Viral Medsos

STUDI Baru Ungkap Alasan Alien Belum Lakukan Kontak dengan Bumi, Alat Ini Turut Lacak di Bima Sakti

Ahli berpendapat alien kemungkinan mengunjungi Bumi di masa lalu, sebelum manusia berevolusi atau mampu mendokumentasikan kunjungan tersebut.

Editor: AbdiTumanggor
Istimewa
Ilustrasi alien 

TRIBUN-MEDAN.COM - Sebuah studi baru ungkap alasan mengapa alien belum melakukan kontak dengan Bumi selama ini.

Menurut studi yang dipublikasikan di arXiv dan belum ditinjau oleh rekan sejawat itu, alien yang memiliki kecerdasan hanya tertarik untuk menghubungi planet dengan teknologi maju, Bumi tak belum termasuk di dalamnya.

Amri Wandel, astrofisikawan di The Hebrew University of Jerusalem menulis, jika kehidupan telah berevolusi di banyak planet di galaksi, maka alien mungkin lebih tertarik pada planet yang tak hanya memiliki tanda-tanda biologi, tetapi juga teknologi.

Dikutip dari Live Science, Minggu (18/12/2022) studi ini mengeksplorasi paradoks Fermi yang berpendapat bahwa mengingat usia alam semesta, kemungkinan besar alien yang cerdas akan melakukan perjalanan ruang angkasa jarak jauh dari sekarang.

Dengan demikian kemungkinan besar mereka akan mengunjungi Bumi. Namun, fakta bahwa alasan alien belum ke Bumi menjadi bukti tak ada kehidupan cerdas lain di galaksi Bima Sakti.

Sebelumnya, ahli berpendapat alien kemungkinan mengunjungi Bumi di masa lalu, sebelum manusia berevolusi atau mampu mendokumentasikan kunjungan tersebut.

Kemungkinan lain, bisa jadi juga perjalanan ruang angkasa jarak jauh lebih sulit dari yang diyakini sehingga menjadi tantangan untuk sampai ke Bumi. Atau bisa juga alien sengaja memutuskan untuk tak menjelajahi kosmos.

Namun di studi baru, Wandel menawarkan penjelasan lain tentang alasan mengapa alien belum melakukan kontak dengan Bumi, yakni bentuk kehidupan sebenarnya sangat umum di galaksi Bima Sakti.

Jika banyak planet berbatu yang mengorbit di zona layak huni, alien mungkin tak akan menyia-nyiakan sumber dayanya untuk mengirim sinyal ke setiap planet dan mencoba berkomunikasi. Selain itu, apabila kehidupan menjadi hal yang umum, alien yang cerdas kemungkinan besar lebih tertarik pada tanda-tanda teknologi.

Kendari demikian, sinyal teknologi mungkin sulit dideteksi. Sebab, Bumi sendiri memancarkan sinyal yang dapat dideteksi dari luar angkasa dalam bentuk gelombang radio sejak tahun 1930-an.

Secara teori, sinyal-sinyal itu sekarang telah menyapu sekitar 15.000 bintang dan planet yang mengorbitnya. Akan tetapi, itu hanyalah sebagian kecil dari 400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti. Selain itu, Wandel menyebut dibutuhkan waktu untuk setiap pesan balasan dari alien untuk melakukan perjalanan kembali ke Bumi. Jadi hanya bintang dalam jarak 50 tahun cahaya yang memiliki waktu untuk merespon sejak Bumi mulai memancarkan sinyal di luar planet.

Menurut Wandel meski lebih dari 100 juta planet berteknologi atau peradaban cerdas ada di Bima Sakti, kemungkinan besar sinyal Bumi belum mencapai planet tersebut.

Namun, seiring berjalanannya waktu dan saat Bumi memancarkan lebih banyak gelombang radio, semakin besar kemungkinan sinyal teknologi Bumi menemukan pendengar yang cerdas. Alien hanya menunggu panggilan kita.

alien(cosmin4000)
alien(cosmin4000) (nasa)

Apakah Alien Itu Ada?

Manusia sering mempertanyakan keberadaan makhluk hidup selain di Bumi. Hingga saat ini, pertanyaan tersebut belum menemukan jawaban yang pasti, tetapi banyak penemuan yang berusaha menemukan tanda-tanda kehidupan ekstraterestrial.

Apakah alien ada? Ini merupakan pertanyaan yang sejak lama coba dipahami, dijelajahi, dan dipecahkan oleh para ilmuwan dari National Aeronautics and Space Administration (NASA).

Para ilmuwan tersebut belum menemukan kehidupan selain di Bumi dan belum menemukan bukti yang didukung secara ilmiah mengenai adanya kehidupan ekstraterestrial. Definisi tentang lingkungan yang layak huni pun terus berkembang. Di luar Bumi, ilmuwan masih melakukan pencarian. 

NASA telah mengirim lima penemu dan empat pendarat ke permukaan Mars. Selain itu, pengorbit telah dilengkapi dengan beberapa kamera luar biasa untuk mengambil gambar seluruh permukaan Planet Merah. Tetapi, NASA baru menjelajahi sebagian kecil Mars dan itu hanya salah satu planet yang menjanjikan untuk mencari kehidupan di tata surya.

Kemudian, asa bulan-bulan es di tata surya luar, seperti bulan Saturnus Enceladus dan bulan Jupiter Europa, yang tampaknya memiliki lautan di bawah permukaannya yang dapat dihuni.

Terlebih lagi, semakin banyak exoplanet yang ditemukan di sekitar bintang lain, semakin banyak ilmuwan belajar tentang beragam lingkungan berbeda yang bisa ada untuk kehidupan. Oleh sebab itu, belum bisa dipastikan apakah alien atau kehidupan ekstraterestrial itu ada atau tidak.

Carl Sagan, astronom asal Amerika Serikat, mengatakan bahwa “Alam semesta adalah tempat yang cukup besar. Jika hanya ada kita, sepertinya itu adalah pemborosan ruang yang mengerikan.”

Teleskop MeerKAT di Afrika Selatan
Teleskop MeerKAT di Afrika Selatan (South Africa Radio Astronomy Observatory-SARAO)

Teleskop Radio Terbesar di Dunia Turut Melacak Alien di Bima Sakti

Salah satu teleskop terbesar di dunia baru saja bergabung menjadi bagian dalam perburuan tanda-tanda kehidupan alien.

Sejak tahun 2016, proyek Breakthrough Listen secara diam-diam menggunakan teleskop radio untuk mendengarkan sinyal radio yang tak biasa dari potensi peradaban ekstraterestrial maju di Bima Sakti.

Proyek tersebut diluncurkan sebagian oleh mendiang Stephen Hawking dan telah menggunakan Teleskop Green Bank (GBT) di Virginia Barat di Amerika Serikat dan Teleskop Parkes di New South Wales, Australia serta teleskop radio dari seluruh dunia untuk memindai bintang terdekat.

Tapi sekarang, teleskop radio terbesar di Belahan Bumi Selatan bernama Teleskop MeerKAT--yang tersusun dari 64 piringan individu di Afrika Selatan, telah bergabung untuk mencari kehidupan lain di alam semesta.

Mengutip Live Science, Selasa (6/12/2022), setelah lebih dari dua tahun mengintegrasikan program mereka ke dalam sistem MeerKAT, para ilmuwan Breakthrough Listen akhirnya mulai menggunakan data yang dikumpulkan oleh susunan piringan untuk mencari sinyal yang tidak biasa dari bintang terdekat.

"Masuknya MeerKAT akan memperluas jumlah target sebanyak 1000 bintang dan meningkatkan kemungkinan mendeteksi tanda-tanda kehidupan alien," kata ilmuwan Breakthrough.

MeerKAT secara drastis meningkatkan jumlah target yang dapat dianalisis oleh Breakthrough Listen, karena piringannya dapat mengunci hingga 64 target berbeda sekaligus, sementara teleskop lain hanya dapat fokus pada satu per satu.

"Selain itu, MeerKAT dapat melihat area langit 50 kali lebih besar daripada yang dapat dilihat GBT sekaligus," ungkap Andrew Siemion, peneliti utama Breakthrough Listen dan direktur Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) Universitas California Berkeley "Bidang pandang yang begitu besar biasanya berisi banyak bintang, yang merupakan target teknosignature yang menarik," paparnya.

Breakthrough Listen akan mengakses aliran data berkelanjutan dari MeerKAT tanpa mengganggu penelitian astronomi terjadwal.

Sebagai gantinya, data yang dikumpulkan dari studi lain akan dimasukkan ke dalam superkomputer, yang menggunakan algoritma khusus untuk memindai sinyal yang tidak dikenali berasal dari fenomena kosmik yang diketahui seperti pulsar, suar bintang, atau supernova.

Ketika sinyal aneh terdeteksi, seorang peneliti kemudian dapat menganalisis sinyal tersebut. "Menggunakan MeerKAT, Breakthrough Listen akan dapat memindai lebih dari 1 juta bintang selama dua tahun ke depan yang sangat menarik," ungkap Cherry Ng astrofisikawan di University of Toronto dan ilmuwan proyek di Breakthrough Listen.

Salah satu bintang pertama yang akan diselidiki lebih detail oleh MeerKAT dan Breakthrough Listen adalah Proxima Centauri, bintang terdekat dengan tata surya kita, yang memiliki dua exoplanet yang terletak di zona layak huni bintang tersebut.

Sebelumnya, pada bulan Juni, para astronom China menggunakan teleskop Sky Eye yang sangat besar di Guizhou, China sekaligus teleskop radio terbesar di Bumi mengumumkan telah mendeteksi kemungkinan sinyal alien.

Tapi hal ini dengan cepat dibantah oleh salah satu penulis studi, yang mengungkapkan bahwa sinyal itu hampir pasti adalah gangguan radio manusia.

(*/tribun-medan.com/kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved