Antarkan UMKM Naik Kelas, BRI Perkuat Ekosistem Bisnis Akar Rumput

BRI melakukan pemberdayaan dan pendampingan dalam memperkuat ekosistem bisnis di akar rumput, salah satunya di Denpasar, Bali.

DOK. Humas BRI
Financial Inclusion Talk di Bali, Minggu (16/10/2022). 

TRIBUMEDAN.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mempertegas komitmennya dalam melakukan pemberdayaan ekosistem bisnis berbasis ekonomi kerakyatan.

Sebagai bank dengan jaringan terluas di Indonesia, BRI senantiasa menciptakan sumber pertumbuhan baru dengan memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui pendanaan hingga pendampingan usaha.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, pihaknya mengedepankan aspek-aspek pemberdayaan dan pendampingan dalam memperkuat ekosistem bisnis yang dirintis masyarakat di tataran akar rumput.

Oleh karenanya, BRI menerapkan strategi go smaller, go shorter, dan go faster sehingga mampu memberikan economic and social values bagi masyarakat luas.

“Harapannya akan terjadi akselerasi sehingga pelaku usaha dapat naik kelas atau skala usahanya semakin besar,” ungkapnya dalam Financial Inclusion Talk di Bali, Minggu (16/10/2022).

Supari berharap, upaya yang dijalankan dapat memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.

“Selain itu, ketika kapasitas bisnis mereka tumbuh, maka kebutuhan pendanaan juga akan semakin besar. Hal ini merupakan salah satu dari new source of growth BRI,” katanya dalam siaran pers, Jumat (27/10/2022).

Supari mengatakan, melalui penguatan ekosistem bisnis ersebut, pihaknya optimistis sustainability pertumbuhan usaha masyarakat dapat terjaga dan semakin kuat.

“Kami akan terus melakukan upaya mempertahankan dengan meningkatkan loyalitas dan engagement masyarakat dengan memperluas akses, mempercepat proses naik kelas mereka,” katanya.

Dia juga menyebutkan, melalui pemberdayaan yang sesuai dengan perilaku para pelaku usaha, pihaknya mendampingi dan mengedukasi literasi dasar sampai dengan literasi digital dalam pengembangan usaha masyarakat.

Supari menambahkan, peran BRI dalam menumbuhkembangkan UMKM telah diakui Professor Jay K Rosengard, Adjunct Lecturer di Kebijakan Publik Harvard Kennedy School.

Jay menilai, BRI memiliki pengalaman internasional selama 45 tahun dalam merancang, menerapkan, dan mengevaluasi kebijakan pembangunan.

Pada kesempatan itu, Jay yang melakukan riset mengenai inklusi keuangan di Indonesia mengatakan peran BRI sangat besar dalam mendorong pelaku usaha “naik kelas”.

“BRI menghadirkan model bisnis baru di mana perseroan dapat memiliki layanan yang efisien, infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai dan ini (BRI) menjadi salah satu contoh keberhasilan green revolution juga dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” ungkap Jay.

Jay juga membeberkan hasil riset dan observasi yang dilakukan di Bali. Hasilnya adalah ada penguatan usaha pelaku UMKM berkat penyaluran kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun Kupedes BRI.

Selain itu, adaptasi digital yang dilakukan BRI turut mendongkrak pelaku UMKM untuk memperluas pangsa pasar.

Inovasi BRI di Denpasar

Salah satu UMKM yang mendapat binaan BRI.
Salah satu UMKM binaan BRI.

Pada masa pandemi Covid-19, BRI telah melakukan inovasi melalui Pasar.id di pasar Kreneng, Denpasar.

Upaya teresbut terus berlanjut dan dapat membantu memulihkan omzet pedagang dan retribusi kepada pengelola pasar. Mantri BRI yang bertugas pun memiliki penguasaan potensi pasar yang sangat baik.

Dari total 337 pedagang yang terdaftar di Pasar.id, terdapat 288 pedagang atau sekitar 76 persen yang sudah menjadi nasabah dengan total plafon mencapai Rp 8 miliar.

Bahkan, Pasar.id di Pasar Kreneng sebagai pasar unggulan terbaik di regional Denpasar mencatatkan rata-rata transaksi sejumlah 55-100 transaksi dengan omzet sekitar Rp 5 juta per hari.

Masih dari Denpasar, ada pula pemberdayaan kelompok Ubung 12 yang merupakan nasabah binaan dari PNM Mekaar yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro (UMi) sejak September 2021.

Usaha binaan tersebut berdiri sejak 2020 dan terdiri dari 18 anggota berbagai usaha, salah satunya adalah Kerajinan Penjor.

Besaran Pinjaman kelompok usaha tersebut mulai dari Rp 2-4 juta dengan tenor 50 minggu dan angsuran Rp 100.000 per pekan.

Di wilayah Kuta, rekam jejak keberhasilan pemberdayaan oleh BRI salah satunya terlihat dari workshop Arum Dalu Sekar milik Nawangsari Setyowati yang merupakan nasabah SME Kanca BRI Kuta.

Nawangsari merupakan nasabah yang naik kelas dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) kecil sebesar Rp 500 juta hingga mendapatkan pembiayaan dengan plafon Rp 2,1 miliar.

Arum Dalu Sekar didirikan pada 1991 dengan ena, karyawan tetap. Karyawan memiliki keahlian dalam berbagai hal, seperti kontrol kualitas, pengepakan, dan komunikasi dengan produsen.

Nawangsari bekerja langsung di lapangan dengan lebih dari 12 kelompok produsen yang berbeda dari berbagai ukuran dan di berbagai bidang produksi kerajinan tangan.

Dia mendukung kelompok produsen dengan desain dan ide, dukungan teknis, masalah kontrol kualitas, administrasi, hingga pemasaran.

Usaha Arum Dalu Sekar mencakup spektrum besar kerajinan Indonesia, seperti aksesoris wanita, perhiasan perak, tenun ikat, batik, fesyen, produk dekorasi interior, produk serat alam dan peti mati ecodegradable.

Arum Dalu Sekar juga merupakan anggota Fair Trade Organization yang bertujuan mendukung pembayaran harga yang wajar dan peningkatan standar sosial dan lingkungan pelaku usaha dan ekosistem bisnisnya.

Ekosistem usaha tersebut sangat kuat dan produksinya mampu menembus pasar global.

Produksi Arum Dalu saat ini mayoritas berupa produk kerajinan peti mati ecodegradable yang di ekspor ke Inggris, Belanda, dan Australia.

Sebagian besar supplier bahan baku rotan berasal dari Jawa Timur dan merupakan nasabah mikro BRI sehingga terdapat ekosistem yang terbentuk dari UMKM BRI sendiri.

Selain itu, di Tabanan ada pula nasabah Dana Talangan PARI I Nengah Suarsana yang merupakan nasabah binaan BRI Unit Denbantas Kanca Tabanan.

Usaha yang dimiliki Suarsana adalah di bidang pertanian sebagai pengepul gabah beras organik.

Saat ini Suarsana telah memiliki anggota sebanyak 128 petani dengan hasil produksi 10-20 ton per bulan. Usaha tersebut telah berlangsung sejak tahun 2000.

Saat ini, pinjaman PARI yang diterima Suarsana mencapai sebesar Rp 60 juta dengan tenor satu bulan yang digunakan untuk perputaran modal usaha pertanian. Selain dana talangan PARI tersebut, Suarsana juga merupakan nasabah Kupedes BRI.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved