Berita Sumut
Dirman Rajagukguk Masih Jalani Proses Hukum, Putrinya Pesimistis Terhadap Bupati Toba
Elfrida Rajagukguk menyampaikan rasa pesimisnya atas perolehan keadilan dalam kasus yang menimpa ayahnya.
Penulis: Maurits Pardosi |
Dirman Rajagukguk Masih Jalani Proses Hukum, Putrinya Pesimistis Terhadap Bupati Toba
TRIBUN-MEDAN.com, TOBA - Bupati Toba Poltak Sitorus bersama pihak Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Toba sambangi Desa Matio untuk membicarakan perihal kasus Dirman Rajagukguk yang sempat viral di media sosial.
Dirman Rajagukguk harus mendekam di penjara setelah dilaporkan pihak PT TPL mengklaim lahan konsesi PT TPL.
Setelah berbincang dengan Forkopimda, puteri Dirman Rajagukguk yang bernama Elfrida Rajagukguk menyampaikan rasa pesimisnya atas perolehan keadilan dalam kasus yang menimpa ayahnya.
"Enggak ada solusi sama sekali. Saya sudah minta sama Pak Bupati yang datang saat ini pun tak ada solusi. Ia sampaikan untuk TORA. Sejauh saya tahu, TORA itu punya pemerintah yang diberi kepada masyarakat. Saya tak mau itu," ujar putri Dirman Rajagukguk, Elfrida Rajagukguk, Selasa (22/11/2022).
"Menurut saya mereka itu lebih membela TPL. Saran itu juga seolah-olah membela TPL, itu jelas," sambungnya.
Ia juga menolak adanya pengukuran tapal batas dengan alasan pihaknya sudah lebih dahulu berasa di kawasan tersebut sebelum PT TPL hadir di Toba. Pihaknya mengklaim, lahan yang menjadi lokasi persoalan dengan PT TPL adalah milik leluhurnya.
"Soal mengukur tapal batas, kami enggak mau karena ukuran kami ada dan semua data kami sudah ada di dalam AMAN Tano Batak," sambungnya.
"Perusahaan itu baru 30 tahun baru ada, masa mereka ikut mengukur tanah leluhur kami. Kalau di Tungko Nisolu, TPL masih sekitar 20 tahun ada," jelasnya.
Ia berharap agar Presiden RI Joko Widodo dapat mendengar jeritan sebab ia tak memperoleh keadilan.
"Kalau Pak Jokowi datang ke sini, saya akan datangi. Karena, bagi negara, penderitaan saya ini tidak seberapa. Tapi, bagi saya, ini adalah sebuah penderitaan besar," sambungnya.
Bahkan, dirinya menyampaikan, PT TPL hanyalah pencipta kesengsaraan bagi keluarganya.
"Kami ini menderita gara-gara TPL. Kami diintimidasi. Dan, bapak saya itu sudah tiga kali alami yang seperti ini. Pertama, dituduh membakar hutan. Kedua, pencurian kayu. Ketiga, dibilang lagi perusakan hutan," sambungnya.
"Ayah saya seorang buta huruf," pungkasnya.
(cr3/tribun-medan.com)