Piala Dunia 2022
Akankah Kutukan Juara Bertahan Berakhir?
Putaran Final Piala Dunia 2022 di Qatar, Akankah Kutukan Juara Bertahan Berakhir?
Penulis: Perdata O Ginting S | Editor: Chandra Simarmata
TRIBUN-MEDAN.COM - Perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar sudah mulai. Sebagai tuan rumah, Qatar telah melakoni laga pembuka kontra Ekuador, Minggu, 20 November 2022 malam.
Hasilnya tuan rumah kalah 0-2. Pertandingan ini berlangsung di stadion terbesar kedua
di Qatar, Al Bayt di Al Khor, Qatar.
Tahun ini merupakan edisi ke-22 Piala Dunia. Namun, yang pertama digelar di Jazirah Arab di Asia Barat. Untuk di Benua Asia, negeri emir di Timur Tengah tersebut merupakan yang kedua menjadi tuan rumah.
Yang pertama Korea Selatan dan Jepang pada 2002 atau dua dekade silam. Sejak dipertandingkan pada 1930 hingga 2018 ternyata baru delapan negara yang pernah menjadi juara dunia.
Kedelapan negara tersebut adakah Uruguay, Italia, Jerman, Brasil, Inggris, Argentina, Prancis, dan Spanyol. Brasil menjadi yang tersukses karena telah mengoleksi lima gelar. Sementara Jerman bersama Italia, yang tidak hadir pada edisi kali ini, empat kali juara.
Empat edisi terakhir perebutan trofi perunggu berlapis emas 18 karat tersebut, negara-negara Eropa sangat mendominasi. Pada Piala Dunia 2006 di Jerman, Italia menjadi juara. Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Spanyol juara. Jerman menjadi kampiun Piala Dunia edisi ke-20 di Brasil pada 2014.
Prancis menjadi yang terbaik pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Dari 21 edisi Piala Dunia yang sudah digelar, baru dua negara yang mampu melakukan back toback atau mempertankan gelar.
Italia melakukannya pada Piala Dunia 1934 dan 1938. Brasil melakukannya pada Piala Dunia 1958 dan 1962.
Pada 17 edisi Piala Dunia lainnya tak ada juara yang bisa mempertahankan gelar. Justru sebaliknya kutukan terhadap juara bertahan kerap terjadi. Alih-alih mempertahankan gelar, sekadar lolos dari fase grup saja tak mampu. Itu terjadi pada tiga terakhir Piala Dunia, 2010, 2014, dan 2018.
Namun, secara keseluruhan atau dari 21 edisi ajang empat tahunan tersebut ada lima negara yang mengalami “kutukan” juara bertahan. Brasil, Tim Samba merupakan pengoleksi predikat juara dunia terbanyak.
Lima kali. Setiap mentas di Piala Dunia, Brasil selalu diperkuat pemain top seperti Pele pada 1958, Garrincha, Amarildo, Vava, dan Mario Zagallo pada Piala Dunia 1962, Romario Faria dan Bebeto pada 1994, serta Ronaldo dan Rivaldo pada Piala Dunia 2002.
Deretan pemain bintang dan kedigdayaan tak membuat Brasil lepas dari kutukan juara bertahan Piala Dunia. Pada Piala Dunia 1966, Brasil yang tampil dengan skuat mewah dan penuh bintang harus menelan pil pahit, gagal lolos ke babak selanjutnya setelah hanya finish di peringkat ketiga dengan satu kemenangan dan dua
kekalahan kekalahan.
Padahal, pada Piala Dunia 1962, Brasil menjadi juara. Prancis Pada Piala Dunia 1998, Prancis berhasil mencatatkan sejarah dengan meraih juara Piala Dunia untuk pertama kali.
Namun, dalam edisi Piala Dunia 2002, Prancis harus tersingkir lebih awal karena hanya meraih satu poin dan tidak menciptakan gol pada fase grup. Langkah Zinedine Zidanne dkk di Piala Dunia 2002 memang terseok-seok.
Tergabung di Grup A bersama Senegal, Uruguay, dan Denmark, Prancis hanya bisa menjadi juru kunci karena hanya mengumpulkan satu poin. Pada laga pembuka kontra Senegal, Prancis tidak
diperkuat sang maestro Zidane yang cedera. Hasilnya di luar dugaan, juara bertahan takluk 0-1.
Pada laga selanjutnya menghadapi Uruguay, Les Blues bermain imbang 0-0 Uruguay. Hasil tersebut membuat Prancis harus memenangkan laga ketiga atau laga terakhir putaran grup.
Namun, alih-alih mampu menghajar Denmark, Prancis malah takluk 0-2. Padahal, di pertandingan tersebut Les Blues sudah diperkuat Zidane, Marcel Desailly, Patrick Vieira, dan David Trezeguet.
Sang juara bertahan pun mesti rela angkat kaki lebih dini dari Korea Selatan-Jepang. Penggawa yang memberikan gelar Piala Dunia pertama seperti Fabien Barthez, Youri Djorkaeff, dan Marcel Desailly masih berada di dalam tim. Begitu juga dengan Zidane yang beberapa bulan sebelumnya membawa Real Madrid juara Liga Champions.
Beberapa pemain yang sebelumnya masih berusia muda pada 1998, seperti Thierry Henry, David Trezeguet, dan Patrick Vieira juga sudah semakin matang.
Materi pemain sarat bintang ternyata tak berbanding lurus dengan performa Les Blues. Bahkan, untuk mencetak sebiji gol saja mereka tak mampu.
Dengan terhentinya armada asuhan Roger Lemmere di fase grup, mereka langsung membuat rekor sebagai juara bertahan Piala Dunia pertama yang tersingkir di fase grup pada abad ke-21.
Mereka juga memegang rekor buruk sebagai juara bertahan yang tidak bisa mencetak satu gol pun pada turnamen berikutnya. Italia Afrika Selatan bukan negara yang ramah bagi Italia.
Berstatus sebagai juara, Italia membawa skuat emas ke perhelatan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Sudah empat kali meraih trofi Piala Dunia juga memperkuat status mereka menjadi unggulan pada Piala Dunia 2010.
Italia bertarung di fase penyisihan Grup F dengan Slovakia, Selandia Baru, dan Paraguay. Di atas kertas Italia dijagokan melaju ke fase berikutnya. Namun, nahas menyapa Italia lebih awal. Mereka tersingkir secara menyedihkan di babak penyisihan grup.
Italia mengawali Piala Dunia dengan hasil yang kurang memuaskan. Melawan Paraguay di Cape Town Stadium, Italia yang tertinggal lebih dulu harus puas dengan hasil imbang 1-1.
Di pertandingan kedua, Italia melawan tim nonunggulan Selandia Baru. Berangkat dengan misi tiga angka, Italia justru kecolongan lewat gol cepat Shane Smeltz pada menit tujuh. Beruntung Vincenzo Iaquinta menyelamatkan wajah Gli Azzurri melalui golnya.
Skor imbang bertahan hingga pertandingan usai, Italia harus puas dengan satu poin. Hasil dua pertandingan awal itu membawa tim asuhan Marcello Lippi memperoleh dua poin dan terancam tidak lolos babak 16 besar.
Italia mengemban misi hidup mati pada laga terakhir menghadapi Slovakia. Namun, performa mereka di lapangan sungguh buruk. Hasilnya, Gli Azzurri harus rela Slovakia melesakkan dua gol ke gawang mereka. Hingga menit ke-80, Italia belum bisa mencetak gol.
Pada menit ke-81, Italia mencetak gol melalui Antonio Di Natale. Tapi, bukanya menyamakan kedudukan, Italia justru kebobolan lagi pada menit ke-89 melalui sepakan Kamil Kopunek.
Pada akhir laga, Fabio Quagliarella mencetak gol hiburan untuk Italia. Itu merupakan kekalahan pertama di fase grup, tapi sudah cukup untuk mengandaskan harapan Italia untuk melaju lebih jauh di Piala Dunia 2010.Mengoleksi dua poin, Italia harus puas berada di dasar klasemen.
Spanyol
Spanyol datang ke Brasil dengan status juara bertahan Piala Dunia 2010 dan juga status back-toback Piala Eropa.Namun, dalam gelaran Piala Dunia 2014, para pemain Spanyol seolah kehilangan daya.Pada laga pertama, Spanyol digunduli Belanda 5-1.
La Furia Rojaakhirnya tersingkir dari Piala Dunia 2014 di Brasil setelah dikalahkan Chile 2-0 pada laga lanjutan Grup B di Stadion Maracana, Rio de Janeiro.
Chile langsung tampil menggebrak dan mengancam gawang Spanyol pada menit-menit pertama.Chile unggul 1-0 pada menit ke-19 berkat gol Eduardo Vargas.
Satu gol lagi untuk Chile lahir pada menit ke-43 melalui Charles Aranguiz.Kekalahan tersebut memutus dominasi Spanyol pada sepakbola dunia selama enam tahun.
Rio Ferdinand, eks poros halang Manchester United, yang menjadi komentator BBC mengatakan, serangan hebat Chile pada awal babak pertama membuat kepercayaan diri para pemain Spanyol menurun drastis.
Statistik menunjukkan Chile tidak sekali pun mengalahkan Spanyol pada 10 pertemuan sebelumnya.Tapi pada Piala Dunia 2014, skuat Chile bermain habis-habisan dan tidak memberi kesempatan lawan untuk mengembangkan permainan.
Pada sisi lain, Spanyol gagalmenunjukkan tim yang menjuarai turnamen serupa empat tahun lalu atau tim yang begitu perkasa pada dua Piala Eropa 2008 dan 2012.
Jerman
Berstatus sebagai juara bertahan Piala Dunia 2014, Jerman datang ke Rusia dengan kepercayaan diri tinggi.Namun, performa Jerman sangat mengecewakan dan hanya mampu meraih satu kemenangan. Bahkan, Jerman dikalahkan oleh skuad Korea Selatan yang saat itu diasuh Shin Tae-yong, pelatih tim nasional Indoneisia saat ini.
Kegagalan Jerman itu langsung mengiasi mayoritas laporan utama berbagai media internasional di Piala Dunia 2018.Der Panzer gagal lolos ke babak 16 besar usai dipecundangi Korea Selatan 0-2 pada laga terakhir Grup F Piala Dunia 2018.
Tersingkirnya Jerman ini merupakan salah satu kejutan di fase grup Piala Dunia 2018, karena Jerman adalah tim unggulan dan minimal selalu lolos dari fase grup.
Selama di Rusia, Jerman sama sekali tak memperlihatkan tanda-tanda yang bisa membuat para penggemarnya bernapas lega. Permainan mereka sama sekali tak mencerminkan sebagai tim favorit dan kampiun Piala Dunia 2014 , apalagi membantai Brasil 7-1 di semifinal.
Mirip
Prancis kali ini datang ke Qatar dengan status juara bertahan.Les Blues mengalahkan Kroasia di final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Perjalanan Prancis ini mirip dengan 2002. Setelah merebut gelar Piala Dunia 1998 di kandang, Prancis berstatus juara bertahan ke negara Asia, Korea Selatan-Jepang yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002.
Tahun ini, Prancis kembali mempertahankan gelarnya di negara Asia, Qatar. Apakah performa Prancis akan seperti pada Piala Dunia 2002, atau sebaliknya bisa mengalahkan “kutukan” tim juara bertahan.
Di Qatar, Prancis bergabung di Grup D bersama Denmark, Australia, dan Tunisia. Prancis akan mengawali laga menghadapi Australia pada Rabu, 23 November.
Secara materi skuat Prancis ke Qatar cukup mengerikan. Nama-nama mentereng seperti Kylian Mbappe, Antoine Griezmann, Giroud, dan Benjamin Pavard tentu akan membuat tim lawan waspada.Sayangnya, striker Karim Benzema harus absen beberapa hari menjelang Piala Dunia di Qatar.
Namun, dalam sepakbola apapun bisa terjadi.Materi pemain hanyalah satu faktor untuk meraih kemenangan.Aspek lainnya adalah kekompakan, mental, dan semangat juang para pemain.(perdata oktoberta ginting s)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/timnas-prancis-2021-euro.jpg)