Puasa di Negeri Orang

Tahun ke 4 Jalani Puasa di Jerman, Zelin Rindu Anyang Pakis Buatan Sang Ibu

Moment bersama keluarga, makanan khas Medan atau masakan rumah tentu menjadi hal yang paling dirindukannya.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Zelin Aprilia Rizki, saat ini sedang bekerja di Jerman mengikuti program Ausbildung dan berprofesi sebagai Heilerziehungspfleger (profesi yang fokus berintegrasi secara inklusif dengan para penyandang disabilitas)   

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Tahun ini Zelin Aprilia Rizki, gadis asal Medan menjalani bulan Ramadan jauh dari keluarga.

Sudah memasuki tahun ke empat, wanita kelahiran 4 April 1997 itu berada di negeri Panzer atau Jerman tersebut.

Moment bersama keluarga, makanan khas Medan atau masakan rumah tentu menjadi hal yang paling dirindukannya.

"Ada satu menu berbuka yang paling aku rindukan, tapi ini anyang buatan mamakku, sedikit berkuah, bahan dasarnya pakis dan ayam, udah jadi ciri khas dikeluarga pas puasa menu ini wajib ada dirumah," ujarnya.

Beberapa musim pun sudah dirasakannya saat Ramadan tiba.

Pertama kali di Jerman, Zelin harus berhadapan dengan musim panas kala itu.

Terkejut sekali Zelin, karna harus melalui puasa dengan durasi waktu yang jauh lebih panjang dari Indonesia.

"Pertama kali datang itu di musim panas jadi magribnya itu di jam 10 kalau nggak salah, ya shock kan, wah begini ternyata puasa di negeri orang," cerita Zelin.

Tahun ke tahun dilalui, Ramadan yang selalu berganti bulan berdasarkan kalender masehi, harus pula Zelin bertemu musim berbeda tiap tahunnya di Jerman ini.

"Kalau tahun ini masuk musim dingin, bukanya juga lebih cepat, tapi nggak berubah secara signifikan sihh, sekarang buka di sekitar jam 8an gitu," tambahnya.

Tinggal di negara yang minoritas muslim, membuat Zelin harus merelakan beberapa kebiasaan di bulan Ramadan yang tak dapat ia lakukan.

Seperti Salat Tarawih di masjid, berburu takjil untuk berbuka puasa dan melewati bulan suci Ramadan bersama keluarga.

"Ya syukurnya awal tinggal disini aku bareng keluarga Jerman yang sangat menghargai aku saat berpuasa. Tapi untuk tarawihnya ya di rumah aja, sendiri nggak di masjid," ungkapnya.

Meskipun dapay sambutan hangat dari warga Jerman, tak dipungkirinya, bahwa berkumpul dengan orang-orang sesama warga negara Indonesia khususnya di bulan Ramadan adalah hal yang paling disyukuri dan dinantikannya.

"Jadi kehangatan Ramadan itu tidak ditemukan selama disini, Nah ketemu orang-orang baru dan buka bersama dengan sesama orang Indonesia tu rasanya bahagia banget. Seperti wah bertemu sama yang seperjuangan nih gitu," tuturnya.

Banyak hal dilewati Zelin selama empat tahun berturut-turut menjalani puasa di Jerman.

Sebagai orang yang bekerja di bidang sosial, Zelin tetap menikmati setiap moment yang dilewatinya.

Menjalani puasa di luar negeri dengan berbagai kerinduan moment Ramadan sudah pasti, tapi cukup terobati dengan berbagai aktivitasnya yang tak terlepas dari hal-hal positif disana.

"Aku bekerja di bidang sosial, lebih tepatnya aku bekerja dengan orang-orang berkebutuhan khusus," jelasnya.

Zelin berpesan kepada sesama pejuang di negeri orang, untuk tetap semangat menjalani hari-hari, dan puasa ramadan ini khususnya.

Perbanyak bertemu dengan teman-teman seperjuangan disebutnya sangat ampuh mengobati rindu rumah yang terkadang muncul teramat dalam.

"Jangan sungkan untuk cari temen-temen Indonesia lainnya di negara tersebut, selain jadi wadah silaturahmi juga jadi lebih berkesan," katanya.

(cr26/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved