintah sendiri setelah pertemuan antara presidennya dan ketua DPR AS. (AFP/GREG BAKER)
Orang-orang berjalan di pantai di pulau Pingtan, di seberang Taiwan, di provinsi Fujian tenggara China pada 9 April 2023. China melakukan latihan militer hari kedua di sekitar Taiwan pada 9 April 2023, yang disebutnya sebagai peringatan keras kepada pemerintah pulau yang memerintah sendiri setelah pertemuan antara presidennya dan ketua DPR AS. (AFP/GREG BAKER) 

China juga singgung soal ketegangan di Taiwan. Dimana Komando Operasi Khusus Angkatan Darat AS (USASOC) dilaporkan telah melakukan latihan yang mensimulasikan respons terhadap invasi China ke Taiwan untuk pertama kalinya.

Ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di Washington bahwa Beijing mungkin mencoba merebut kendali atas pulau yang berpemerintahan sendiri itu dengan paksa.

Situs military melaporkan skenario Taiwan dimainkan sebagai bagian dari latihan kemampuan tahunan USAOC, yang dikenal sebagai CAPEX, di Fort Bragg Carolina Utara.

Pasukan berlatih dimasukkan ke Taiwan untuk membantu mempertahankan diri dari serangan China, menggunakan maket beton di pangkalan untuk mensimulasikan lingkungan di mana mereka akan melawan Republik Rakyat China (RRC).

“RRC, sesuai dengan strategi pertahanan nasional kita, adalah tantangan langkah kita yang sebenarnya di luar sana,” kata Letnan Jenderal Jonathan Braga, komandan USASOC, dalam pidatonya sebelum latihan pada hari Kamis.

“Pada akhirnya, yang kami coba lakukan adalah mencegah Perang Dunia III. Itu tugas kami,” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (30/4/2023).

Military melaporkan latihan itu termasuk menembakkan senapan recoilless, menerobos terowongan dan mengoperasikan drone Switchblade. Pasukan khusus menggunakan beberapa persenjataan dan taktik yang sama yang digunakan selama apa yang disebut Perang Melawan Teror Washington, bersama dengan alat lain yang mencerminkan pergeseran seismik untuk komando saat mempersiapkan potensi konflik melawan saingan militer utama.

Menurut Military, ini tidak biasa bagi USASOC untuk mengidentifikasi kekuatan oposisi secara langsung selama APEX, mengingat keragu-raguan militer untuk secara terbuka menyarankan konflik.

Hubungan AS-China telah memburuk dalam satu tahun terakhir di tengah penolakan Beijing untuk bergabung dalam kampanye sanksi Barat terhadap Rusia atas krisis Ukraina.

Para pejabat China menuduh para pemimpin AS membuat separatis di Taiwan berani, seperti ketika Ketua DPR saat itu Nancy Pelosi melakukan perjalanan ke Taipei Agustus lalu.

China merespons dengan memutuskan hubungan pertahanan dan iklim dengan Washington dan meluncurkan latihan militer besar-besaran di Selat Taiwan. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengakui, tanpa mendukung, klaim kedaulatan China atas Taiwan.

Selama beberapa dekade, Washington telah mempertahankan kebijakan "ambiguitas strategis", membuat Beijing dan Taipei terus menebak-nebak apakah, dan sejauh mana, militer AS akan campur tangan jika China menginvasi Taiwan. Namun, Presiden Joe Biden telah berulang kali mengisyaratkan bahwa Washington akan membantu Taiwan secara militer jika terjadi serangan China.

Think tank Washington telah mengiring latihan perang dalam beberapa bulan terakhir untuk mensimulasikan bagaimana perang atas Taiwan mungkin terjadi. Salah satu studi semacam itu dilakukan untuk komite kongres oleh Center for New American Security, yang menemukan awal bulan ini bahwa pasukan AS tidak akan dapat memasok senjata dan peralatan ke Taiwan begitu serangan China dimulai.

Sebuah latihan yang dilakukan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional menemukan bahwa meskipun pasukan AS dan Jepang berhasil menghalau serangan Beijing, mereka akan kehilangan puluhan kapal perang, ratusan pesawat, dan ribuan tentara.

Ancaman China terhadap Filipina di Laut China Selatan

Militer China dikabarkan telah melakukan konfrontasi dengan militer Filipina di Laut China Selatan sejak 27 April 2023. Wartawan Associated Press Joeal Calupitan dan Aaron Favila melaporkan, sebuah kapal penjaga pantai China hampir menabrak kapal patroli Filipina yang berlayar ke beting yang disengketakan di Laut China Selatan. (Cp24)
Militer China dikabarkan telah melakukan konfrontasi dengan militer Filipina di Laut China Selatan sejak 27 April 2023. Wartawan Associated Press Joeal Calupitan dan Aaron Favila melaporkan, sebuah kapal penjaga pantai China hampir menabrak kapal patroli Filipina yang berlayar ke beting yang disengketakan di Laut China Selatan. (Cp24) (CP24)

Di sisi lain, Amerika Serikat, pada Sabtu (29/4/2023), meminta China untuk berhenti memprovokasi kapal-kapal Filipina di Laut China Selatan.

Washington menegaskan bahwa mereka akan berdiri bersama Filipina jika ketegangan geopolitik di laut yang dipersengketakan itu membara. Pernyataan itu datang setelah ketegangan di laut antara kapal patroli China dan Filipina di perairan paling sibuk di Asia Tenggara tersebut.

"Kami menyerukan kepada Beijing untuk berhenti dari perilakunya yang provokatif dan tidak aman," kata Kementerian Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan dikutip dari India Today (30/4/2023). "Amerika Serikat mendukung sekutu kami Filipina dalam menegakkan tatanan maritim internasional berbasis aturan."

Sebelumnya, pada Jumat (28/4/2023), Filipina menuduh Coast Guard (badan keamanan maritim) China melakukan "taktik agresif" ketika berhadapan dengan patroli Coast Guard Filipina di dekat gugus daratan kepulauan kecil Second Thomas Shoal 105 mil dari lepas pantai Filipina dan dikuasai Manila.

Second Thomas Shoal adalah rumah bagi bangkai kapal AS era Perang Dunia Kedua yang sengaja dikandangkan pada tahun 1999 untuk memperkuat klaim teritorial Filipina.

Pada bulan Februari, Filipina mengatakan sebuah kapal China telah mengarahkan "laser tingkat militer" ke salah satu kapal patrolinya.

China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan dengan "sembilan garis putus-putus" di peta yang membentang lebih dari 1.500 km dari daratannya dan memotong zona ekonomi eksklusif Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.

Putusan arbitrase internasional pada tahun 2016 menolak garis itu karena tidak memiliki dasar hukum. Di sisi lain, Kementerian luar negeri China pada hari Jumat mengatakan kapal-kapal Filipina telah menyusup ke perairan China dan melakukan tindakan provokatif yang disengaja.

AS dan Filipina Gelar Latihan Temupur Bersama

Militer AS dan Filipina latihan bersama. Ini memicu konfrontasi Militer China dengan militer Filipina di Laut China Selatan. Wartawan Associated Press Joeal Calupitan dan Aaron Favila melaporkan, sebuah kapal penjaga pantai China hampir menabrak kapal patroli Filipina yang berlayar ke beting yang disengketakan di Laut China Selatan, pada 27 April 2023. (Cp24)
LATIHAN BERSAMA AS-FILIPINA: Militer AS dan Filipina latihan bersama. Ini memicu konfrontasi Militer China dengan militer Filipina di Laut China Selatan. Wartawan Associated Press Joeal Calupitan dan Aaron Favila melaporkan, sebuah kapal penjaga pantai China hampir menabrak kapal patroli Filipina yang berlayar ke beting yang disengketakan di Laut China Selatan, pada 27 April 2023. (Cp24) 

Atas provokasi China di Laut China Selatan ini, pasukan Amerika Serikat dan Filipina menggelar latihan bersama. Dalam latihan ini, hantaman rudal terhadap kapal prang dengan rentetan roket berpresisi tinggi, serangan udara, dan tembakan artileri dalam latihan perang terbesar kedua negara pada hari Rabu (26/4/2023) di perairan Filipina yang menghadap ke Laut China Selatan yang disengketakan. Latihan itu membuat China makin marah.

Presiden Ferdinand Marcos Jr. menyaksikan unjuk senjata Amerika itu dari menara observasi di kota pesisir San Antonio di provinsi Zambales, Filipina barat laut, indikasi terbaru dari dukungan kuatnya terhadap aliansi perjanjian Filipina dengan AS.

Marcos telah memerintahkan militernya untuk mengalihkan fokus ke pertahanan eksternal dari pertempuran antipemberontakan selama puluhan tahun karena tindakan China yang semakin agresif di Laut China Selatan menjadi perhatian utama.

Pergeseran fokus pertahanan Filipina itu sejalan dengan tujuan pemerintahan Biden untuk memperkuat busur aliansi di kawasan Indo-Pasifik untuk menghadapi China dengan lebih baik, dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (26/4/2023).

China telah membuat marah Filipina dengan berulang kali mengintimidasi patroli angkatan laut dan penjaga pantai Filipina serta mengusir nelayan di perairan dekat pantai Filipina yang oleh Beijing diklaim sebagai miliknya. Filipina telah mengajukan lebih dari 200 protes diplomatik terhadap China sejak tahun lalu, termasuk sedikitnya 77 protes sejak Marcos menjabat pada Juni.

Marcos menyaksikan roket melesat ke langit biru dari Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi atau HIMARS, peluncur roket dan rudal berganda yang dipasang di truk yang telah menjadi senjata penting bagi pasukan Ukraina dalam upaya memerangi pasukan invasi Rusia.

Sekitar 12.200 personel militer AS, 5.400 anggota militer Filipina, dan 111 tentara Australia ikut serta dalam latihan tersebut, yang terbesar sejak Balikatan (latihan perang tahunan bersama Filipina-AS) dimulai tiga dekade lalu.

Latihan tersebut telah memamerkan kapal perang AS, jet tempur serta rudal Patriot, HIMARS dan rudal antitank Javelin, menurut para pejabat militer AS dan Filipina. Para pejabat militer Filipina mengatakan manuver itu akan memperkuat kemampuan pertahanan pesisir dan tanggap bencana negara itu dan tidak ditujukan ke negara mana pun.

Baca juga: MEMANAS di Laut China Selatan, Kapal China Olok-olok Kapal Filipina, Seperti Raksasa vs Kurcaci

(*/TRIBUN-MEDAN.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved